Jumat, 07 Oktober 2016

Perasaan dan Kamu

Ternyata perasaan itu masih bersemayam. Ternyata selama ini ia hanya duduk tenang, menunggu sesuatu untuk menyulutnya, dan ia akan bertingkah. Menggelora seenak jidat. Membuat nafsu makan menurun, tidak ada semangat, menyurutkan senyum dan tawa, serta mengusir sebagian besar selera untuk bercanda. Dia benar-benar jahat. Atau setidaknya, malam ini aku merasa dia begitu jahat. Tiba-tiba bangkit dari ketenangannya selama ini, dan mengobrak-abrik tatanan hatiku yang sempat mati-matian aku rapikan sedemikian rupa.
            
Minggu ini tugas sekolah dan jadwal proyek yang akan aku kerjakan, berbenturan. Dan perasaan tersebut, resmi menjadikan benturan itu semakin berantakan. Sementara kamu, resmi aku tetapkan sebagai penyulut perasaan sialan itu.
            
Sudah lama aku meneguhkan diri untuk tidak berharap terlalu banyak padamu. Aku masih punya perjalanan panjang untuk meraih karir. Bahwa aku lebih baik menata diriku sendiri untuk membahagiakan orang tua dengan prestasi. Karena dengan ini, aku hanya perlu menata perasaanku sendiri. Tidak perlu melibatkan kamu—tidak perlu menuntut perasaan seseorang lain agar memahamiku. Aku memilih sibuk mengerjakan proyek-proyek tambahan, daripada sibuk mencari perhatian kamu yang aku pikir justru membuat kamu akan menjelaskan jarak. Aku tahu betul bahwa  di antara aku dan kamu benar-benar ada penghalang meski tak kasat mata. Entah bagaimana Tuhan membuatku paham, jika Dia sengaja tidak memberiku kesempatan untuk mengenalmu lebih jauh. Apapun itu, Pemilik Semesta ini berhasil. Sukses membuatku tahu diri.
            
Namun malam ini, dengan tulisanku yang macam begini, justru membuatku terkesan menyibukkan diri, supaya perhatianku tidak hanya di kamu. Padahal, aku pikir, aku hanya ingin mempertegas bahwa aku punya dunia sendiri yang perlu aku urusi. Karena kamu bukan duniaku. Karena kamu hanyalah BAGIAN kecil dari duniaku. Dan aku tahu, kamu tidak akan menuntutku lebih dari itu.
            
Aku takut, jika aku sibuk hanya demi melupakan kamu—melupakan perasaan ini, justru tubuhkulah yang akan menyerah kalah. Jika targetku adalah melupakan kamu, pasti aku akan memforsir tenaga di tubuhku. Belum-belum jika di sela kesibukan aku akan ingat, bahwa kegiatanku yang bertumpuk-tumpuk ini hanya untuk melupakan kamu. Maka, mau tak mau, aku akan ingat bahwa kamu harus dilupakan. Yang berarti, kesibukanku demi melupakan kamu adalah percuma.
            
Bagaimanapun juga, selama tujuh belas tahun aku bernapas, aku masih menyempatkan diri untuk belajar mencari hal positif dari suatu permasalahan.
            
Malam ini, meskipun tatanan hatiku sudah porak-poranda, aku jadi tahu, bahwa perasaan sialan yang aku pikir sudah hilang akibat tergerus seluruh kesibukan, masih ada. Dia masih nyaman berada di dalam diriku. Dan malam ini, ia menunjukkan tajinya. Gara-gara kamu tanpa sengaja mengusik kenyamanan dia, lantas menyulut sumbunya. Sehingga perasaan itu agak sulit dikendalikan. Padahal kamu hanya tanpa sengaja—coba kalau benar-benar sengaja, ah sudahlah, aku tidak ingin membayangkan betapa leburnya hatiku jika itu memang terjadi.

            
Yang jelas, entah bagaimana orang-orang menyebutkan, sibukku saat ini adalah untuk orang tuaku, bukan untuk melupakan kamu. Dan yang jelas, bukannya aku pura-pura tegar dan pura-pura tidak peduli lagi dengan kamu, tapi aku hanya sedang belajar fokus—fokus terhadap duniaku sendiri. Untuk suatu saat nanti, kalau kamu memang ditakdirkan menjadi bagian dari duniaku, dengan porsi yang jauh lebih besar daripada sekarang, atau mungkin, hal itu untuk orang lain, aku anggap itu hadiah dari Tuhan. Setelah saat ini aku harus jatuh bangun, mati-matian kembali menata isi hatiku, hanya gara-gara perasaan sialan ini belum benar-benar pergi. Yang jelas, yang aku yakini sampai sekarang adalah, Tuhan tidak akan memberikan yang lebih baik, tapi yang lebih tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini