Awal setelah 5 minggu
tak ada lisan yang terucap di antara kita. Pagi ini, kita kembali
bercengkerama, bercanda, dan lagi-lagi 1 pernyataan yang diam-diam membuat
nyeri di sekitar ulu hati, namun membuat pipiku memerah. “Aku belum benar-benar
mampu melupakan perasaan ini.”
Dekap hangatmu masih
terasa. Genggaman tanganmu masih membuatku tersenyum sendiri saat mengingatnya.
Pujianmu yang membuatku ingin melambung dan melting, masih kuingat jelas
bagaimana kamu mengatakannya. Kamu menatapku lekat-lekat, seolah sedang
meneliti apa yang kupikirkan, kemudian memujiku. Tanpa sebuah tawa menghias
wajahmu, menandakan hal itu serius. Bukan candaan atau lelucon. Apakah kamu
tulus mengatakannya padaku?
Aku mencatat, selama 5
minggu ini aku berpandangan denganmu 2 kali, selama kurang lebih 5 detik. Masih
dalam keadaan hening. Tak satupun kata terucap, bahkan untuk sekedar saling
menyapa. Kamu larut dalam pikiranmu, sedangkan aku, tertatih-tatih
terkendalikan oleh rindu kepadamu yang kian hari memuncak.
Dalam 5 minggu pula, aku
diam-diam mengamatimu dari jauh. Masih segar dalam ingatanku, kamu berjalan
dengan tenang, menuju kelas kekasihmu, lalu mengajaknya berbicara,
kemudian..... ah, aku malah pergi. Aku tak mampu membohongi diriku sendiri
untuk ‘pura-pura’ acuh padamu. Berpura-pura saja aku tak mampu.
Dampak dari perasaanku
yang menggila ini, adalah aku sering berceloteh tak jelas kepada sahabatku.
Biasanya, dia hanya diam, mendengarkan dengan setia ocehanku yang mirip orang
sakit jiwa. Ia menunggu dengan sabar hingga aku bosan sendiri, lalu mengganti
topik cerita.
Pagi ini, kamu
benar-benar meluluh-lantakkanku. Memporak-porandakan isi hatiku jika AKU SUDAH
MELUPAKANMU. Ternyata, itu hanya semu. Pernyataan itu sama sekali bohong!
Buktinya, jantungku masih berdegup kencang saat kamu berada di dekatku, pagi
ini. Masih suka memandangimu lekat-lekat, masih kecewa jika kamu mengajak orang
lain berbicara, masih sedih jika tahu kamu belum benar-benar melihatku, masih
putus asa saat harapanku untuk terlihat di hadapanmu mendekati sirna.
Tapi, semua itu berubah,
ketika kamu mulai mendekatiku. Mengajakku berbicara, menertawakan tingkah dan
sikap manjaku, menyunggingkan senyum misterius jika strategimu untuk menipuku
berhasil.
Aku suka saat kamu
mendekatkan wajahmu kepadaku. Aku suka saat kamu mendekap lenganku. Aku suka
saat kamu memandangku lekat-lekat. Aku suka saat tanpa sengaja tubuhku terdorong olehmu.
5 minggu penantian yang
tidak sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar