Teng
.. teng .. teng ..
Bel istirahat berbunyi. Namun, murid
– murid kelas VI-A SD Harapan Bangsa belum keluar kelas. Di kelas tampak
Nina yang sedang membagikan sebuah
undangan ulang tahun. Nina adalah anak orang kaya. Mungkin wajar baginya bila
setiap ulang tahun selalu dirayakan dengan meriah.
“ Datang ya !! “ pinta Nina.
“ Oke. Kita pasti datang,” jawab
Riska sang ketua kelas.
Selesai mendapat undangan, murid –
murid pun keluar kelas. Tinggal Riska dan Lili yang tidak keluar. Riska tidak
istirahat karena membawa bekal, Lili tidak istirahat karena bingung.
“ Kamu nggak ke kantin ? “ tanya
Riska.
“ Ehm .. Enggak Ris. Males,” jawab
Lili dengan senyum tipis.
“ Oh, Tapi kamu kok sedikit murung ?
“ Riska bertanya lagi.
“ Aku bingung Ris. Di ulang tahun
Nina aku bawa kado apa ya ? “ Lili balik bertanya dengan wajah yang sangat
murung. Riska mengerti keadaan Lili. Ibu Lili hanya seorang tukang sayur
keliling, dan ayahnya sedang merantau.
“ Kamu tanya ibumu saja. Mungkin
ibumu lebih tau,” Riska menjawab dengan mantab.
“ Makasih ya Ris, “ Lili tersenyum
lega.
Begitu sampai rumah, Lili mencari
ibunya. Tanpa menaruh tas, Lili segera menuju samping rumah. Ibunya yang sedang
menata sayuran di sepeda bingung melihat tingkah Lili yang tak biasa.
“ Kamu kenapa Li ? Nggak biasanya
kamu begitu, “ tanya Ibu yang masih menata sayuran.
“ Begini Bu. Nina itu besok lusa mau
ulang tahun. Terus aku memberi kado apa buat dia ? “ Lili mengatakan sesuai
saran Riska.
Ibu menghentikan kegiatannya. Sambil
membelai rambut Lili, beliau menasihati putrinya.
“ Memangnya Lili mau kasih kado apa
? “ Ibu balik bertanya.
“ Yah Ibu. Kan Lili tanya ke Ibu.
Kok balik bertanya ? “ Lili heran.
“ Kan yang mau kasih kado Lili.
Jadi, Lili mau kasih kado apa ? “ Ibu menjelaskan dengan sabar.
“ Entahlah, Bu, “ Lili menjawab
dengan nada menggantung. Matanya jauh menerawang membayangkan sekotak kado
berisi pernak – pernik lucu. Dan ia juga membayangkan kalau Nina dengan wajah
yang riang begitu melihat isi kado dari Lili.
“ Hei, kok kamu malah melamun ? Ya
sudah kalau begitu. Ibu jualan dulu. Nanti kalau sudah kamu pikirkan kadonya,
Ibu akan bantu cari,” Ibu tersenyum.
“ Baiklah Bu. Hati – hati di jalan,
“ Lili mencium tangan ibunya kemudian masuk ke rumah.
‘Aku harus kasih kado apa ke Nina ?
Dia kan kaya. Kalo kado dari aku murah, aku kan malu. Soalnya waktu aku ulang
tahun, Nina kasih kado boneka yang luccuuu banget. Masa’ aku cuma ngasih kado
kotak pensil ? ‘ pikir Lili. Ya, Lili masih bingung dengan kado yang akan
diberikan. Ia belum menemukan inspirasi apa – apa.
10 menit berlalu. Lili masih
terpekur dengan keinginannya.Maksud hati ingin memberi lebih, tapi takdir
berkata lain. Tiba – tiba, Lili melihat sebuah majalah di bawah meja belajarnya.
Lili ingat, itu majalah pemberian ayahnya setahun lalu. Saat itu, ayah pulang
dari merantau.
Lili membaca sebuah halaman berisi
cara membuat gantungan kunci dengan mudah dan bahan yang murah. Ia tersenyum
lebar. Menemukan solusi yang sangat tepat. Kebetulan, semua bahan yang
dibutuhkan sudah ada. Lili tinggal menunggu ibunya pulang dari pasar. Dengan
perasaan tenang, ia pun tidur siang.
Ketika ibu pulang dari pasar, Lili
masih tidur siang. Ibunya menengok sebentar, kemudian ke dapur. Belum sampai 5
menit Ibu berada di dapur, Lili menyusul Ibunya.
“ Bu, ini. Bagus kan Bu ? Kita buat
ya Bu ? “ Lili tampak menggebu – gebu menunjukkan majalah yang tadi.
“ Wah, iya Li. Lucu. Bahan -
bahannya ada di kamar. Nanti Ibu bantu kamu buat gantungan ini, “ Ibunya pun
mendukung.
Lili tampak tekun membuat gantungan
kunci tersebut. Gantungan kunci itu terbuat dari kain. Lili membentuk kain
tersebut dengan nama NINA. Tampak lucu dengan kain biru. Lili membuatnya dengan
sekreatif mungkin agar Nina dapat terkesan.
Sekitar 2 jam, Lili membuat
gantungan kunci itu. Lili tampak puas dengan hasil kerja kerasnya itu. Ibu yang
membantu menyiapkan juga ikut puas dengan hasil kerja keras Lili.
“ Bagus Li. Kamu kreatif,” ujar Ibu
memuji pekerjaan Lili.
“ Makasih Bu. Aku juga puas dengan
hasil ini. Tinggal membungkus dan memberi kartu ucapan,” kata Lili sambil
menulis di kartu ucapan.
Selamat ulang tahun Nina. Kado ini hasil
tanganku sendiri. Maaf jika gantungan kunci ini jelek. Namun, semoga kamu tidak
melihat gantungan kuncinya. Tapi, melihat keikhlasanku memberi kado ini
untukmu. Karena aku punya kado yang lebih berharga dari ini. Nilai dari sebuah
kado adalah keikhlasan dan do’a agar kau
selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya ini yang dapat kuberi dan
kusampaikan untukmu. Aku berharap, kau senang dengan pemberianku ini. Salam
manis dari sahabatmu, LILI.
Kemudian,
Lili membungkus gantungan kunci itu dan menyelipkan secarik kertas yang berisi
ucapan. Tampak puas terlihat dari wajahnya. Dengan semangat ia berharap, hari
ini berganti esok hari. Tepat hari ulang tahun Nina. Senyum pun terpancar dari
wajahnya membayangkan Nina saat membuka kadonya.
‘
Semoga saja, Nina senang dengan gantungan kunci ini. Ya, semoga, ‘ batinnya
dengan senyum yang mengembang dari bibirnya.
Sore
hari, Lili bersiap – siap untuk ke ulang tahun Nina. Tak lupa, ia menyiapkan gantungan
kunci buatannya itu. Setelah beres, Lili menunggu Riska.
Sekitar
5 menit, Riska muncul dengan senyum yang sudah mengembang dari bibirnya. Lili
pun segera pamit, dan menuju rumah Nina yang megah itu.
Ketika
sampai, rumah Nina sudah ramai dengan tamu undangan. Riska dan Lili segera menemui Nina. Mereka
berdua memberi ucapan selamat ulang tahun kepada Nina. Kemudian memberi kado.
Setelah bercakap – cakap sebentar, Riska dan Lili duduk dan makan – makan.
Saat
Nina membuka kado dari teman – teman, ia terkejut melihat kado dari Lili.
Sebuah gantungan kunci yang bertuliskan namanya. Tampak manis. Kemudian, ia
terharu membaca secarik kertas yang sengaja diselipkan Lili untuknya.
“
Untuk temanku Lili, mohon untuk ke sini, ” kata Nina. Lili tampak terkejut saat
namanya dipanggil.
“
Ehm, ada apa Nin ? “ tanya Lili heran.
“
Makasih ya Li. Gantungan kuncinya bagus banget. Sudah lama aku ingin gantungan
kunci kayak gini. Sekali lagi makasih ya Li, “ ujar Nina dengan senyum lebar.
“
Iya sama – sama Nin. Aku juga senang karena kado itu membuatmu senang, “ balas
Lili haru.
“
Wah, aku juga ingin gantungan kunci kayak gitu. Aku pesan boleh ? “ tanya salah
satu tamu undangan.
“
Boleh. Ini aku dan ibu yang membuatnya. Pesan berapa ? “ tanya Lili penuh
semangat.
“
Aku juga mau pesan, “ kata yang lain. Dan saat itu pun banyak yang memesan
gantungan kunci seperti milik Lili yang diberikan kepada Nina. Dengan senang
hati, Lili mencatat pesanan – pesanan itu.
Saat
perjalanan pulang, Lili tak henti – hentinya bersyukur. Lili ingin segera
sampai rumah dan memberitahu ibunya apa yang ia alami hari ini. Sesuatu yang
sangat berharga bagi dirinya.
“ Ibu ... Gantungan kunci buatan kita
banyak yang pesan. Ini bu catatannya. Katanya mau diambil seminggu lagi. Dan
ini, uang mukanya. Lili sih, belum mengatakan harganya berapa. Tapi mereka
semua mendesak agar mau menerima uang muka ini, “ kata Lili menggebu – gebu.
“
Ya ampun. Alhamdulillah Ya Allah. Terima kasih ya Allah telah memberikan
rezekimu kepada kami. Juga terima kasih Lili. Ini juga karena idemu kan ? “ Ibu
bersyukur.
“
Ah Ibu. Ini juga karena bantuan Ibu, “ kata Lili merendah.
Mereka
pun segera membeli bahan – bahan untuk membuat gantungan kunci. Setelah bahan
didapat, tinggal membuat gantungannya. Lili dengan semangat membuat gantungan
kunci tersebut.
2
bulan kemudian, keluarga Lili membuka toko khusus pernak pernik. Berkat
ketekunan dari Ibu Lili toko itu berkembang sangat pesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar