Minggu, 30 Desember 2018

Kangen


Sedang ingin seperti anak kecil
Yang sah dalam merengek, manja, dan merajuk
Tapi aku sudah di umur sekian
Jadi aku tambahkan perasaan rindu

Atau memang rindu yang keterlaluan ini mengantarkan kepalaku kembali ke masa-masa lalu?
Atau aku saja yang terlalu banyak ucap, padahal ya lagi kangen sama kamu

Photo by Tamara Bellis on Unsplash

Selasa, 11 Desember 2018

Sekadar Mengingatkan


Tidak ada yang menyenangkan dari memiliki kekasih yang jadi kakak tingkat. Apalagi ketika dia menjadi panitia ospek, dan tidak semua manusia tahu hubungan itu.
            Atau mungkin justru yang lebih berat adalah ketika dia berakting sama sekali tidak ada apa-apa. Seolah-olah kamu hanya mahasiswa baru sedangkan dia adalah senior yang harus kamu segani. Dia memang lewat di sampingmu hampir setiap saat ketika berbaris. Namun sejauh ini, bahkan mungkin sampai acara ini selesai, dia tidak pernah menyapamu atau menyebut namamu. Dia memang selalu melihatmu—bertemu pandang denganmu, tapi hanya sebatas itu. Dia tidak beranjak dari “kedudukan” dia, sekadar bertanya apakah kamu baik-baik saja setelah dipanggang lama-lama di bawah sinar matahari dalam posisi berdiri seperti tentara yang akan berperang.

Selasa, 04 Desember 2018

Dia Tidak Datang


Dia tidak datang
Sekalipun kamu mengirim banyak pesan
Bilang kalau kamu sudah sampai, dan menunggu di tempat parkir

Tapi dia tidak akan datang, Dear
Hujan kini menderas
Kamu kelimpungan berlari ke arah gedung pertemuan

Photo by Erik Witsoe on Unsplash

Rabu, 28 November 2018

Tidak Apa-Apa


Tidak ada yang perlu dibicarakan
Aku akan baik-baik saja, seperti katamu
Walaupun entah kenapa aku tidak merasakan itu


Photo by rawpixel on Unsplash

Selasa, 20 November 2018

Bukan Menyerah


Aku harap kamu baik-baik saja dan tetap bahagia
Sekalipun, mulai detik ini, kita mungkin akan semakin jarang duduk berhadapan dan bercerita banyak hal,
Semoga kamu bisa menjalani hari-harimu dengan menyenangkan
Bukankah sejak dulu memang kamulah pencipta tawa yang ahli?
Mudah bukan, membuat dirimu sendiri ceria sepanjang hari?

Maaf, aku tidak bermaksud melarikan diri
Tapi kamu juga harus mengerti,
Bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang lebih baik berjalan masing-masing
Tidak usah beriringan, bahkan bergandengan

Photo by youssef naddam on Unsplash

Kamis, 08 November 2018

Tentang Hujan


Aku masih menyukai hujan
Aroma rintiknya saat sentuh tanah
Udara yang dingin dan lembap
Genangan air di beberapa sudut jalan
Suasana segar yang langsung tercipta selepas ia reda

Aku masih menyukainya
Teramat sangat

Photo by Matthew Henry on Unsplash

Jumat, 02 November 2018

Kamu Harus Paham


Bukan bermaksud ingin menjadi perempuan yang banyak mau
Tapi dari sini, aku juga ingin tahu
Apakah selama ini yang berjuang hanya aku
Atau memang aku sendiri yang menutup mata dari segala usaha kamu
Salah?

Photo by Andrei Lazarev on Unsplash



Kamis, 11 Oktober 2018

Hanya Pernah


Duniaku pernah terpusat di kamu,
Segalanya tentang kamu
Tulisan-tulisanku untuk kamu
Sampai aku sadar bahwa banyak hal terlewat,
Tentang pertemanan; kesempatan-kesempatan untuk mewujudkan cita-cita
Semuanya hampir tertutup oleh kamu

Bagaimana kamu pernah bertanya padaku, apakah ada yang salah, ketika aku merasa dunia sedang tidak baik-baik saja
Bagaimana kamu pernah membantuku mengambilkan sesuatu di tempat yang tinggi—entah buku di rak perpustakaan, atau kardus dari atas lemari—tanpa bertanya dulu apakah aku butuh pertolongan

Photo by Radu Marcusu on Unsplash

Minggu, 09 September 2018

Halo


Soal telefon,
Aku harap kamu tahu,
bahwa aku hanya ingin bicara
bukan melepas rindu

Photo by Becca Tapert on Unsplash


Aku sedang butuh teman
Siapapun, yang bisa mendengarku
Menyimak ceritaku
Kalau kamu mau ingat, kamu pernah jadi salah satunya

Selasa, 04 September 2018

Dari Batas Jarak


Untuk segala yang tidak pernah benar,
Entah aku yang makin kenal kamu, atau aku yang berubah dan tidak lagi memahami kamu
Atau bisa jadi kamu yang semakin tidak mengerti apa mauku

Dari segala usaha yang pernah aku kerahkan demi kamu,
Mengikuti alur pikiran kamu,
Mencari pembenaran dari apa yang pernah kamu katakan,
Rasanya sekarang sia-sia
Kamu semakin jauh dan tidak terengkuh,
Sementara aku semakin ragu apakah langkahku masih berujung pada kamu

Photo by Brian Mann on Unsplash


Selasa, 14 Agustus 2018

Sesaat Lagi


            Kota kelahiran saya sedang mendung.
            
Ratusan bahkan ribuan memori seketika menyergap, menaklukkan saya agar tunduk dan patuh. Delapan belas tahun saya hidup, belum pernah saya mengilas balik secara khusus selama berada di kota ini. Kota tempat saya melihat dunia untuk pertama kali; sekaligus menyaksikan saya tumbuh dan berkembang hingga detik ini.

Photo by Scott Webb on Unsplash
 Sebentar lagi, tinggal menghitung hari, saya tidak di sini.

Jumat, 03 Agustus 2018

Tidak Ada Lagi


Kalau kamu bertanya apa kabar, dan aku hanya menjawab dengan senyuman, aku harap kamu mengerti bahwa aku belum baik-baik saja.

Sepeninggalmu, hidupku perlu pembiasaan untuk melakukan banyak hal tanpa kamu.

Tidak ada yang tiba-tiba menelepon ketika aku mulai menulis.

Tidak ada yang kabarnya aku tunggu di ujung hari.

Tidak ada yang sosoknya aku nanti di beranda rumah.

Tidak ada malam minggu yang biasanya aku habiskan dengan obrolan tidak penting.

Tidak ada yang meledekku kalau tim jagoan kalah.

Tidak ada yang mencibir tiap aku membangga-banggakan pemain bola idolaku.

Tidak ada yang meracuniku Via Vallen atau Nella Kharisma.

Tidak ada yang bercerita hantu.

Tidak ada senyum yang menenangkan.

Tidak ada bahagia yang ditawarkan.

Tidak ada lagi yang membagi pandangannya mengenai hidup.

Tidak ada kamu, membuat segalanya hampir limbung, seandainya kamu mau tahu.

Tidak ada kamu, kepada siapa lagi aku akan pamer kalau aku bukan penakut—mengikuti video rumah menyeramkan Raditya Dika yang sudah sampai part 3 tanpa aku skip? Hm?

Jumat, 27 Juli 2018

Kebetulan

Kalau ada yang bertanya, seberapa dalam aku merindukan kamu, maka, akan aku jawab kalau daripada bertanya seperti itu, mintalah aku bercerita tentang bagaimana aku dan kamu bertemu. Itu lebih bisa menggambarkan bagaimana bentuk rinduku terhadapmu.

Foto diambil dari Unsplash.com
Bagaimana kebetulan-kebetulan yang menuntunku pada setiap pertemuan

Kebetulan aku dan kamu pada suatu hari saling berjabat tangan dan menyebutkan nama

Kebetulan aku dan kamu berada dalam satu kawasan yang sama, bertatap muka setiap hari

Kebetulan aku dan kamu memiliki lagu favorit yang sama

Kebetulan aku dan kamu memiliki selera humor yang sama

Kebetulan aku dan kamu memiliki pola pikir yang sama

Kebetulan aku dan kamu memiliki indra pendengaran yang satu frekuensi—sehingga, setiap ada seseorang yang menyenandungkan nada secara sumbang, aku dan kamu akan bertukar pandang kemudian tertawa

Kebetulan aku menyukai aroma parfum kamu

Kebetulan aku menyukai caramu bercerita

Kebetulan aku menantikan saat-saat kamu tertangkap mata

Kebetulan aku memasang telinga tegak-tegak setiap kisahmu mengalir dari mulut orang-orang yang kenal kamu

Kebetulan aku memakai hati untuk kenal kamu lebih jauh

Dan kebetulan aku pun terjatuh karena itu

Kebetulan kamu tidak mengalami hal seperti yang aku alami

Dan untuk hati yang patah, aku tahu itu merupakan akibat, bukan kebetulan

Senin, 23 Juli 2018

Ada Saatnya


Akan ada waktu, di mana aku bisa menjawab dengan jujur bahwa aku baik-baik saja, setiap ditanya “Apa kabar?” oleh kamu

Akan ada waktu, di mana aku bisa menyapa dengan senyum lebar tanpa mengingat bahwa kamu pernah menoreh luka

Akan ada waktu, di mana aku tidak lagi enggan untuk bertatap muka

Akan ada waktu, di mana aku tidak canggung menelepon lebih dulu atau membuka obrolan lebih awal

Akan ada waktu, di mana aku bisa menjadi diriku sendiri dalam format tidak lagi mengharapkan kamu

Akan ada waktu, di mana aku tidak lagi mengabaikan kamu, meskipun juga tidak memberi perhatian lebih untuk kamu

Akan ada waktu, di mana aku tidak lagi memasukkan kamu dalam skala prioritas

Akan ada waktu, di mana aku menghapus kamu dari daftar orang-orang spesial

Akan ada waktu, di mana jantungku tidak berdebar hanya karena melihat kamu

Akan ada waktu, di mana aku tetap bisa bernapas bebas saat nama kamu tertangkap telinga

Akan ada waktu, di mana aku ikut bahagia saat kamu bahagia, tidak peduli bersama siapa kamu merayakan kebahagiaan itu

Memang tidak sekarang

Tapi aku yakin, akan ada saatnya

Tunggu saja

Sabtu, 14 Juli 2018

Another Wor(l)ds


        Kamu datang seperti biasa. Memakai kemeja yang tidak kamu kancingkan, kaos warna biru yang senada dengan kemejamu, sepasang sepatu yang sepertinya usai kamu cuci, jam tangan hitam dengan merk yang sama meskipun sudah berganti-ganti model, juga aroma parfum yang spontan menyambut hidungku ketika kamu menginjakkan kaki di teras rumah.

            Penampilanmu memang seperti biasa.

            Tapi kamu terlambat lima menit.

            Sebagai manusia yang selalu tepat waktu, sekalipun hanya untuk mengunjungi rumahku, aku tahu bahwa di luar kebiasaanmu ini, ada sesuatu yang patut menderingkan alarm di kepalaku.

Jumat, 06 Juli 2018

[[ P E R H A T I A N ]]



Bagi saya, ini semua tidak pernah mudah.
             
Menulis hampir seluruh perasaan saya, menjadikannya sebuah buku, dan diberi izin oleh Allah SWT melalui Penerbit Ellunar untuk dibaca banyak orang, ternyata hanya titik awal.

            Sebelum ini, saya pikir menjadi penulis hanya keinginan yang kemungkinan mengendap sebagai angan. Saya hanya tahu menulis. Paling pol ya blogging. Tapi, semakin ke sini, saya belajar bahwa itu tidak cukup. Saya harus menyiapkan pondasi blog saya dengan baik. Template yang menarik hati, dan yang seharusnya mencerminkan kepribadian saya sendiri. Apalagi dengan munculnya buku saya ke permukaan, saya juga memiliki tugas untuk membawanya ke tepi. Digaet banyak orang—dinikmati banyak pembaca.

Minggu, 24 Juni 2018

#SWORDS's After Story


Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.
            
Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjutan telah berada di genggaman tangan, meskipun kalau dikilas balik setahun belakangan ini pikiranku jauh dari kata baik-baik saja.

Kamu juga jangan salah sangka bahwa hal itu dikarenakan oleh dia.

            Tidak.

            Hampir sembilan puluh persen aku tidak memikirkan manusia satu itu. Rangkaian ujian sekolah lebih menyita isi kepalaku daripada dia. Dan berkat stres tingkat dewaku yang tertuang di kamera, justru membawaku satu tingkat lebih dekat pada fotografer yang paling menginspirasiku sampai sekarang: Ewin Setyo.

            Kamu harus baca novel SWORDS dulu biar paham.

Rabu, 02 Mei 2018

Bagaimana Membicarakan Cita-cita dengan Orang Tua?


“Kenapa kamu ingin ke sana? Coba universitas yang lain dulu,”
“Biayanya mahal. Bapak ini sebentar lagi pensiun lo,”
“Masih lama pula. Mungkin nanti keinginanmu bisa berubah,”
Dan detik itu aku merasa bahwa cita-citaku mungkin tidak seperti yang aku rancang di kepalaku.

Sabtu, 07 April 2018

Apa yang Ingin Aku Tekuni?



Halo!

Pemilik akun ini sedang bertekad untuk membuat tulisan secara rutin—kemungkinan besar akan dikirim tiap minggu. Meskipun serangkaian ujian baru saja hampir selesai, setidaknya kepalaku sudah sedikit longgar untuk diajak berpikir dan berdiskusi.

Ah, iya, kalau Kawan-kawan ingin berdiskusi, boleh banget. Aku bisa dijumpai di LINE dengan id: angelarezka; twitter dengan username: @AngelaRezka; dan instagram dengan username: @angela_rezka. Melalui email jela.andua@gmail.com pun boleh.

Pada kesempatan kali ini, ada beberapa hal yang ingin aku bagi, kepada Kawan-kawan—dan sekali lagi—khususnya kepada adik-adik yang masih punya kesempatan untuk memilih di mana akan menghabiskan masa putih abu-abu.

Senin, 19 Maret 2018

Daftar Kesalahan



Halo, adik-adik SMP yang akan menuju SMA,
            
 Berikut ini adalah tulisan mengenai kesalahanku sebelum masuk SMA, yang mungkin bisa kalian jadikan pencerahan daripada kalian menyesal tiga tahun kemudian, seperti yang aku alami sekarang.

Buat adik-adik yang masih bingung nanti di SMA mau memilih jurusan apa, mungkin penjelasan tentang kesalahanku ini bisa membantu, setidaknya membuatmu berpikir ulang sehingga bisa lebih percaya diri dalam memilih jurusan karena tiga tahun di masa putih abu-abu adalah jembatan yang harus adik-adik lewati untuk masa depan yang telah menanti.

Kamis, 08 Februari 2018

Demi Eksistensi

Hai.
            
Aku kembali ke peredaran.

            Anggap saja tulisan ini sebagai salam pembuka setelah sekian lama tidak bersua, sekaligus ucapan selamat datang karena kemungkinan besar, tulisanku tidak lagi seperti yang kamu harapkan. Maaf, bukannya aku kehilangan selera untuk memenuhi apa yang kamu suka, tapi aku merasa, kalau setiap saat memenuhi keinginan seseorang, lama-lama aku sendiri yang akan mati tanpa kebahagiaan yang berarti. Karena jujur, setelah aku menghilang dari permukaan, aku menemukan beberapa hal dalam hidupku yang perlu aku atur ulang: termasuk tulisan dalam blogku sekarang.

            Pertama: aku masih suka menulis, meskipun tidak setiap hari aku merasa perlu menuangkan uneg-uneg dan memerlakukan laptop seperti diary.

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini