Terima kasih untuk si penulis yang mengizinkan saya mengirim tulisan ini dalam blog pribadi saya :) Terima kasih untuk si penulis enggan disebut namanya ini telah mengizinkan saya membagi tulisan ini :) Tak lupa, selamat untuk 6 orang beruntung yang menjadi ide cerita si penulis :) Selamat membaca.
Selamat malam untuk
manusia dari kelas *sensor*, ketua salah satu organisasi asal sekolah si
penulis. Selamat beraktifitas untuk Mas *sebut nama*, dan selamat, karena anda
telah masuk ke dalam daftar orang terpenting dalam tema ‘modus’ hari ini. Haha.
Mungkin, adik kelasmu yang satu ini, memang benar-benar gila. Berlagak merajuk,
manja, seperti seorang adik terhadap kakaknya. Ya, memang itu cerita khayalan
si penulis tentangmu, yang ingin dia angkat dalam kejadian nyata kalian di
sekolah. Sulit memang. Namun, ada kepuasan batin tersendiri jika kamu
memperlakukan si penulis seperti adikmu sendiri. Bercanda, menjitak, mengejek,
saling adu cubit, dan lain sebagainya. Menunjukkan bahwa ada DNA yang sama di
antara kalian. Ada 1 gen yang menyamakan sifat kalian. Yang bahkan, si penulis
tak tahu, DNA kamu tersusun dari sel apa, dan DNA-nya tersusun dari sel yang
bagaimana.
Untuk yang kedua,
selamat malam, makhluk kelas *sensor*, salah satu anggota organisasi,
berperawakan polisi semi tentara, bernama *sebut nama*. Selamat, dek. Kamu
adalah juara wajah ganteng dalam otak si penulis. Kamu selalu jadi yang pertama
nih, dek. Walaupun rasanya, dia sendiri pengen ngejitak *hening*, yang katanya
mantan kamu. Yang orangnya kayak sok ‘iya’ tapi, sepertinya enggak. Yang sok
jadi ‘pemimpin’, tapi tak punya jiwa kepemimpinan. Ah, entahlah dek. Yang
jelas, senyum kamu di pagi menjelang siang hari ini, mampu membuatnya berteriak
tak jelas, cenderung gila. Apalagi setelah dia menemukan akun facebook dari
akun yang katanya mantan kamu. Ada rasa senang karena berhasil menemukan kamu
dalam dunia maya, namun ada juga rasa kecewa ketika kamu sepertinya dekat
dengan cewek bernama *hening* itu.
Dan yang berada
pada posisi ketiga adalah, manusia dari kelas *sensor*, teman seperjuangan
dalam lomba menulis beberapa waktu yang lalu, bernama *sebut nama*. Selamat
bertemu kembali, dek. Sebenarnya, sudah lama, si penulis pengen ketemu kamu.
Kamu yang dulu pernah jadi vitamin A baginya, karena wajahmu hampir mirip
dengan manusia dari kelas *sensor*, yang punya cerita lain dalam hidupnya. Kamu
si pemilik tas abu-abu, yang menjadi alasannya untuk memanggilmu ‘Abu-abu’.
Mungkin, sama seperti posisinya dalam hidupmu, hanya abu-abu. Tekadnya untuk
menyapamu beberapa hari yang lalu, terlaksana, hari ini. Syukurlah. Ternyata
kamu masih mengenal kakak kelasmu yang satu ini. Yang, selang beberapa siang
lalu, tersenyum kepadamu, lalu mendadak melting karena responmu
menyatakan masih mengenalinya. Ya, ada semacam bongkahan batu berukuran besar,
menyumbat kerongkongannya, sehingga sulit untuk menelan liur, bahkan berbicara.
Aneh tapi nyata. Gila tapi waras.
Keempat adalah *sebut
nama*. Meskipun ini termasuk modus yang gagal, tapi dia masih cukup beruntung,
bisa melihat kamu dari jarak kurang dari 2 meter. Biasanya? Lebih dari 10
meter! Walaupun, dia kecewa dengan model rambutmu sekarang -_- ini seperti
bukan kamu yang dia kenal. Kesannya itu, bukan manusia dari kelas *sensor* yang
dulu menginjak kelas si penulis dan menjadi sang jawara dalam benak si penulis.
Yang membuat galau si penulis setelah kamu meninggalkannya gara-gara alasan
kekasihmu. Si penulis masih rindu akan hadirmu, Mas. Si penulis masih kesal
dengan sikapmu yang mengacuhkannya. Si penulis masih kecewa dengan sikapmu yang
‘melenyapkan’ dia dari duniamu. Berbanding terbalik dengan si penulis yang
menganggapmu sebagai pahlawan dalam hidupnya. Yang membawamu ke dunianya,
merambah dengan bebas, sampai sudut terkecil dalam istana hatinya.
Untuk yang kelima.
Manusia berarti lain yang selama beberapa bulan mengisi perannya dalam benak si
penulis. Yang menghadirkan untaian kisah cerita sambung, yang ditulisnya
berdasarkan khayalan tentang kamu, *sebut nama*. Yang mampu membuat si penulis
tergila-gila dengan sikapmu yang seakan mengistimewakannya. Selamat, kamu
termasuk orang dalam acara bertema ‘modus’ hari ini. Siang ini. Ketika dia
keluar kelas, lalu menyapamu dengan sejuta senyuman, segelintir tawa, dan harus
kau tahu, tak ada degup jantung yang menggebu! Dia telah mampu menanggalkan
perasaan yang beberapa bulan lalu mengitari dunianya. Mengubahnya menjadi buta
dan tuli untuk mengetahui dunia luar, yang mengekangnya untuk sekedar menghirup
oksigen dari tempatnya berpijak.
Untuk yang
terakhir. *sebut nama*. Yang menjadi peran utama dalam beberapa kisah yang
ditulis oleh si penulis yang akan dikirim melalui blog pribadinya. Menjadi
berita terhangat dalam file ‘rahasia’nya. Bergalau-galau ria dengan manusia
berbulu mata lentik, berambut cepak, senyum manis, dan dagu yang sama dengan
senyumnya. Yang sempat membuat jantungnya hampir putus asa untuk menyetor darah
ke tubuhnya gara-gara sebuah kalimat dari makhluk ini, yang menyatakan bahwa
dia ingin memacari adik kelas si penulis. Adik kelas yang membuat si penulis
ingin menjitak dengan sepenuh hati, menampar, bahkan mengeplak! Manusia yang
dianggap ganteng si penulis, menyukai adik kelas yang dibenci si penulis! Oh
God! I’m confussed. Menggelikankah? Tapi, lagi-lagi si penulis geleng-geleng
kepala dan kembali mengecamkan pernyataan bahwa ia, TIDAK MENYUKAI kawan
sekelasnya ini. Ia yakin, rasa nyaman itu, hanya sementara. Tidak untuk selamanya.
Pasti, rasa itu mirip dengan rasa seperti saat ia dengan si nomor 5. Iya. Si
penulis yakin dengan hal itu.
Tergantung lagu
yang mengalun dalam telinga si penulis. Duka? Suka? Pasti mengalirlah cerita
pengalaman si penulis sesuai lagu. Sekitar 80% tulisan si penulis adalah fakta!
Dengan beberapa pengubahan isi cerita, ia menulis sesuai dengan kenyataan. Si
penulis lebih berbakat mengungkapkan perasaannya ketimbang membuat alur cerita
yang baginya malah ngelantur ke sana-sini. Membuatnya terkadang tergelak
membaca tulisannya sendiri. Yang membuat orang menganggap si penulis ini adalah
manusia unik berkarakter. Yuhuy! Yang menyukai pekerjaan berpembawaan keren.
Misalnya, kameraman, fotografer, wartawan, dan lain sebagainya. Namun, untuk
minat, si penulis, lebih menyukai dunia menulis. Padahal, bakatnya menjurus
pada bidang seni. Mungkin, si penulis memang bukan seutuhnya manusia yang
wajar. Dia punya segudang keistimewaan yang membuatnya berbeda dengan
pesaing-pesaingnya dalam mendapatkan perhatian dari keenam makhluk yang telah
diceritakan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar