Bagi saya, ini semua tidak pernah mudah.
Menulis
hampir seluruh perasaan saya, menjadikannya sebuah buku, dan diberi izin oleh
Allah SWT melalui Penerbit Ellunar untuk dibaca banyak orang, ternyata hanya
titik awal.
Sebelum
ini, saya pikir menjadi penulis hanya keinginan yang kemungkinan mengendap
sebagai angan. Saya hanya tahu menulis. Paling pol ya blogging. Tapi,
semakin ke sini, saya belajar bahwa itu tidak cukup. Saya harus menyiapkan
pondasi blog saya dengan baik. Template yang menarik hati, dan yang
seharusnya mencerminkan kepribadian saya sendiri. Apalagi dengan munculnya buku
saya ke permukaan, saya juga memiliki tugas untuk membawanya ke tepi. Digaet
banyak orang—dinikmati banyak pembaca.
Sayangnya,
novel SWORDS yang harusnya sudah saya koar-koarkan sejak awal terbit, faktanya baru
sekarang saya promosi sana-sini.
Buku
ini berarti banyak untuk saya. Menceritakan orang-orang terdekat saya. Hari-hari
saya sebagai pelajar SMA. Juga cita-cita saya, sekaligus imajinasi saya.
Tidak
ketinggalan, kamu.
Harusnya
saya berterima kasih banyak-banyak untuk kamu, teman-teman, dan tentunya para
pembaca.
Tapi
yang perlu kalian tahu, duduk berjam-jam di depan laptop, kadang harus menyela
pelajaran karena biasanya saya akan susah konsentrasi jika kedapatan ide,
adalah hal yang harus saya bayar demi terciptanya buku ini. Saya juga perlu
mengorek emosi saya, kenangan-kenangan yang seharusnya telah saya simpan
rapi-rapi, namun terpaksa saya bongkar; perasaan-perasaan yang sebelumnya sudah
saya lupa; juga tentang kehati-hatian saya terhadap orang-orang yang
bersangkutan karena yang saya ceritakan di sini memang benar adanya.
Dan
untuk para pembaca yang telah meluangkan waktunya demi buku saya, saya pesan
untuk tidak mengulas latar belakang saya. Untuk tidak memaksa saya memberitahu
siapa saja orang-orang yang saya tulis di buku ini.
Kalian
tahu bahwa buku ini ditulis dengan ribuan pengorbanan, kan?
Dan
karena ribuan pengorbanan itu, saya baru berani muncul di sini—sekarang?
Tegakah kamu terhadap saya yang proses penulisannya saja sudah berdarah-darah,
dan setelah jadi buku justru disuruh mengingat luka-luka lama yang baru
mengering?
Nikmati
saja.
Kisah
antara dua manusia yang tidak bersatu di penghujung putih abu-abu, bukan
berarti harapannya mengabur. Sekalipun dalam hati masing-masing masih saling
menyimpan nama, namun mereka tahu bahwa mereka harus melanjutkan hidup. Ada
cita-cita yang perlu dikejar. Ada janji yang harus ditepati. Pembuktian yang
harus mewujud nyata. Demi orang-orang terdekat yang sudah jelas-jelas mendukung
sekalipun berada dalam keadaan paling buruk.
Tokoh
Katana ini mengajarkan saya untuk tetap tangguh.
Memberi
kekuatan pada saya untuk bertahan—mengingatkan saya bahwa sebagai perempuan,
logika tetap harus jalan sekalipun perasaan lebih sering membayangi langkah ke depan.
Tokoh
Bapak Amerika juga menyadarkan saya bahwa pikiran manusia bisa berlapis-lapis.
Entah untuk melindungi apa yang baginya berharga, maupun sebagai wujud dari
perjuangan yang telah ia lalui—yang tidak banyak diketahui orang lain.
Untuk
tokoh-tokoh yang lain, bisa kalian resapi sendiri seperti apa perannya, dan
hikmah yang bisa diambil dari mereka.
Makanya,
baca SWORDS dulu biar paham.
Bagaimana
caranya?
1.
Pinjam
teman yang sudah beli buku SWORDS
2.
Beli
sendiri buku SWORDS (dan jangan kasih pinjam ke teman, biar mereka pada beli)
Teman-teman
yang ingin beli bukunya, bisa menghubungi Penerbit Ellunar melalui Whatsapp,
SMS, maupun LINE, dengan format:
Judul – jumlah
– nama – alamat – nomor ponsel
Kirim ke nomor
0896-8530-9651 atau ke LINE (at)ellunar (dengan “@”)
Kalau tidak mau
ribet, bisa juga pesan lewat saya. Saya bisa dihubungi di instagram
@angela_rezka, LINE: angelarezka, dan twitter: @AngelaRezka
Iya,
memang ujung dari tulisan ini hanya promosi.
Sekian! Happy reading!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar