Jumat, 02 Agustus 2013

Rasa Ini Begitu Menyakitkan





Sesak ketika melihat wajahmu tersipu saat mereka bercerita tentang dia. Dia yang mampu membuatmu memujanya. Rasa tak percaya yang semula muncul saat aku mengetahui kamu dekat dengannya, sirna. Aku mulai percaya kamu menyukainya. Ini aneh. Konyol. Bodoh. Payah. Aku ada di antara kalian. Tapi, sepertinya aku bukanlah tembok yang harus kalian tembus. Yang harus kalian daki untuk mempersatukan cinta. Bahkan, mungkin aku tidak terlihat.
Aku sempat membedakanmu dengan yang lain. Tapi ternyata kamu sama. Sama-sama menghilangkanku dari pandanganmu. Ceritaku hanya kau gantung di udara. Itu sama sekali berbeda dengan 3 hari yang lalu! Dari kau menyapaku baik-baik, tersenyum padaku dengan manis, aku mulai percaya jika kamu berbeda dengan mereka. Tapi aku salah! Kamu sama!
            Apakah aku harus menyalahkanmu karena kamu tidak menganggapku ada? Atau, aku harus menyalahkannya karena seolah dia tidak melihatku? Untuk apa mata kalian jika tidak untuk melihat? Hei, aku ada di antara kalian! Bisakah kalian melihatku? Tuhan memberi kalian sepasang mata. Tapi untuk apa? Hanya untuk menatap satu sama lain?
            Apa kau suka jika diacuhkan? Apa kau senang jika ceritamu digantung di udara? Apa kau suka jika dianggap tak ada dalam dunia ini? Apa kau suka? Betapa sempitnya terhimpit oleh kalian. Aku tidak kau perkenankan untuk memperjuangkan perasaanku. Aku sama sekali tidak kau dukung.
            Belum genap satu bulan kita becanda bersama. Belum genap satu bulan tulisan dalam blogku tertera. Belum genap satu bulan aku menulis tentangmu. Belum genap satu bulan aku menulis kejadian yang terjadi di antara kita. Apa kau lupa? Saat-saat kita tertawa bersama, bercengkrama, mengupas habis topik pembicaraan, ah.. apa kau menderita amnesia? Atau, memang kau menganggap itu hal biasa dan wajar? Wajar jika kau mengacuhkanku?
            Sakit kurasa ketika kamu tidak lagi mempedulikanku. Seharusnya kamu tidak usah menyapaku, memberiku sebuah senyuman, mengajakku berbincang, atau mengajakku menimpali leluconmu jika ujung-ujungnya kamu mengacuhkanku! Kamu tidak pernah berpikir bagaimana caraku menghapusmu dari ingatanku.
Kenangan tentangmu masih segar dalam ingatan. Aku masih ingat lelucon-leluconmu 2 minggu yang lalu. Aku masih ingat caramu memegang tanganku. Aku masih ingat saat kamu bersamaku. Awal pertama aku luluh jika di dekatmu. Awal pertama aku belajar untuk tidak salah tingkah di depanmu. Semua itu harusnya sirna! Tidak malah menyesakkan seperti ini!
Apa aku salah jika menyukaimu? Apa aku salah jika mengharuskanmu menghargaiku? Apa aku salah jika menulis tentangmu? Apa aku salah jika menerbitkan tentang perasaanku padamu? Toh, tak banyak orang yang tahu termasuk kamu. Aku memilih diam di hadapanmu. Apalagi, saat mengetahui kamu menyukainya, aku semakin bungkam. Diam seribu bahasa. Mulutku terkunci rapat. Berusaha menekan perasaan sesak yang menyeruak.
Hari ini, kudapati kamu mengerjakan entah tugas apa. Membuatmu kalang kabut. Apa karena saking sibuknya kamu mengurus dia hingga lupa pada tugas yang wajib kau kerjakan? Apa bagusnya dia? Magnet apa yang melekat pada dia? Mengapa dia mampu membuatmu bertekuk lutut di hadapannya, serta mengucap sumpah setia? Padahal, bagiku membuatmu melihatku saja sulit.
Ada hal yang lebih sulit kulakukan. Yaitu, melupakan memori tentangmu. Mungkin, aku harus jatuh dulu hingga membuatku amnesia. Tapi, jika melihatmu, mungkin perasaan itu muncul lagi, dan aku menyukaimu lagi. Hingga aku mengetahui lagi jika kamu menyukainya, dan aku sedih lagi. Ingin melupakanmu dan berharap amnesia kemudian begitu seterusnya sampai bosan.
Belum pernah aku merasakan sesak seperti ini. Berkumpul di tenggorokan. Menyakitkan. Karena ini tak menjadi tangis. Sesak ini hanya membuatku sakit. Membuatku semakin mengingatmu. Kamu yang tak pernah memikirkanku barang sedetik. Kamu yang terlaku sibuk berdialog dengannya. Kamu yang membuatku jatuh. Jatuh hati padamu. Rasa ini benar-benar memiliki ujung yang menyakitkan.
Tuhan, tolong hapus rasa cintaku.
Jika tak kau izinkan aku bersamanya, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini