Tempat itu masih sama. Bedanya,
di sampingmu bukan lagi aku. Dan, aku tak lagi di sampingmu.
Mungkin, rasa ini tak begitu menyesakkan jika
bukan kamu yang melakukannya. Sikap peduli yang pernah kau beri 3 minggu yang
lalu, seakan musnah. Ingatanmu jika aku ada, hilang. Kamu anggap apa aku? Debu?
Yang bisa dengan mudah kau sapu dari hidupmu? Apakah aku menganggu
penglihatanmu dalam kehidupan ini? Apakah aku sengaja kau hapus dari hidupmu?
Kamu tidak tahu betapa
aku mati-matian menekan sesak yang terus membumbung di dada. Kamu bukan masa
laluku. Dan mungkin, kamu juga bukan masa depanku. Kamu adalah seseorang yang
mengisi hari-hariku 3 minggu terakhir. Kamu adalah seseorang yang membuatku
kembali merasakan cinta. Sayangnya, aku menyadari hal ini ketika kamu mulai
pergi. Bukan pergi karena aku mengacuhkanmu, tapi karena kamu punya tambatan
hati yang lain.
Lagi-lagi pertanyaanku
kau gantung di udara. Kau hanya menengokku, mengedikkan bahu, lalu melenggang
pergi. Ada apa denganmu? Bisakah kau merasakan sikap heranku? Aku membeku
karena sikap dinginmu. Menusuk-nusuk tulangku. Menurunkan suhu tubuhku dengan
cepat dan sekejap. Menormalkan jantungku yang tadinya menggebu karena kamu
melewatiku. Otakku berpikir keras, mencari alasan apa yang membuatmu berubah.
Aku masih mengikuti sosokmu
yang kian lama menjauh, meninggalkan perasaan kecewa di hatiku. Kamu mirip
hantu. Hantu yang ada di setiap sudut pikirku. Membayangiku, hingga aku sulit
melupakanmu.
Aku bukan sosok yang
baru dalam hidupmu. Tapi, aku juga tak mau kau anggap benda yang sudah usang,
dan minta diganti yang baru. Aku bukan benda. Aku manusia! Sama seperti kamu!
Aku juga bisa mencintai. Sama seperti kamu! Aku dan kamu tidak jauh berbeda.
Sayangnya, aku tak berani mengungkapkan perasaan ini padamu. Aku takut, jika
kau malah meninggalkanku dengan pandangan aneh.
Tulisan-tulisan ini aku
buat untuk meluapkan perasaan yang tak mampu lagi kubendung. Kamu, terlalu
banyak menumpuk harapan. Dan meninggalkannya begitu saja tanpa kau rapikan.
Apakah, sikap perhatianmu selama ini memang hanya sebatas teman? Apakah aku
terlalu banyak berharap? Apakah aku yang sebenarnya menumpuk harapan? Apakah
aku yang salah selama ini?
3 minggu bukan waktu
yang lama. Secepat itukah kau buatku menyukaimu? Sesingkat itukah kau membuat
detak jantungku menggebu? Terlalu tinggi jika aku berharap kamu menyukaiku.
Tapi, apakah terlalu tinggi jika aku berharap kamu menjawab
pertanyaan-pertanyaanku, menimpali pembicaraanku, dan mengajakku bercengkrama
layaknya seorang teman? Apa aku pernah membuatmu sakit hati?
Mungkin, sebentar lagi
perasaan ini akan berubah. Seiring aku mampu melupakan perasaan yang hadir saat
kau di dekatku. Mungkin, dengan sakit hati ini, aku berhenti menyukaimu. Tak
seharusnya aku memendam perasaan ini yang kemungkinan akan menyeruak. Tempat
itu masih sama. Menjadi saksi bahwa kau memang pernah peduli padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar