Sabtu, 17 Agustus 2013

Indonesia!



Ketika banyak yang menganggap kemerdekaan Indonesia belum benar-benar diraih, jujur aku kecewa. Aku belum mengerti atau bahkan aku memang tak mengerti jalan pikiran mereka yang mengatakan seperti itu.
Mereka semua memandang kemerdekaan itu dari segi ekonomi. Kata mereka, Indonesia belum terbebas dari kebodohan, kemiskinan, dan koruptor. Padahal, mereka saja tak banyak yang mau bekerja keras. Mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Apakah mereka pikir, pemerintah itu adalah segalanya? Yang menjalankan pemerintahan, juga manusia, sama seperti mereka.
Bagaimana tidak bodoh, jika mereka tidak berusaha menuntut ilmu? Mencari pengetahuan tak perlu dengan sekolah. Belajar bisa dimanapun. Sekolah, hanya menjadi tempat pembuat bukti bahwa kita memang menuntut ilmu. Tak perlu menuntut ‘Sekolah Gratis’ dari pemerintah. Karena pemerintah tak hanya mengurus soal pendidikan.
Mereka juga menyebut-nyebut bahwa kemiskinan terjadi karena korupsi merajalela. Mereka mengatakan bahwa para pejabat menyalah-gunakan uang rakyat. Apakah mereka berpikir, jika itu terjadi karena kebodohan mereka? Jika mereka pintar, bukankah mereka berpikir bagaimana caranya agar uang mereka aman? Bukankah mereka berpikir, diantara pejabat-pejabat rakus masih ada pejabat yang berhati mulia? Yang membela kaum mereka?
Aku masih remaja. Aku masih tak paham dengan tindakan kakak-kakakku mahasiswa yang membakar dengan bengis foto Bapak Presiden, memporak-porandakan fasilitas umum, mencaci maki aparat pemerintah, bahkan mencorat-coret bendera Merah Putih. Apa maksud mereka berdemonstrasi seperti itu? Bukankah sebaiknya belajar dengan tekun, sehingga mampu memperbaiki kinerja pemerintah yang mereka anggap kurang baik kelak? Apakah mereka lupa bagaimana masa kecil mereka yang dengan bangga menyebutkan cita-citanya ingin menjadi presiden? Tapi, kenapa saat sudah dewasa, mereka malah berbuat onar yang ditujukan kepada presiden?
Mungkin, jika aku menulusuri tindakan mereka, tak kan ada habisnya. Yang ada, hanya saling menyalahkan di antara mereka. Bukankah itu tandanya mereka tak bertanggung jawab?
Merdeka! Dengan lantang kata itu disebutkan ‘hanya’ saat tanggal 17 Agustus! Proklamasi! ‘Hanya’ saat upacara tanggal 17 Agustus. Lagu-lagu Nasional dinyanyikan dengan merdu ‘hanya’ saat upacara tanggal 17 Agustus! Apakah itu namanya nasionalisme? Apakah itu namanya cinta negeri? Apakah itu pantas dianggap sebagai anak bangsa?
Jika aku memperdengarkan lagu nasional, di hari selain tanggal 17 Agustus, apakah aku salah? Kenapa aku ditertawakan? Inikah yang disebut nilai luhur bangsa telah memudar? Setiap orang, yang menyanyikan lagu perjuangan selain pada waktu upacara, selalu dianggap payah. Padahal, itu yang harus ditanamkan sejak dini. Rasa cinta terhadap negeri. Bahkan, bangsa lain juga memperingati hari kemerdekaan kita. Bukankah itu juga suatu kebanggaan?


Dirgahayu Indonesiaku. Semoga masyarakat sadar akan hadirmu sebagai tempat mereka untuk hidup. Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini