Ketika banyak yang
menganggap kemerdekaan Indonesia belum benar-benar diraih, jujur aku kecewa. Aku
belum mengerti atau bahkan aku memang tak mengerti jalan pikiran mereka yang
mengatakan seperti itu.
Mereka semua memandang
kemerdekaan itu dari segi ekonomi. Kata mereka, Indonesia belum terbebas dari
kebodohan, kemiskinan, dan koruptor. Padahal, mereka saja tak banyak yang mau
bekerja keras. Mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Apakah mereka
pikir, pemerintah itu adalah segalanya? Yang menjalankan pemerintahan, juga
manusia, sama seperti mereka.
Bagaimana tidak bodoh,
jika mereka tidak berusaha menuntut ilmu? Mencari pengetahuan tak perlu dengan
sekolah. Belajar bisa dimanapun. Sekolah, hanya menjadi tempat pembuat bukti
bahwa kita memang menuntut ilmu. Tak perlu menuntut ‘Sekolah Gratis’ dari
pemerintah. Karena pemerintah tak hanya mengurus soal pendidikan.
Mereka juga
menyebut-nyebut bahwa kemiskinan terjadi karena korupsi merajalela. Mereka
mengatakan bahwa para pejabat menyalah-gunakan uang rakyat. Apakah mereka
berpikir, jika itu terjadi karena kebodohan mereka? Jika mereka pintar,
bukankah mereka berpikir bagaimana caranya agar uang mereka aman? Bukankah
mereka berpikir, diantara pejabat-pejabat rakus masih ada pejabat yang berhati
mulia? Yang membela kaum mereka?
Aku masih remaja. Aku
masih tak paham dengan tindakan kakak-kakakku mahasiswa yang membakar dengan
bengis foto Bapak Presiden, memporak-porandakan fasilitas umum, mencaci maki
aparat pemerintah, bahkan mencorat-coret bendera Merah Putih. Apa maksud mereka
berdemonstrasi seperti itu? Bukankah sebaiknya belajar dengan tekun, sehingga
mampu memperbaiki kinerja pemerintah yang mereka anggap kurang baik kelak?
Apakah mereka lupa bagaimana masa kecil mereka yang dengan bangga menyebutkan
cita-citanya ingin menjadi presiden? Tapi, kenapa saat sudah dewasa, mereka
malah berbuat onar yang ditujukan kepada presiden?
Mungkin, jika aku
menulusuri tindakan mereka, tak kan ada habisnya. Yang ada, hanya saling
menyalahkan di antara mereka. Bukankah itu tandanya mereka tak bertanggung
jawab?
Merdeka! Dengan lantang
kata itu disebutkan ‘hanya’ saat tanggal 17 Agustus! Proklamasi! ‘Hanya’ saat
upacara tanggal 17 Agustus. Lagu-lagu Nasional dinyanyikan dengan merdu ‘hanya’
saat upacara tanggal 17 Agustus! Apakah itu namanya nasionalisme? Apakah itu
namanya cinta negeri? Apakah itu pantas dianggap sebagai anak bangsa?
Jika aku memperdengarkan
lagu nasional, di hari selain tanggal 17 Agustus, apakah aku salah? Kenapa aku
ditertawakan? Inikah yang disebut nilai luhur bangsa telah memudar? Setiap
orang, yang menyanyikan lagu perjuangan selain pada waktu upacara, selalu
dianggap payah. Padahal, itu yang harus ditanamkan sejak dini. Rasa cinta
terhadap negeri. Bahkan, bangsa lain juga memperingati hari kemerdekaan kita. Bukankah itu juga suatu kebanggaan?
Dirgahayu Indonesiaku. Semoga masyarakat sadar akan hadirmu sebagai tempat mereka untuk hidup. Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar