Kamis, 26 Desember 2013
Kamis, 05 Desember 2013
Gila
Mungkin, hanya sebuah
perasaan tajam yang menikam hati saya. Menyadari anda benar-benar telah
meninggalkan dunia saya, tanpa permisi. Menyadari bahwa anda telah memasuki
dunia orang lain tanpa sepengetahuan saya. Padahal, saya berusaha mengundang
anda untuk masuk ke dunia saya. Dunia yang pernah anda jelajah, yang pernah
menjadi sumber tawa dan senyum anda. Yang baru sekarang saya rindukan, sejak
anda menghilang.
Selasa, 12 November 2013
Apa Nama yang Tepat Untuk Rasa Ini?
Rasa ini hampir
punah. Rasa ini hampir musnah. Rasa ini hampir hilang. Rasa ini hampir padam.
Rasa ini hampir menguap. Rasa ini sudah tak berdaya. Rasa ini sudah berada pada
suatu ujung. Rasa ini sudah begitu sepi. Rasa ini sudah berada pada masanya
untuk segera beranjak. Rasa ini sudah menunjukkan titik lelahnya. Rasa ini
sudah tak ada orang yang menggubris, termasuk aku, pemilik dari rasa ini.
Sabtu, 09 November 2013
Dilema (Episode terakhir)
Episode lalu....
Air mataku kian deras.
“Mas Fian tahu,
kamu dilema. Maafin, Mas Fian ya,” Aku memeluk Mas Fian dengan tangis yang
semakin tak terbendung.
Senin, 04 November 2013
6 Orang Beruntung yang Merajai Kisah si Penulis
Terima kasih untuk si penulis yang mengizinkan saya mengirim tulisan ini dalam blog pribadi saya :) Terima kasih untuk si penulis enggan disebut namanya ini telah mengizinkan saya membagi tulisan ini :) Tak lupa, selamat untuk 6 orang beruntung yang menjadi ide cerita si penulis :) Selamat membaca.
Sabtu, 02 November 2013
Dilema (Episode 4)
Episode lalu...
Aku terduduk lemas di sisi ranjang. Apakah hanya
karena perkara Renata, aku dan kakak kandungku sendiri bertengkar? Dengan
sepupuku sendiri, hubunganku renggang? Apa mereka tidak tahu alasanku berkata
begini? Tak lain, karena aku tak ingin mereka sakit hati.
Pagi ini, aku memasak daging sapi ala Mama favorit Mas Vano. Dengan
harapan, kerinduan dengan Mama agak terobati. Aku sudah menyiapkan nasi beserta
lauk, lalu kutinggal mandi bersiap ke sekolah. Usai mandi, kulihat Mas Vano dan
Mas Fian sudah mengambil nasi, sarapan.Sepotong Kata Maaf
Fino murung.
Teman sebangku sekaligus sahabatnya tidak masuk hari ini. Ia menatap bangku di
sampingnya dengan tatapan kosong. Walaupun sekarang adalah pelajaran
matematika, favoritnya, ia tetap membatin pilu. Fino juga memastikan, Dika,
teman sebangkunya, tidak punya catatan materi terbaru hari ini. Dika juga pasti
belum tahu, jika pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian. Fino
mendesah perlahan.
Sabtu, 26 Oktober 2013
Dilema (Episode 3)
Episode lalu...
Tekad apa yang harus kupegang agar tak terjatuh saat menyelamatkan Mas
Fian dan Mas Vano dari akal licik Renata? Haruskah aku menunggu agar mereka
putus? Apakah aku mampu bersabar melihat kakakku sendiri diperdaya? Apakah aku
mampu menerima dengan ikhlas kakakku disakiti?
Di sekolah, aku masih memikirkan kejadian tempo hari. Pertemuanku
dengan Renata dan Mas Vano yang tentu saja mengejutkanku, masih berputar-putar
dalam kepalaku. Aku tak ingin diam saja. Aku ingin bertindak. Tapi apa?
Jumat, 25 Oktober 2013
Setelah Sapaan Singkatmu, Siang itu
Kita kembali dipertemukan. Tapi dalam tema yang berbeda. Sudah ada
3 kali peristiwa berbeda yang Tuhan ciptakan untuk mempertemukanku kembali
denganmu. Membuatku kian kuat untuk berharap kamu berada di sisiku. Yang pertama,
aku mulai dari dunia maya. Dunia yang pernah kita jelajah untuk saling
berinteraksi, saling tertawa, berbincang, saling berbagi cerita, tentang
sekolah, teman, hingga cinta. Apakah kamu ingat? Itu terjadi sekitar 2 tahun
yang lalu. Saat kita menimba ilmu di lembaga yang berbeda.
Yang kedua, adalah kita dipertemukan dalam masa MOS. Masa-masa
dimana aku belum menyadari betapa aku ingin kamu berada di sampingku. Aku belum
mengerti, aku belum menyadari bahwa aku akan mengharapkan kamu lebih dari
sekedar teman, lebih dari sekedar kakak kelas. Masa MOS, yang semakin
mempererat hubungan kita, sebagai teman. Kembali tukar menukar cerita melalui
dunia maya. Seakan mengingat bahwa pertama kali kita terhubung melalui dunia
maya. Aku juga ingat dan akan terus mengingatnya jika kamu selalu membagi
pengalamanmu saat menimba ilmu di sekolah itu. Sekolah yang menjadi tujuanku
setelah lulus dari ujian-ujian memusingkan yang kupelajari selama 6 tahun.
Selasa, 22 Oktober 2013
Untuk Kamu, yang Tidak Menyadari Keberadaanku
Dear kamu yang tak akan kusebutkan namanya di
sini.
Aku ternyata wanita yang benar-benar bodoh. Aku sudah bilang jika
perasaan ini sudah HILANG. Tapi nyatanya? Aku masih sakit melihat kalian
berjalan, berdua. HANYA berdua. Apa yang sedang kamu pikirkan? Kesenangan nafsu
belaka? Atau hanya ingin meledekku yang enggan mengenyahkan perasaan ini? Hei!
Perasaan ini sudah berusaha kumusnahkan. Tapi, justru itu yang membuatku makin
ingat dan terus mengingatnya.
Jumat, 18 Oktober 2013
Dilema (Episode 2)
Episode lalu...
Apa yang aneh dengan cewek ini? Apa ada masalah dengannya? Apa ada
hubungannya dengan Wirya Utama? Cowok penghuni kelas sebelah yang bikin gue
betah ngeliatin dia secara diam-diam.
Setelah beberapa
kali Tama menolak, akhirnya dia nerima proposal gue. Syukurlah. Dari wajahnya,
mengisyaratkan kepuasan. Eh tapi, bukan Cuma karena proposal gue diterima, tapi
karena insiden kecil dalam ruang rapat tadi yang bikin gue mesam mesem nggak
jelas. Begini ceritanya.
Selasa, 15 Oktober 2013
Setelah Kabar Siang Ini
Selamat hari raya kurban Mas! Selamat juga udah ngasih kejelasan
tentang perasaanmu ke aku walaupun nggak langsung. Makasih ya, Mas. Itu udah
jadi bukti buat aku, kalau aku itu Cuma adik kelas di depan kamu, nggak lebih.
Kata ‘sayang’ yang pernah tertulis dalam sebuah pesan singkat, hanya ikut andil
dalam mewarnai perpisahan kita, nggak lebih. Aku yang terlalu melebihkan arti
kata ‘sayang’ yang kau kirimkan.
Sabtu, 12 Oktober 2013
Dilema (Episode 1)
Alhamdulillah, cerita sambung berjudul Dilema telah terbit. Cerita
sambung kedua yang kutulis di dalam blog. Maaf deh, udah beberapa minggu ini
aku vakum. Ini, aku baru menyelesaikan proyek kecil cerita sambung ini.
Oke! Cerita
sambung ini berjudul Dilema. Kenapa? Bukan karena ada lagunya ceribel. Tapi,
karena peran utama dalam cerita ini, mengalami dilema yang begitu berat. Di
antara orang-orang terkasihnya, ada sebuah pusaran hebat yang menyangkut cinta
dan kasih sayang. Membuktikan lebih hebat mana, antara cinta atau kasih atau
sayang. Ia bahkan sempat tak dipercaya oleh mereka. Ia ingin menyelamatkan
kakaknya dari tipu muslihat licik sang tokoh antagonis. Alhasil? Dia malah
dikucilkan oleh kakaknya.
Ketika sang peran
utama mendapatkan sepercik kebahagiaan, di samping orang yang dia sayang, dia
kembali tak mendapat kepercayaan. Percaya karena apa? Tentang apa? Penasaran?
Ikuti cerita sambung ini ya.
Terima kasih :)
Cerita ini akan terbit setiap malam minggu. Tunggu kedatangannya!
Dilema
Episode 1
Nama gue Refina. Terlahir sebagai anak bungsu dalam keluarga ini.
Gue punya kakak. Namanya Revano Eka Amunggraha. Nama panggilannya Vano.
Sabtu, 05 Oktober 2013
Tulisan Baru Tentang Kamu
Siang ini. Kamu. Jendela ruang OSIS. Kamu baik-baik saja ya, Mas?
Masih dengan tatapan sendumu. Masih dengan wajah tak ceriamu. Masih dengan
candamu, dengan teman-temanmu. Seandainya aku terhitung sebagai salah satu dari
temanmu, mungkin aku merasa manusia yang beruntung. Padahal, manusia-manusia
yang kamu anggap teman-temanmu merasa biasa saja. Iya, kan?
Jumat, 04 Oktober 2013
Ini dari Orang yang Merindukan Kamu
Ada sosok yang rindu padamu, Mas. Ada sosok yang sakit saat
mengingat beberapa potong memori tentang kenangan kalian. Ada sosok yang rindu
saat kamu datang ke rumahnya membawa setumpuk pertanyaan tentang pelajaran yang
tak kamu mengerti. Ada sosok yang rindu
pada kehadiranmu membawa berlembar-lembar cerita tentang kegiatanmu selama ini.
Ada sosok yang merindukan kata-katamu lebih dari dia merindukan kata-kata dari
sosok berarti lain di kehidupannya. Ada sosok yang rindu dengan permainan
favoritmu, monopoli. Apa kamu tidak merasa?
Kamis, 26 September 2013
Untuk Kamu, Orang Terdekatku
Dear kamu,
Bagaimana
kabarmu hari ini? Baik-baik saja, kan? Apakah ada kabar lain selain ’baik-baik’
saja? Semoga tidak.
Sabtu, 21 September 2013
Aneh
Lagi-lagi ada sepucuk surat dari wanita
yang menyukaimu dari jauh, secara diam-diam pula. Mungkin, kau bosan membaca
surat yang memang tak pernah kau baca ini. Aku pun juga bosan dengan perasaan
rindu yang sering menghantuiku. Rindu ini selalu mengikutiku saat kamu tidak
berada di sampingku. Aneh.
Sabtu, 14 September 2013
Gantungan Kunci
Teng
.. teng .. teng ..
Bel istirahat berbunyi. Namun, murid
– murid kelas VI-A SD Harapan Bangsa belum keluar kelas. Di kelas tampak
Nina yang sedang membagikan sebuah
undangan ulang tahun. Nina adalah anak orang kaya. Mungkin wajar baginya bila
setiap ulang tahun selalu dirayakan dengan meriah.
Selasa, 10 September 2013
Hambar (Tanpa Rasa)
Rasa ini terasa hambar saat Tuhan mengirimkan
rencananya untuk membuatku berhenti menyukaimu. Dia membuat ketidaksengajaanku
membuka akun jejaring sosialmu. Memastikan kabar burung yang beterbangan liar
di sekitarku tentangmu. Aku tak tahu, magnet apa yang menggerakkan jari-jariku
di atas keyboard untuk mengetikkan nama kekasihmu. Atau orang yang saat itu
belum kutahu sebagai kekasihmu.
Status-status yang ada
di akun kekasihmu aku baca satu per satu. Di bawah statusnya, ada seseorang
yang mengomentari. Dan, nama akun itulah yang menggelitik rasa penasaranku
untuk mencari tahu. Satu nama yang mirip denganmu, dan ternyata itu memang akun
milikmu. Insting detektifku mulai bekerja. Mengamati setiap kata yang tertera pada status-status jejaring sosialmu.
Pandanganku terhenti pada status hubunganmu. Seandainya aku tak bisa membaca,
mungkin aku tidak sesedih ini. Bahkan, tetap saja bahagia karena dapat melihat
wajahmu melalui foto yang kau unggah. Sayangnya, aku tidak buta huruf! Aku
dapat membaca status ‘berpacaran’mu dengan dia.
Ingatanku mulai merambah
menuju beberapa bulan lalu. Saat aku pertama kali mengenalimu. Namamu yang
mirip dengan seseorang yang pernah kuharapkan dulu, membuatku
mengistimewakanmu. Wajahmu, sama sekali tidak mirip dengan dia. Tapi, entah
kenapa, kamu sama seperti dia dulu. Mampu membuatku tersenyum. Bedanya, kamu
lebih ganteng dari dia. Aku juga belum tahu sifat kamu. Yang kutahu, kamu
adalah seseorang yang menimba ilmu di lembaga yang sama denganku.
Rasa ini hambar saat aku
menyadari status kita sama. Sebagai pelajar. Tapi, kita beda. Kamu (mungkin)
setia dengan kekasih barumu, dan aku setia dengan cerita-cerita indah
tentangmu. Kamu tidak memperhatikanku. Kamu tidak mempedulikanku. Aku
menyukaimu dari jauh, secara diam-diam pula. Hingga tak banyak yang tak tahu
aku menyukai siapa. Kamu atau orang lain.
Kamu tidak pergi. Kamu
tidak hilang. Tapi, kesempatanku mendapatkanmu yang pergi dan hilang. Setelah
aku tahu, kamu sudah ada yang punya. Lagi-lagi, aku harus menunggu kesempatan
itu hadir kembali. Kesempatan yang mungkin tak akan pernah kudapat. Rasa ini memang
hambar.
Sabtu, 07 September 2013
Kecewa
Waktu baru berputar kurang
lebih 24 jam. Tapi, secepat itu kamu menghempaskanku jatuh ke dasar bumi. Setelah
kemarin, kamu melambungkanku jauh ke angkasa. Rasanya sakit. Rasa sakit ini
hanya mampu kutelan dalam-dalam. Aku tak berani mengungkapkan perasaan ini
padamu. Karena apa? Karena aku takut, jika kamu malah menjauh karena merasa canggung.
Rabu, 04 September 2013
Setelah 5 Minggu
Awal setelah 5 minggu
tak ada lisan yang terucap di antara kita. Pagi ini, kita kembali
bercengkerama, bercanda, dan lagi-lagi 1 pernyataan yang diam-diam membuat
nyeri di sekitar ulu hati, namun membuat pipiku memerah. “Aku belum benar-benar
mampu melupakan perasaan ini.”
Selasa, 03 September 2013
14 Tahun yang Lalu
Lagi-lagi
salah waktu untuk posting. Harusnya tanggal 30 Agustus pukul 06.35 WIB, tapi buktinya? Malam ini
aku baru bisa menulis di blog pribadiku. Tulisan tentang aku di masa 14 tahun
silam.
Kamis, 22 Agustus 2013
Masih Cerita 4 Minggu yang Lalu
Mungkin, kamu lupa saat
kamu memegang tanganku tanpa sadar, dulu. Mungkin kamu lupa saat kamu
menggodaku, mengajakku bercanda, dulu. Mungkin kamu lupa saat kamu
mengingatkanku untuk mengikuti suatu kegiatan sore hari, dulu. Mungkin kamu
lupa saat kamu meminta bantuanku, dulu. 4 minggu yang lalu.
Rabu, 21 Agustus 2013
Cerita 4 Minggu
4 minggu tanpa kabar
darimu. Kita tidak bertatap muka dan saling menyapa. Tak meninggalkan jejak
sehingga menyulitkanku untuk melacak. 4 minggu itu pula aku belajar menghilangkan
perasaan yang selalu hadir saat kamu ada di dekatku.
Sabtu, 17 Agustus 2013
Indonesia!
Ketika banyak yang
menganggap kemerdekaan Indonesia belum benar-benar diraih, jujur aku kecewa. Aku
belum mengerti atau bahkan aku memang tak mengerti jalan pikiran mereka yang
mengatakan seperti itu.
Selasa, 13 Agustus 2013
Puisi Untuk Sahabat
Terima kasih untuk Mbak Reva yang udah kasih izin buat kuedit dan kushare. Terima kasih juga buat Zahra yang udah kasih teks aslinya. Juga, buat Lia yang udah kasih teksnya malam ini. Ini puisi versiku :) Semoga semuanya suka.
Jumat, 02 Agustus 2013
Tempat Itu Masih Sama
Tempat itu masih sama. Bedanya,
di sampingmu bukan lagi aku. Dan, aku tak lagi di sampingmu.
Mungkin, rasa ini tak begitu menyesakkan jika
bukan kamu yang melakukannya. Sikap peduli yang pernah kau beri 3 minggu yang
lalu, seakan musnah. Ingatanmu jika aku ada, hilang. Kamu anggap apa aku? Debu?
Yang bisa dengan mudah kau sapu dari hidupmu? Apakah aku menganggu
penglihatanmu dalam kehidupan ini? Apakah aku sengaja kau hapus dari hidupmu?
Rasa Ini Begitu Menyakitkan
Sesak ketika melihat
wajahmu tersipu saat mereka bercerita tentang dia. Dia yang mampu membuatmu
memujanya. Rasa tak percaya yang semula muncul saat aku mengetahui kamu dekat
dengannya, sirna. Aku mulai percaya kamu menyukainya. Ini aneh. Konyol. Bodoh.
Payah. Aku ada di antara kalian. Tapi, sepertinya aku bukanlah tembok yang harus
kalian tembus. Yang harus kalian daki untuk mempersatukan cinta. Bahkan,
mungkin aku tidak terlihat.
Rabu, 31 Juli 2013
Surat dari Malaikat Kecilmu :')
Bapak, Ibu, maafkan aku.
Aku yang pernah membuatmu marah sekaligus kesal. Aku yang pernah membuatmu
sakit hati juga jengkel. Ingatlah! Bukan maksudku untuk berbuat durhaka. Bukan
maksudku untuk menyakiti perasaan kalian. Tapi, karena pikiranku belum mampu
menangkap tujuan kalian memarahiku. Belum mampu mengartikan maksud kalian tidak
mengabulkan permintaanku.
Selasa, 30 Juli 2013
Aku di Antara Kamu dan Mereka
Apa pedulimu padaku? Aku
hanya temanmu yang akan tersenyum bila kamu tertawa. Kamu tak punya kewajiban
untuk menenangkanku. Kamu tak punya kewajiban untuk membuatku tertawa dengan
tingkahmu. Apalagi aku. Sama sekali tak punya kewajiban untuk mengatur hidupmu,
untuk mewarnai hidupmu dengan berbagai warna pelangi, menghujani hari-harimu
dengan kata-kata puitis, suasana romantis bagai kota Paris, sama sekali bukan
tujuanku sebagai pengagum sosokmu.
Selasa, 23 Juli 2013
Senin, 22 Juli 2013
Sekilas Tentang Cerbung Pertama
Alhamdulillah,
cerita sambung ini bisa usai :)
Bagaimana
pembaca? Apakah ceritanya menyedihkan? Menarik? Membosankan? Mengharukan? Ini
adalah cerita sambung pertamaku. Jadi, maklum jika terdapat kesalahan di sana
sini. Cerita ini tidak menonjolkan konflik. Bahkan, hampir tak ada konflik di
dalamnya. Hanya benturan-benturan kecil yang sering terjadi di masyarakat.
Misalnya mengejek, menyalahkan orang lain, merasa dirinya benar, dan lain-lain.
Aku, Kamu, dan Kita (4)
Hari ini
Kurang lebih 5
tahun aku mengenalnya. Kurang lebih 5 tahun aku memikirkannya. Setelah
pertemuan terakhirku 2 tahun yang lalu, aku akan kembali bertemu dengannya,
sekarang. Penasaran yang kubawa 2 tahun lalu, menguap sekarang. Rasa ragu,
hilang. Tapi, apakah dia masih seperti yang dulu? Masih dengan senyum dan
sapaan hangatnya? Apakah? Apalagi, Ibu setuju jika aku dengannya. Aku sudah tak
sabar menemui sosoknya.
Sabtu, 20 Juli 2013
Ceritanya Kepadaku Jika....
Dia merutuki dirinya sendiri, karena
sosokmu yang selalu tertangkap matanya. Feelingnya selalu tepat, mengetahui
dimana keberadaanmu. Takdir selalu mempertemukan denganmu, dengannya. Karena
dirinya, pikirannya, hatinya, selalu mengikuti perkembanganmu, reaksimu,
kegiatanmu, apapun yang kau lakukan. Dia selalu mencari tahu, dengan siapa kau
dekat, dengan siapa kau berteman. Tapi, dia tak pernah menampakkan diri di
hadapanmu sebagai orang yang menginginkanmu.
Rabu, 17 Juli 2013
Aku, Kamu, dan Kita (3)
31 Desember 2010
Yuhuu.. dapat jatah liburan lagi! Kesempatan ini kugunakan untuk
menjelajahi kota Pacitan. Mas Hafid sudah janji akan mengantarku ke tiap sudut
pesona kota kecil itu. Dengan syarat aku mau jadi baby sitter anaknya. That’s
no problem. Yang penting, aku bisa jalan – jalan di sana dengan leluasa bertema
liburan! Oh iya, jangan lupa kasih kabar sama Indra. Pemuda ganteng yang tak
sengaja kutemukan saat aku ditugaskan mengembara di Pacitan haha..
The Story of You
1
tahun bukan waktu yang singkat untuk sekedar mengenali seseorang. Tapi, 3 hari
bukan waktu yang lama untuk dekat dengan seseorang.
1
tahun lamanya kalian kenal. Waktu 3 hari mempererat pertemanan kalian. Dia suka
saat kau mengajaknya ngobrol, ke sana bareng, ke sini bareng, ke situ bareng,
ah pokoknya hanya berdua. Sebenarnya dia tak sengaja mengikutimu. Yang jelas, dia
mengikuti temannya yang memang dekat denganmu. Dan konyolnya, kalian selalu
dipertemukan oleh seorang perantara yang sama-sama kalian kenal.
Rabu, 10 Juli 2013
Aku, Kamu, dan Kita (2)
Aku
yang saat itu senang berkenalan dengannya tanpa sengaja. Aku yang saat itu
berpisah dengannya karena sebuah rencana. Kota Pacitan, kota kecil yang paling
mengesankan seumur hidup. Kota kecil yangmempertemukanku dengan orang bernama
Indra. Kota kecil itu kini, menjadi kota yang selalu kurindu.
16 Agustus 2009
Aku kembali menjejakkan kaki di kota Pacitan. Saudaraku menikah
dengan perempuan dari kota Pacitan. Yuhuuu.. Lumayan menyegarkan otak sekaligus
mengulang pengalamanku dulu. Haha.. siapa tahu kecantol cowok kota kecil ini.
Dan mungkin, mempertemukanku dengan pemberi gelang yang melingkar di tanganku
saat ini.
Senin, 08 Juli 2013
Aku, Kamu, dan Kita (1)
Pacitan. Kota kecil yang menjadi saksi bermulanya kisah cintaku
denganmu. Saksi bisu dimana kau putus dengan kekasihmu. Kota kecil yang selalu
mengingatkanku padamu. Kota kecil yang selalu kurindukan. Kota kecil yang
selalu ingin kujamah, hanya untuk mengingat seseorang, kamu. Kota kecil yang
membuat orang berdecak kagum dengan keindahan alamnya. Kota kecil yang paling
kuingat seumur hidup. Seperti kamu yang selalu kuingat seumur hidup.
Sahabat
Viko memasuki kelas.
Tas masih di punggungnya. Sepatu tinggal sebelah. Dengan gaya soknya ia
memasuki kelas dengan tenang. Omelan guru dan sorakan teman – teman ia
dapatkan. Entah karena tebal muka atau karena terbiasa, Viko menerimanya dengan
ikhlas. Seakan bukan masalah serius baginya.
Viko
duduk. Tempat duduknya tepat di belakangku. Kepalaku sudah penuh dengan sejuta
pertanyaan tentang Viko. Bocah laki – laki yang sering atau entah suka
melanggar tata tertib sekolah, bocah yang sering dihukum, sering diomeli guru,
dan banyak lagi. Omelan guru sudah menjadi makanan sehari – hari baginya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kamu Harus Baca Ini
#SWORDS's After Story
Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini. Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...
Banyak yang Baca Ini
-
Berhasil membuatnya tertawa. Berhasil membuatnya senang. Berhasil membuatnya terhibur. Padahal, hanya 3 ka...
-
Pacitan. Kota kecil yang menjadi saksi bermulanya kisah cintaku denganmu. Saksi bisu dimana kau putus dengan kekasihmu. Kota kecil yang...
-
Hai. Eh, hai. Tumben sekali menyapa. Sudah tidak sibuk? Yah begitulah. Bukannya ...