Waktu baru berputar kurang
lebih 24 jam. Tapi, secepat itu kamu menghempaskanku jatuh ke dasar bumi. Setelah
kemarin, kamu melambungkanku jauh ke angkasa. Rasanya sakit. Rasa sakit ini
hanya mampu kutelan dalam-dalam. Aku tak berani mengungkapkan perasaan ini
padamu. Karena apa? Karena aku takut, jika kamu malah menjauh karena merasa canggung.
Dari lapangan basket sekolahku, aku melihatmu dengan kekasihmu, tanpa sengaja. Kalian bercanda dengan asyik, tanpa canggung dan malu. Tanpa kalian tahu, kalian telah mengukirkan luka untukku. Ketika aku melihatmu bercanda dengan kekasihmu dari jauh, sebenarnya aku menangis dalam diam.
Kenangan 2 hari terakhir
berkejaran dalam ingatanku. Tentu saja, kenangan itu masih segar. Kemarin kita
duduk berdampingan, membicarakan seseorang yang duduk di depan kita, saling membejek
dan bercanda. Saling tukar menukar lelucon yang kita punya, lalu kamu malah
memandangiku hingga membuatku tersipu.
Tapi hari ini? Sangat
sakit bagiku. Mengetahui kamu yang memang telah menyandang status sebagai
‘pacar’nya. Wajar jika kamu memilih bertukar cerita dengannya, bukan denganku.
Hal biasa jika kamu memilih mendekatinya, bukan mendekatiku. Tapi aku masih
merasakan sesak. Jika aku ingat bagaimana caranya menangis, mungkin aku telah
meneteskan air mata melihat kalian.
Baru tadi pagi kamu melewati
kelasku dan melihatku sekilas. BARU TADI PAGI !! Jarum jam belum genap berputar
selama 24 jam! Kamu sudah duduk di dekatnya, membuat lelucon, membuat tawa
menghias di wajahnya, membuat senyum tersungging di bibirnya, dan diam-diam
membuat luka di hatiku tanpa sadar.
Masih dari bawah ring
basket, aku menyaksikan kalian berdua sangat akrab. Persis seperti saat kamu
duduk denganku kemarin. Yang membedakan hanya status! Kamu dan dia berpacaran!
Sedangkan aku dengan kamu? Hanya berteman. NO RELATIONSHIP !
Aku masih harus belajar
untuk melupakanmu. Tapi? Semua kenangan tentang kita, saat aku masih belum
merasakan yang namanya ‘jatuh cinta’ denganmu, kita begitu dekat. Bergandengan
tangan tanpa canggung, duduk bersisihan tanpa malu, dan yang jelas, tanpa ada
degup jantung yang menggebu. Semuanya terasa wajar. Dan sekarang, aku baru
merasa bodoh. Mengapa aku tak menikmati momen-momen bersamamu, dulu? Mengapa
aku baru menyadari sekarang, jika kita dulu begitu dekat?
Dan baru muncul
pertanyaan-pertanyaan gila yang mengisi otakku, sekarang. Apakah kamu dulu
berniat mendekatiku? Apakah kamu dulu merasakan seperti apa yang kurasakan
sekarang? Apakah kamu dulu pernah mengistimewakanku? Apakah cintamu pernah
bertepuk sebelah tangan, seperti aku sekarang? Apakah kamu pernah merasakan
frustasi seperti aku sekarang?
Selalu ada keheningan
yang mengalir di antara pandangan-pandangan yang tercipta di antara kita. Tapi
selalu ada kerinduanku padamu setelah pandangan-pandangan itu. Dan selalu ada
kekecewaan jika aku telah menyadari, pandangan-pandangan itu hanya terjadi
sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar