Jumat, 02 Agustus 2013

Tempat Itu Masih Sama




Tempat itu masih sama. Bedanya, di sampingmu bukan lagi aku. Dan, aku tak lagi di sampingmu.
Mungkin, rasa ini tak begitu menyesakkan jika bukan kamu yang melakukannya. Sikap peduli yang pernah kau beri 3 minggu yang lalu, seakan musnah. Ingatanmu jika aku ada, hilang. Kamu anggap apa aku? Debu? Yang bisa dengan mudah kau sapu dari hidupmu? Apakah aku menganggu penglihatanmu dalam kehidupan ini? Apakah aku sengaja kau hapus dari hidupmu?
Kamu tidak tahu betapa aku mati-matian menekan sesak yang terus membumbung di dada. Kamu bukan masa laluku. Dan mungkin, kamu juga bukan masa depanku. Kamu adalah seseorang yang mengisi hari-hariku 3 minggu terakhir. Kamu adalah seseorang yang membuatku kembali merasakan cinta. Sayangnya, aku menyadari hal ini ketika kamu mulai pergi. Bukan pergi karena aku mengacuhkanmu, tapi karena kamu punya tambatan hati yang lain.
Lagi-lagi pertanyaanku kau gantung di udara. Kau hanya menengokku, mengedikkan bahu, lalu melenggang pergi. Ada apa denganmu? Bisakah kau merasakan sikap heranku? Aku membeku karena sikap dinginmu. Menusuk-nusuk tulangku. Menurunkan suhu tubuhku dengan cepat dan sekejap. Menormalkan jantungku yang tadinya menggebu karena kamu melewatiku. Otakku berpikir keras, mencari alasan apa yang membuatmu berubah.
Aku masih mengikuti sosokmu yang kian lama menjauh, meninggalkan perasaan kecewa di hatiku. Kamu mirip hantu. Hantu yang ada di setiap sudut pikirku. Membayangiku, hingga aku sulit melupakanmu.
Aku bukan sosok yang baru dalam hidupmu. Tapi, aku juga tak mau kau anggap benda yang sudah usang, dan minta diganti yang baru. Aku bukan benda. Aku manusia! Sama seperti kamu! Aku juga bisa mencintai. Sama seperti kamu! Aku dan kamu tidak jauh berbeda. Sayangnya, aku tak berani mengungkapkan perasaan ini padamu. Aku takut, jika kau malah meninggalkanku dengan pandangan aneh.
Tulisan-tulisan ini aku buat untuk meluapkan perasaan yang tak mampu lagi kubendung. Kamu, terlalu banyak menumpuk harapan. Dan meninggalkannya begitu saja tanpa kau rapikan. Apakah, sikap perhatianmu selama ini memang hanya sebatas teman? Apakah aku terlalu banyak berharap? Apakah aku yang sebenarnya menumpuk harapan? Apakah aku yang salah selama ini?
3 minggu bukan waktu yang lama. Secepat itukah kau buatku menyukaimu? Sesingkat itukah kau membuat detak jantungku menggebu? Terlalu tinggi jika aku berharap kamu menyukaiku. Tapi, apakah terlalu tinggi jika aku berharap kamu menjawab pertanyaan-pertanyaanku, menimpali pembicaraanku, dan mengajakku bercengkrama layaknya seorang teman? Apa aku pernah membuatmu sakit hati?
Mungkin, sebentar lagi perasaan ini akan berubah. Seiring aku mampu melupakan perasaan yang hadir saat kau di dekatku. Mungkin, dengan sakit hati ini, aku berhenti menyukaimu. Tak seharusnya aku memendam perasaan ini yang kemungkinan akan menyeruak. Tempat itu masih sama. Menjadi saksi bahwa kau memang pernah peduli padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini