Dia merutuki dirinya sendiri, karena
sosokmu yang selalu tertangkap matanya. Feelingnya selalu tepat, mengetahui
dimana keberadaanmu. Takdir selalu mempertemukan denganmu, dengannya. Karena
dirinya, pikirannya, hatinya, selalu mengikuti perkembanganmu, reaksimu,
kegiatanmu, apapun yang kau lakukan. Dia selalu mencari tahu, dengan siapa kau
dekat, dengan siapa kau berteman. Tapi, dia tak pernah menampakkan diri di
hadapanmu sebagai orang yang menginginkanmu.
Apakah
kau pernah merasakan seperti apa yang dia rasakan? Menjadi bunglon setiap saat,
setiap waktu, di hadapan orang yang diinginkannya. Dia sendiri bingung. Merasa
bodoh, payah, aneh. Mengapa dia bisa tersipu jika melihat senyummu? Mengapa dia
bisa nyaman bila dekat denganmu? Harusnya, kau memberinya ucapan selamat atas
keberhasilannya menyamar menjadi teman biasamu. Dia berusaha menyembunyikan
perasaan kecewanya, bila kau berada di dekat orang lain. Jika kau sendiri,
berupaya melakukan pendekatan dengan orang lain.
Dia
sosok yang tegar. Dia sosok yang percaya pada takdir. Jika memang kalian
dipersatukan, dia tak perlu membeberkan pengintaiannya selama ini padamu. Kau
yang tak jeli dengan sikapnya, atau dia yang terlalu rapi menyimpan
perasaannya?
Bersorak
dalam hati jika kau peduli padanya, adalah kegiatan yang diam-diam dia lakukan.
Merekam tingkah lakumu dalam memorinya, adalah hobinya. Mengisi baterainya
dengan tawamu, adalah kebutuhannya.
Apa
kau tak pernah merasa dilihat lekat-lekat oleh seseorang? Sosok itu berada tak
jauh darimu. Dia berharap bisa terbang ke dalam mimpimu. Mengetahui apa yang
kau inginkan. Mengetahui apa yang kau cita-citakan. Dia tak peduli hatinya
tercabik, jika mengetahui apa yang kau impikan, tak sama dengan apa yang ada
dalam angannya. Padahal, dia sadar. Kau
menganggapnya hanya sebagai teman.
Ada saatnya dia pergi. Bukan karena dia tak menyayangimu.
Tapi, karena dia letih memperjuangkan perasaan yang kau sia-siakan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar