Aku
masih menyukai hujan
Aroma
rintiknya saat sentuh tanah
Udara
yang dingin dan lembap
Genangan
air di beberapa sudut jalan
Suasana
segar yang langsung tercipta selepas ia reda
Aku
masih menyukainya
Teramat
sangat
Photo by Matthew Henry on Unsplash |
Tapi
kamu harus tahu
Hujanku
di sini tidak untuk mengingat kamu dan segala peristiwa yang pernah aku dan
kamu alami saat hujan
Tidak
ketika aku dan kamu sedang asyik melintasi jalanan kota, tahu-tahu gerimis,
kemudian menderas dengan cepat
Kita
terpaksa berteduh di beranda minimarket 24 jam, padahal waktu sudah larut,
sedangkan kamu berjanji pada orang tuaku akan mengantarku pulang tidak lebih
dari pukul sepuluh malam
“Aku
takut kamu sakit,” katamu waktu itu, membuatku berpikir bahwa selama ada kamu,
maka segalanya akan terkendali dan baik-baik saja
Tidak
juga ketika aku dan kamu masih memakai seragam putih abu-abu, harus terpaku
selama lebih dari tujuh jam di dalam kelas, berusaha menahan kantuk dari materi
yang sama sekali tidak aku mengerti, mendadak hujan turun, membasahi apapun
yang tampak di permukaan bumi
“Hujan,”
ujarmu saat itu seraya menunjuk luar jendela
Aku
mengangguk cepat, semangatku kembali terisi penuh seketika
(re: Baca #SWORDS dulu biar paham bagian ini)
Tidak
ketika kamu bertanding di tengah lapangan yang masih basah bekas hujan dan aku
memotret kamu
Tidak
ketika kamu selalu bilang soal petrichor,
padahal hanya untuk membuka obrolan saat aku terkesima oleh turunnya hujan yang
kadang datang tanpa tanda-tanda
Tidak,
Tuan
Tidak
Kini
aku tidak mengingat yang dulu-dulu
Aku
hanya menuliskannya
Boleh-boleh
saja, bukan?
Kamu
harus tahu kalau hujanku di sini terlalu sepele untuk itu
Boro-boro
mengingat kamu
Kepalaku
justru tersita oleh jemuran yang masih menggantung, yang nekat aku keluarkan
sebelum berangkat kuliah padahal langit sedang mendung
Aku
sibuk memindahkan helmku dari motor yang berada di tempat parkir terbuka
kampusku
Aku
justru mengerjakan tugas dari dosen yang batal datang karena hujan yang begitu
lebat melanda kota ini
See?
Hujan
di sini berbeda
Tidak
melulu soal kamu
Tidak
selalu perkara rindu
Tapi,
tenang saja, aku masih menyukainya
Aku
masih menggunakan suaranya sebagai pengantar tidur
Aku
masih mencintai aromanya, suasananya
Hanya
saja,
Aku
tidak lagi memutar berbagai memori
Bagiku,
pernyataan hujan sebagai pemicu kenangan yang telah disimpan rapi-rapi, tidak
terbukti
Atau
mungkin, karena kamu yang pernah selalu berada di kepalaku, sudah benar-benar
beranjak pergi?
Hm?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar