Sabtu, 14 September 2013

Gantungan Kunci



Teng .. teng .. teng ..
            Bel istirahat berbunyi. Namun, murid – murid kelas VI-A SD Harapan Bangsa belum keluar kelas. Di kelas tampak Nina  yang sedang membagikan sebuah undangan ulang tahun. Nina adalah anak orang kaya. Mungkin wajar baginya bila setiap ulang tahun selalu dirayakan dengan meriah.

            “ Datang ya !! “ pinta Nina.
            “ Oke. Kita pasti datang,” jawab Riska sang ketua kelas.
            Selesai mendapat undangan, murid – murid pun keluar kelas. Tinggal Riska dan Lili yang tidak keluar. Riska tidak istirahat karena membawa bekal, Lili tidak istirahat karena bingung.
            “ Kamu nggak ke kantin ? “ tanya Riska.
            “ Ehm .. Enggak Ris. Males,” jawab Lili dengan senyum tipis.
            “ Oh, Tapi kamu kok sedikit murung ? “ Riska bertanya lagi.
            “ Aku bingung Ris. Di ulang tahun Nina aku bawa kado apa ya ? “ Lili balik bertanya dengan wajah yang sangat murung. Riska mengerti keadaan Lili. Ibu Lili hanya seorang tukang sayur keliling, dan ayahnya sedang merantau.
            “ Kamu tanya ibumu saja. Mungkin ibumu lebih tau,” Riska menjawab dengan mantab.
            “ Makasih ya Ris, “ Lili tersenyum lega.
            Begitu sampai rumah, Lili mencari ibunya. Tanpa menaruh tas, Lili segera menuju samping rumah. Ibunya yang sedang menata sayuran di sepeda bingung melihat tingkah Lili yang tak biasa.
            “ Kamu kenapa Li ? Nggak biasanya kamu begitu, “ tanya Ibu yang masih menata sayuran.
            “ Begini Bu. Nina itu besok lusa mau ulang tahun. Terus aku memberi kado apa buat dia ? “ Lili mengatakan sesuai saran Riska.
            Ibu menghentikan kegiatannya. Sambil membelai rambut Lili, beliau menasihati putrinya.
            “ Memangnya Lili mau kasih kado apa ? “ Ibu balik bertanya.
            “ Yah Ibu. Kan Lili tanya ke Ibu. Kok balik bertanya ? “ Lili heran.
            “ Kan yang mau kasih kado Lili. Jadi, Lili mau kasih kado apa ? “ Ibu menjelaskan dengan sabar.
            “ Entahlah, Bu, “ Lili menjawab dengan nada menggantung. Matanya jauh menerawang membayangkan sekotak kado berisi pernak – pernik lucu. Dan ia juga membayangkan kalau Nina dengan wajah yang riang begitu melihat isi kado dari Lili.
            “ Hei, kok kamu malah melamun ? Ya sudah kalau begitu. Ibu jualan dulu. Nanti kalau sudah kamu pikirkan kadonya, Ibu akan bantu cari,” Ibu tersenyum.
            “ Baiklah Bu. Hati – hati di jalan, “ Lili mencium tangan ibunya kemudian masuk ke rumah.
            ‘Aku harus kasih kado apa ke Nina ? Dia kan kaya. Kalo kado dari aku murah, aku kan malu. Soalnya waktu aku ulang tahun, Nina kasih kado boneka yang luccuuu banget. Masa’ aku cuma ngasih kado kotak pensil ? ‘ pikir Lili. Ya, Lili masih bingung dengan kado yang akan diberikan. Ia belum menemukan inspirasi apa – apa.
            10 menit berlalu. Lili masih terpekur dengan keinginannya.Maksud hati ingin memberi lebih, tapi takdir berkata lain. Tiba – tiba, Lili melihat sebuah majalah di bawah meja belajarnya. Lili ingat, itu majalah pemberian ayahnya setahun lalu. Saat itu, ayah pulang dari merantau.
            Lili membaca sebuah halaman berisi cara membuat gantungan kunci dengan mudah dan bahan yang murah. Ia tersenyum lebar. Menemukan solusi yang sangat tepat. Kebetulan, semua bahan yang dibutuhkan sudah ada. Lili tinggal menunggu ibunya pulang dari pasar. Dengan perasaan tenang, ia pun tidur siang.
            Ketika ibu pulang dari pasar, Lili masih tidur siang. Ibunya menengok sebentar, kemudian ke dapur. Belum sampai 5 menit Ibu berada di dapur, Lili menyusul Ibunya.
            “ Bu, ini. Bagus kan Bu ? Kita buat ya Bu ? “ Lili tampak menggebu – gebu menunjukkan majalah yang tadi.
            “ Wah, iya Li. Lucu. Bahan - bahannya ada di kamar. Nanti Ibu bantu kamu buat gantungan ini, “ Ibunya pun mendukung.
            Lili tampak tekun membuat gantungan kunci tersebut. Gantungan kunci itu terbuat dari kain. Lili membentuk kain tersebut dengan nama NINA. Tampak lucu dengan kain biru. Lili membuatnya dengan sekreatif mungkin agar Nina dapat terkesan.
            Sekitar 2 jam, Lili membuat gantungan kunci itu. Lili tampak puas dengan hasil kerja kerasnya itu. Ibu yang membantu menyiapkan juga ikut puas dengan hasil kerja keras Lili.
            “ Bagus Li. Kamu kreatif,” ujar Ibu memuji pekerjaan Lili.
            “ Makasih Bu. Aku juga puas dengan hasil ini. Tinggal membungkus dan memberi kartu ucapan,” kata Lili sambil menulis di kartu ucapan.
           
Selamat ulang tahun Nina. Kado ini hasil tanganku sendiri. Maaf jika gantungan kunci ini jelek. Namun, semoga kamu tidak melihat gantungan kuncinya. Tapi, melihat keikhlasanku memberi kado ini untukmu. Karena aku punya kado yang lebih berharga dari ini. Nilai dari sebuah kado adalah keikhlasan dan do’a  agar kau selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya ini yang dapat kuberi dan kusampaikan untukmu. Aku berharap, kau senang dengan pemberianku ini. Salam manis dari sahabatmu, LILI.
Kemudian, Lili membungkus gantungan kunci itu dan menyelipkan secarik kertas yang berisi ucapan. Tampak puas terlihat dari wajahnya. Dengan semangat ia berharap, hari ini berganti esok hari. Tepat hari ulang tahun Nina. Senyum pun terpancar dari wajahnya membayangkan Nina saat membuka kadonya.
‘ Semoga saja, Nina senang dengan gantungan kunci ini. Ya, semoga, ‘ batinnya dengan senyum yang mengembang dari bibirnya.
Sore hari, Lili bersiap – siap untuk ke ulang tahun Nina. Tak lupa, ia menyiapkan gantungan kunci buatannya itu. Setelah beres, Lili menunggu Riska.
Sekitar 5 menit, Riska muncul dengan senyum yang sudah mengembang dari bibirnya. Lili pun segera pamit, dan menuju rumah Nina yang megah itu.
Ketika sampai, rumah Nina sudah ramai dengan tamu undangan.  Riska dan Lili segera menemui Nina. Mereka berdua memberi ucapan selamat ulang tahun kepada Nina. Kemudian memberi kado. Setelah bercakap – cakap sebentar, Riska dan Lili duduk dan makan – makan.
Saat Nina membuka kado dari teman – teman, ia terkejut melihat kado dari Lili. Sebuah gantungan kunci yang bertuliskan namanya. Tampak manis. Kemudian, ia terharu membaca secarik kertas yang sengaja diselipkan Lili untuknya.
“ Untuk temanku Lili, mohon untuk ke sini, ” kata Nina. Lili tampak terkejut saat namanya dipanggil.
“ Ehm, ada apa Nin ? “ tanya Lili heran.
“ Makasih ya Li. Gantungan kuncinya bagus banget. Sudah lama aku ingin gantungan kunci kayak gini. Sekali lagi makasih ya Li, “ ujar Nina dengan senyum lebar.
“ Iya sama – sama Nin. Aku juga senang karena kado itu membuatmu senang, “ balas Lili haru.
“ Wah, aku juga ingin gantungan kunci kayak gitu. Aku pesan boleh ? “ tanya salah satu tamu undangan.
 “ Boleh. Ini aku dan ibu yang membuatnya. Pesan berapa ? “ tanya Lili penuh semangat.
“ Aku juga mau pesan, “ kata yang lain. Dan saat itu pun banyak yang memesan gantungan kunci seperti milik Lili yang diberikan kepada Nina. Dengan senang hati, Lili mencatat pesanan – pesanan itu.
Saat perjalanan pulang, Lili tak henti – hentinya bersyukur. Lili ingin segera sampai rumah dan memberitahu ibunya apa yang ia alami hari ini. Sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya.
“ Ibu ... Gantungan kunci buatan kita banyak yang pesan. Ini bu catatannya. Katanya mau diambil seminggu lagi. Dan ini, uang mukanya. Lili sih, belum mengatakan harganya berapa. Tapi mereka semua mendesak agar mau menerima uang muka ini, “ kata Lili menggebu – gebu.
“ Ya ampun. Alhamdulillah Ya Allah. Terima kasih ya Allah telah memberikan rezekimu kepada kami. Juga terima kasih Lili. Ini juga karena idemu kan ? “ Ibu bersyukur.
“ Ah Ibu. Ini juga karena bantuan Ibu, “ kata Lili merendah.
Mereka pun segera membeli bahan – bahan untuk membuat gantungan kunci. Setelah bahan didapat, tinggal membuat gantungannya. Lili dengan semangat membuat gantungan kunci tersebut.
2 bulan kemudian, keluarga Lili membuka toko khusus pernak pernik. Berkat ketekunan dari Ibu Lili toko itu berkembang sangat pesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini