Aku
harap kamu baik-baik saja dan tetap bahagia
Sekalipun,
mulai detik ini, kita mungkin akan semakin jarang duduk berhadapan dan
bercerita banyak hal,
Semoga
kamu bisa menjalani hari-harimu dengan menyenangkan
Bukankah
sejak dulu memang kamulah pencipta tawa yang ahli?
Mudah
bukan, membuat dirimu sendiri ceria sepanjang hari?
Maaf,
aku tidak bermaksud melarikan diri
Tapi
kamu juga harus mengerti,
Bahwa
ada beberapa hal di dunia ini yang lebih baik berjalan masing-masing
Tidak
usah beriringan, bahkan bergandengan
Photo by youssef naddam on Unsplash |
Sesuatu
yang dipaksakan, kadang tidak akan berujung baik
Aku
takut, kita nanti begitu
Ini
bukan soal jarak,
Meskipun
aku sadar benar, komunikasiku denganmu akhir-akhir ini sempat berantakan, sementara
aku dan kamu belum tentu tiap minggu bisa bertatap muka
Mungkin
ada penjelasan yang pilih pergi bersama udara berhembus
Mungkin
ada alasan yang pada akhirnya hanyut mengikuti arus
Sadarkah
kamu jika selama ini aku kelelahan mengikuti alur pikiranmu?
Menebak-nebak
apa maumu
Ingin
tahu latar belakangmu mengapa begini dan begitu, yang kepalaku saja tidak bisa
menemukan titik temu
Tahukah
kamu, kalau pembicaraan kita tiga minggu yang lalu tidak lagi satu frekuensi?
Kamu
memang masih menceritakan hal yang kamu suka
Alien,
dunia lain
Kamu
bahkan sempat menyinggungku tentang jam tidur, kesibukanku sekarang, memujiku
yang telah menemukan apa mauku
Tapi
entah kenapa, aku tetap merasa bahwa kita adalah asing
Bersama
kamu, hanya bagaikan basa-basi
Padahal
dulu kita ngobrol sampai malam—bahkan pagi, kamu menyebutnya
Kadang
telepon, kadang chatting
Ya,
karena memang ada hal menarik untuk dibicarakan
Tapi
akhir-akhir ini, Tuan
Akhir-akhir
ini
Nama
kamu memang masih berada di kolom paling sering dihubungi, namun bagiku itu hanya
sekadar kewajiban
Ada
upaya lebih hanya untuk memperpanjang obrolan: pertanyaan sudah makan atau
belum, masih di kampus atau lanjut kegiatan lain, nanti balik kos jam berapa,
hingga mau pulang hari apa
Pertanyaan
berulang, setiap hari
Salah
jika aku menyimpulkan kalau hal itu terjadi hanya karena antara aku dan kamu
tidak ingin obrolan kita berakhir begitu saja?
Dan
iya, aku mengaku lelah untuk selalu membangun obrolan
Aku
bosan dengan pertanyaan yang itu-itu saja
Maaf
Iya,
aku egois
Terserah
jika kamu ingin menyebutku dengan hal lain
Tapi,
Tuan
Seandainya
kamu masih ingin melanjutkan, bisakah kita berhenti sejenak?
Sesaat
saja
Ibarat
orang lari, aku haus bahkan mungkin hampir dehidrasi
Aku
butuh minum dan meluruskan kaki
Tapi
jika kamu tidak mau,
Maaf
Sekali
lagi minta maaf
Aku
pilih di sini dulu
Terserah
kamu mau menunggu atau tetap melanjutkan perjalanan
Aku
akan di sini
Tidak
ingin memaksakan diri lagi
Seandainya
memang aku dan kamu takdirnya hanya sampai di sini, ya sudah
Jika
ternyata kamu memang harus tetap di sisi, ya syukurlah
Biarkan
Tuhan bekerja
Aku…
berserah
Kerennnn..... Lanjutkannn 😊 😊
BalasHapusSiap, Ndan!
Hapus