Lagi-lagi ada sepucuk surat dari wanita
yang menyukaimu dari jauh, secara diam-diam pula. Mungkin, kau bosan membaca
surat yang memang tak pernah kau baca ini. Aku pun juga bosan dengan perasaan
rindu yang sering menghantuiku. Rindu ini selalu mengikutiku saat kamu tidak
berada di sampingku. Aneh.
Aku
sendiri sudah berusaha menghapus perasaan yang hampir setiap waktu muncul dalam
diriku. Tapi hasilnya? Nihil. Aku sama sekali tak mampu. Kamu selalu
menggagalkan rencanaku. Kamu selalu tiba-tiba hadir saat aku hampir memusnahkan
perasaan ini. Kembali menyulut perasaan rindu yang menyusupi batinku. Aneh.
Aku
masih ingat, bagaimana kamu menatapku, menyapaku, dan tutur kata lembutmu yang
kau gunakan untuk bercanda bersamaku. Harusnya itu sudah biasa bagiku. Kita
sudah dekat, tapi masih jauh. Konyol ya? Harusnya aku tertawa dengan
kebodohanku ini. Namun, yang namanya hati, tak mungkin mengikuti pola pikir
otak dengan kata ‘harusnya’. Aneh.
Sedang
apa kamu di malam minggu ini? Memikirkan kekasihmu? Atau bercengkrama dengan
kekasihmu? Atau yang sangat tidak mungkin, kamu sedang memikirkanku? Mustahil !
Harapan yang hanya menyakitkan hati kecilku. Otakku memang sudah memerintahkan
seluruh saraf untuk menghentikan pencarian tentang kabarmu. Sayangnya, tidak
diindahkan oleh hatiku. Aneh.
Setiap
hari, aku selalu menebak, keajaiban apa yang muncul satu detik berikutnya dari
kamu? Apakah hanya sapaan kecil seperti 24 jam yang lalu? Atau bahkan masih
acuh seperti 48 jam yang lalu? Setiap berganti hari, selalu ada cerita baru
dari kamu. Entah, kamu sedang berjalan dengan kekasihmu, atau cewek lain dari
kelasmu, atau cewek dari kelas sebelahmu. Dan, yang sering terjadi adalah kamu
memang hanya melewatiku. Sakit.
Apa
kamu tahu? Aku sering menatap wajahmu lama-lama. Aku sering mengamati tingkahmu
yang bagiku penuh kejutan. Tak dapat kuduga. Terkadang kamu perhatian, dan
lebih sering mengacuhkan. Aku seperti kau ombang-ambingkan dalam
ketidakpastian. Bodoh ya? Aku padahal bukan siapa-siapamu. Aku HANYA temanmu,
tapi berharap terlalu tinggi, dan akhirnya hanya membuat lara di hati. Aneh.
Terlalu
banyak kejutan kecil yang kamu buat untukku. Sayangnya, aku dan kamu berbeda
dalam pengartian perhatian kecil ini. Bagiku, kamu mengistimewakanku. Tapi
bagimu? Itu adalah hal biasa yang sering kamu ciptakan dengan teman perempuanmu
yang lain. Aneh.
Aku
menemukanmu dalam kerumunan teman-teman baruku. Menghadirkan perasaan rindu
yang kian menggebu dan memburu. Mengendalikan otakku dengan tema ‘Mencari
Kabarmu’. Aneh.
Surat
ini tidak mungkin sampai kepadamu. Yang sangat mungkin adalah, menjadi penghuni
blog pribadiku bersama surat tentangmu yang hanya sampah bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar