Mungkin, hanya sebuah
perasaan tajam yang menikam hati saya. Menyadari anda benar-benar telah
meninggalkan dunia saya, tanpa permisi. Menyadari bahwa anda telah memasuki
dunia orang lain tanpa sepengetahuan saya. Padahal, saya berusaha mengundang
anda untuk masuk ke dunia saya. Dunia yang pernah anda jelajah, yang pernah
menjadi sumber tawa dan senyum anda. Yang baru sekarang saya rindukan, sejak
anda menghilang.
1 bulan. 2 bulan. Hampir 1 tahun. Saya sendiri tak akan pernah lupa
bagaimana tawa saya dulu bermula karena anda. Saya tak akan lupa kepada siapa
saya bercerita tentang teman dekat saya. Saya tak akan lupa dengan cerita anda
tentang wanita yang anda suka. Saya tak akan lupa. Seakan ada magnet dalam
hidup saya untuk terus memeliharanya. Untuk terus menggugah saya agar tetap mengingatnya.
Padahal, anda bukan siapa-siapa saya.
Perlu saya informasikan bahwa, tadi siang ada sesuatu yang
membekukan saya. Berita bahwa anda (mungkin) telah membangun dunia bersama
seseorang. Bukan saya. Padahal, saya telah menyiapkan tempat yang rapi untuk
anda di dunia saya.
Saya terlalu pengecut untuk mengungkap ini semua. Saya tak punya
cukup keberanian. Saya takut untuk terlihat jatuh di depan anda. Saya hanya
mampu menuliskan perasaan saya. Perasaan ini semakin terlihat tak bertepi,
ketika saya mendapati ada getir di tengah getar jantung saya ketika anda
tertangkap mata saya.
“Cedhak. Biyen tukang sms’an.” (Dekat. Dulu sering
berbalas pesan singkat.)
Sesingkat itu berita dari anda yang berhembus sampai ke telinga
saya. Namun mampu membabakbelurkan hati saya. Menghentakkan kaki saya untuk
segera menapak pada tanah. Menguak ilusi tentang anda yang bejibun di otak
saya. Bahwa anda bukan lagi seperti yang dulu. Atau, saya yang dulu belum
mengenal anda, hingga salah menyimpulkan, dan masih sering saya bawa dalam
dunia saya, bahwa anda hanya dekat dengan saya.
Hanya berbaris-baris kalimat yang mampu menguraikan perasaan saya
tentang anda. Hanya blog pribadi saya yang mampu menjadi wadah untuk luapan
perasaan rindu saya kepada anda. Bahkan, sesekali twitter dan facebook tak
luput dari efek kehilangan sosok anda.
Ada perasaan tersaingi pada diri saya, bahwa anda (mungkin)
memperlakukan hal yang sama kepada saya dulu, dengan sosok baru dalam hidup anda.
Berkirim pesan singkat? Apakah juga saling mencurahkan isi hati? Apakah juga
saling bertukar senyum? Apakah juga saling bercanda? Apakah juga saling
menyapa? Dan apakah anda merasa sosok baru itu tepat untuk mengubah status
hubungan anda? Hal yang tak mampu saya lakukan. Saya hanya teman dekat anda
(dulu).
Saya merasa jalan di tempat. Hanya mampu berpusar dalam memori
kenangan tentang anda. Anda yang hampir tak pernah melihat saya, mempedulikan
saya, dan memperhatikan saya. Saya yang terlalu berilusi tentang anda. Hingga
tanpa saya sadari sebelumnya, saya malah mencintai ilusi itu. Yang pada
kenyatannya, anda sama sekali bukan seperti yang saya bayangkan. Anda tak lebih
dari seorang remaja yang masih mencari jati diri dengan bergumul emosi. Dan
sayangnya, saya adalah pengkhayal kelas kakap, yang dengan bebas menciptakan
karakter baru dengan tokoh-tokoh di sekitar saya, salah satunya anda. Sayang
seribu sayang, saya juga mencintai tokoh anda. Yang baru saya sadari
akhir-akhir ini, tokoh anda dengan anda, berbeda karakternya.
Saya penasaran. Apakah anda menutup mata, telinga, dan hati anda,
untuk sekedar mengetahui perasaan saya kepada anda? Apakah anda tetap pura-pura
tidak tahu, jika secara tak sengaja, anda mengetahui tulisan saya? Apakah
setiap detik waktu anda tidak diiringi setiap detak?
Terlalu sesak jika perasaan itu hanya menumpuk dalam dunia saya.
Tak ada yang membantu menampungnya. Mungkin, hanya memori dalam komputer saya
yang berkurang jika rindu saya meluap. Sebanyak apapun perasaan itu, selalu ada
tempat yang kosong dalam dunia saya. Mungkinkah itu tempat yang tanpa saya
sadari, telah saya siapkan untuk anda? Mungkinkah? Meskipun anda hanya sesekali
membagi dunia anda kepada saya? Yang telah saya salah artikan, bahwa anda telah
mengizinkan saya memasuki dunia anda dengan bebas? Yang pada akhirnya, anda menutup
gerbang dunia anda dengan kawat berduri. Yang pada akhirnya pula, saya hanya
mampu melihat dari kejauhan kastil megah anda.
Hanya sebaris kalimat tentang anda yang membuat saya menulis
kalimat pada berlembar-lembar kertas saking banyaknya. Mungkinkah ini yang
disebut gila? Menggilai orang yang terlalu waras untuk ukuran orang gila?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar