“Sabtu
nanti, nonton yuk!” ujarnya di telepon.
“Ha? Nonton apa?” tanyaku dengan
otak yang belum tersambung dengan nyawa—akibat dari bangun secara mendadak,
gara-gara luput tidak mengatur ponsel dengan mode pesawat—dan entah kenapa
orang itu tiba-tiba telepon jam setengah dua belas malam begini.
“Ada pemutaran ulang film bagus.
Tiketnya gratis!” dia menjawab antusias. Aku mengerutkan kening.
“Gratis?” aku bertanya, meragukan
indera pendengaranku dalam keadaan nyawa baru terisi separuh seperti ini.
“Iya, gratis. Mau?”