Untuk segala yang tidak pernah
benar,
Entah aku yang makin kenal
kamu, atau aku yang berubah dan tidak lagi memahami kamu
Atau bisa jadi kamu yang
semakin tidak mengerti apa mauku
Dari segala usaha yang pernah
aku kerahkan demi kamu,
Mengikuti alur pikiran kamu,
Mencari pembenaran dari apa
yang pernah kamu katakan,
Rasanya sekarang sia-sia
Kamu semakin jauh dan tidak
terengkuh,
Sementara aku semakin ragu
apakah langkahku masih berujung pada kamu
Photo by Brian Mann on Unsplash |
Orientasimu kini tidak lagi
tentang cita-cita
Kamu menasehatiku banyak hal
Soal jarak yang membentang;
berada di kota besar;
jauh dari rumah,
Padahal aku sudah tahu sejak
dulu mengenai risiko yang harus aku ambil demi mewujudkan impian
Kamu bilang segalanya sulit
Namun aku pikir semua tidak
akan rumit selama masih ada yakin dari dalam diri
Kamu bilang aku tidak mampu
Tapi aku percaya bahwa aku
bisa
Aku bertemu orang-orang baru,
Yang sama-sama saling menerima
karena sama-sama jauh dari zona nyaman
Yang masih bisa membuatku
tertawa meskipun dalam kondisi yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja
Saling membantu, saling
membahagiakan
Saling membuat segalanya
terasa aman dan damai karena memang tidak sedang bersama orang-orang terbaik
bernama keluarga
Aku tahu, tidak ada yang mudah
untuk langkah pertama
Tapi bukan berarti aku dan
kamu tidak mampu
Tempat baru, lingkungan baru,
suasana baru
Butuh tenaga ekstra bagi aku
yang lebih dari delapan belas tahun selalu berada di tempat paling nyaman di
dunia
Namun itu juga bukan berarti
sebuah tanda jika kamu punya hak untuk memotong jalan yang ingin aku lalui
Kamu tidak punya andil untuk
mematahkan semangat orang, seandainya kamu sendiri tidak lagi memiliki asa
Aku sadar benar, selepas aku
dan kamu menerima ijazah, tidak ada lagi waktu yang bisa aku dan kamu habiskan
bersama tiap hari
Mimpi-mimpi yang aku dan kamu
genggam, tidak berada di jalan yang sama
Aku dan kamu harus bergerak; berjarak
Meskipun aku sempat berpikir
bahwa masalah kita hanya terletak dari posisi satuan kilometer,
Ternyata kini aku dan kamu
harus berbagi isi kepala agar terus berada dalam satu frekuensi
Iya, jarak
Iya, jauh
Tapi, seandainya kamu telah
membaca tulisan ini, aku harap kamu mengerti
Bukan cuma kamu yang merasa
segalanya oleng saat aku dan kamu memilih kota yang berbeda untuk menimba ilmu
Bukan cuma aku yang akan
membuka lingkaran pertemanan jauh lebih luas
Bukan cuma kamu yang harus
mencoba paham tentang cita-cita yang harus terwujud
Dan kamu juga harus ingat
bahwa bukan cuma aku dan kamu yang berjuang di antara jarak dan langkah baru
Aku harap kamu mengerti,
Bahwa aku ingin, suatu hari
nanti, aku dan kamu dapat duduk berhadapan lagi, menuntaskan rindu, bertukar
pikiran, menceritakan banyak hal, sekaligus bilang pada jarak jika dia bukanlah
tandingan kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar