Mungkin, kamu lupa saat
kamu memegang tanganku tanpa sadar, dulu. Mungkin kamu lupa saat kamu
menggodaku, mengajakku bercanda, dulu. Mungkin kamu lupa saat kamu
mengingatkanku untuk mengikuti suatu kegiatan sore hari, dulu. Mungkin kamu
lupa saat kamu meminta bantuanku, dulu. 4 minggu yang lalu.
Tapi aku masih ingat.
Aku sengaja tak menghapusnya dari dalam ingatan. Aku masih ingin mengenangnya.
Mengenangmu. Setidaknya, sebelum kamu benar-benar pergi dari hidupku. Sampai
aku sendiri menganggapmu benar-benar seorang teman. Bukan lagi sosok idola
ataupun idaman.
Ternyata
harapanku untuk menggapaimu cukup berhenti sampai di sini. Anganku untuk kamu
anggap aku ada, selesai sudah. Saatnya aku menatap ke depan. Bukan berbalik,
terpaku dengan sosokmu yang bisa menggandeng tangannya tanpa canggung, mengubah
status hubungan di akun jejaring sosialmu tanpa malu, membuat pasangan lain iri
dengan keserasian kalian.
Miris
ketika mengingat wajah merah malumu karena dibejek habis-habisan oleh
kawan-kawanmu. Dibejek jika calon pacar barumu akan direbut atau apalah
sebangsanya. Aku sendiri, hanya ikut tertawa di antara kawan-kawanmu. Mungkin,
jika aku benar-benar gila, pasti aku akan menampar mereka, dan membawamu pergi
dari situ. Sayangnya, aku masih bisa bersikap wajar. Seolah tak ada perasaan
apa-apa saat kamu ada.
Pernahkah
kamu merasakan seperti apa yang kurasa? Denganku, bukan dengan pacar barumu
atau perempuan-perempuan lain. Pernahkah kamu merasakan sakit seperti ini?
Denganku, bukan dengan pacar barumu. Pernahkah kamu merasakan hampanya sebuah
harapan, sampai harapan itu benar-benar lenyap? Pernahkah kamu merasakan jatuh
cinta berkepanjangan hingga membuatmu seperti frustasi?
Aku
semakin yakin, bahwa kamu tidak memasukkanku ke dalam daftar orang spesial
dalam hidupmu. Hanya tercatat sebagai teman, tanpa kelebihan apa-apa. Yang
mungkin, bisa kau mainkan sesuka hatimu. Sesederhana itukah aku? Sesimpel
itukah aku di kehidupanmu?
Aku
memerlukan waktu yang cukup singkat untuk memastikan bahwa aku menyukaimu.
Tapi, aku memerlukan waktu yang cukup lama untuk memastikan bahwa aku
benar-benar tak menyukaimu lagi.
Kamu
tak tahu bahwa aku menyukaimu. Dia juga. Aku tak berani mengungkapkan perasaan
ini. Aku hanya bisa memendamnya dalam-dalam hingga hatiku kembali tertata.
Sedalam apakah aku memendam perasaan ini? Seberapa lamakah aku mampu menyimpan
perasaan ini?
....Tak semestinya aku yang terluka
Karna diriku yang pertama mencintaimu
Tak seharusnya dia yang kau terima jadi
milikmu
Jadi yang engkau mau.... (mengalun lembut dalam telingaku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar