Senin, 04 November 2013

6 Orang Beruntung yang Merajai Kisah si Penulis




Terima kasih untuk si penulis yang mengizinkan saya mengirim tulisan ini dalam blog pribadi saya :) Terima kasih untuk si penulis enggan disebut namanya ini telah mengizinkan saya membagi tulisan ini :) Tak lupa, selamat untuk 6 orang beruntung yang menjadi ide cerita si penulis :) Selamat membaca.
        Selamat malam untuk manusia dari kelas *sensor*, ketua salah satu organisasi asal sekolah si penulis. Selamat beraktifitas untuk Mas *sebut nama*, dan selamat, karena anda telah masuk ke dalam daftar orang terpenting dalam tema ‘modus’ hari ini. Haha. Mungkin, adik kelasmu yang satu ini, memang benar-benar gila. Berlagak merajuk, manja, seperti seorang adik terhadap kakaknya. Ya, memang itu cerita khayalan si penulis tentangmu, yang ingin dia angkat dalam kejadian nyata kalian di sekolah. Sulit memang. Namun, ada kepuasan batin tersendiri jika kamu memperlakukan si penulis seperti adikmu sendiri. Bercanda, menjitak, mengejek, saling adu cubit, dan lain sebagainya. Menunjukkan bahwa ada DNA yang sama di antara kalian. Ada 1 gen yang menyamakan sifat kalian. Yang bahkan, si penulis tak tahu, DNA kamu tersusun dari sel apa, dan DNA-nya tersusun dari sel yang bagaimana.

            Untuk yang kedua, selamat malam, makhluk kelas *sensor*, salah satu anggota organisasi, berperawakan polisi semi tentara, bernama *sebut nama*. Selamat, dek. Kamu adalah juara wajah ganteng dalam otak si penulis. Kamu selalu jadi yang pertama nih, dek. Walaupun rasanya, dia sendiri pengen ngejitak *hening*, yang katanya mantan kamu. Yang orangnya kayak sok ‘iya’ tapi, sepertinya enggak. Yang sok jadi ‘pemimpin’, tapi tak punya jiwa kepemimpinan. Ah, entahlah dek. Yang jelas, senyum kamu di pagi menjelang siang hari ini, mampu membuatnya berteriak tak jelas, cenderung gila. Apalagi setelah dia menemukan akun facebook dari akun yang katanya mantan kamu. Ada rasa senang karena berhasil menemukan kamu dalam dunia maya, namun ada juga rasa kecewa ketika kamu sepertinya dekat dengan cewek bernama *hening* itu.
            Dan yang berada pada posisi ketiga adalah, manusia dari kelas *sensor*, teman seperjuangan dalam lomba menulis beberapa waktu yang lalu, bernama *sebut nama*. Selamat bertemu kembali, dek. Sebenarnya, sudah lama, si penulis pengen ketemu kamu. Kamu yang dulu pernah jadi vitamin A baginya, karena wajahmu hampir mirip dengan manusia dari kelas *sensor*, yang punya cerita lain dalam hidupnya. Kamu si pemilik tas abu-abu, yang menjadi alasannya untuk memanggilmu ‘Abu-abu’. Mungkin, sama seperti posisinya dalam hidupmu, hanya abu-abu. Tekadnya untuk menyapamu beberapa hari yang lalu, terlaksana, hari ini. Syukurlah. Ternyata kamu masih mengenal kakak kelasmu yang satu ini. Yang, selang beberapa siang lalu, tersenyum kepadamu, lalu mendadak melting karena responmu menyatakan masih mengenalinya. Ya, ada semacam bongkahan batu berukuran besar, menyumbat kerongkongannya, sehingga sulit untuk menelan liur, bahkan berbicara. Aneh tapi nyata. Gila tapi waras.
            Keempat adalah *sebut nama*. Meskipun ini termasuk modus yang gagal, tapi dia masih cukup beruntung, bisa melihat kamu dari jarak kurang dari 2 meter. Biasanya? Lebih dari 10 meter! Walaupun, dia kecewa dengan model rambutmu sekarang -_- ini seperti bukan kamu yang dia kenal. Kesannya itu, bukan manusia dari kelas *sensor* yang dulu menginjak kelas si penulis dan menjadi sang jawara dalam benak si penulis. Yang membuat galau si penulis setelah kamu meninggalkannya gara-gara alasan kekasihmu. Si penulis masih rindu akan hadirmu, Mas. Si penulis masih kesal dengan sikapmu yang mengacuhkannya. Si penulis masih kecewa dengan sikapmu yang ‘melenyapkan’ dia dari duniamu. Berbanding terbalik dengan si penulis yang menganggapmu sebagai pahlawan dalam hidupnya. Yang membawamu ke dunianya, merambah dengan bebas, sampai sudut terkecil dalam istana hatinya.
            Untuk yang kelima. Manusia berarti lain yang selama beberapa bulan mengisi perannya dalam benak si penulis. Yang menghadirkan untaian kisah cerita sambung, yang ditulisnya berdasarkan khayalan tentang kamu, *sebut nama*. Yang mampu membuat si penulis tergila-gila dengan sikapmu yang seakan mengistimewakannya. Selamat, kamu termasuk orang dalam acara bertema ‘modus’ hari ini. Siang ini. Ketika dia keluar kelas, lalu menyapamu dengan sejuta senyuman, segelintir tawa, dan harus kau tahu, tak ada degup jantung yang menggebu! Dia telah mampu menanggalkan perasaan yang beberapa bulan lalu mengitari dunianya. Mengubahnya menjadi buta dan tuli untuk mengetahui dunia luar, yang mengekangnya untuk sekedar menghirup oksigen dari tempatnya berpijak.
            Untuk yang terakhir. *sebut nama*. Yang menjadi peran utama dalam beberapa kisah yang ditulis oleh si penulis yang akan dikirim melalui blog pribadinya. Menjadi berita terhangat dalam file ‘rahasia’nya. Bergalau-galau ria dengan manusia berbulu mata lentik, berambut cepak, senyum manis, dan dagu yang sama dengan senyumnya. Yang sempat membuat jantungnya hampir putus asa untuk menyetor darah ke tubuhnya gara-gara sebuah kalimat dari makhluk ini, yang menyatakan bahwa dia ingin memacari adik kelas si penulis. Adik kelas yang membuat si penulis ingin menjitak dengan sepenuh hati, menampar, bahkan mengeplak! Manusia yang dianggap ganteng si penulis, menyukai adik kelas yang dibenci si penulis! Oh God! I’m confussed. Menggelikankah? Tapi, lagi-lagi si penulis geleng-geleng kepala dan kembali mengecamkan pernyataan bahwa ia, TIDAK MENYUKAI kawan sekelasnya ini. Ia yakin, rasa nyaman itu, hanya sementara. Tidak untuk selamanya. Pasti, rasa itu mirip dengan rasa seperti saat ia dengan si nomor 5. Iya. Si penulis yakin dengan hal itu.
            Tergantung lagu yang mengalun dalam telinga si penulis. Duka? Suka? Pasti mengalirlah cerita pengalaman si penulis sesuai lagu. Sekitar 80% tulisan si penulis adalah fakta! Dengan beberapa pengubahan isi cerita, ia menulis sesuai dengan kenyataan. Si penulis lebih berbakat mengungkapkan perasaannya ketimbang membuat alur cerita yang baginya malah ngelantur ke sana-sini. Membuatnya terkadang tergelak membaca tulisannya sendiri. Yang membuat orang menganggap si penulis ini adalah manusia unik berkarakter. Yuhuy! Yang menyukai pekerjaan berpembawaan keren. Misalnya, kameraman, fotografer, wartawan, dan lain sebagainya. Namun, untuk minat, si penulis, lebih menyukai dunia menulis. Padahal, bakatnya menjurus pada bidang seni. Mungkin, si penulis memang bukan seutuhnya manusia yang wajar. Dia punya segudang keistimewaan yang membuatnya berbeda dengan pesaing-pesaingnya dalam mendapatkan perhatian dari keenam makhluk yang telah diceritakan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini