Hai.
Eh, hai. Tumben sekali menyapa.
Sudah tidak sibuk?
Yah begitulah.
Bukannya kamu mau ikut event sebentar
lagi?
Hm, begitulah.
Aku pikir kamu sudah tahu
sebelumnya.
Astaga! Kamu seharusnya memujiku
karena sudah mengerti tentang kamu. Aku tahu kamu sibuk, sampai-sampai tidak
sempat mengurus blogmu. Sibuk kegiatan sekolah, sibuk tugas, ulangan harian,
belum-belum jaringan internet yang kamu hemat sedemikian rupa, hingga membuatmu
tak dapat menengok blog tiap saat.
Terima kasih sudah mengerti.
Sungguh, aku ingin bilang astaga
yang kedua kalinya. Coba, coba sebentar. Siapa yang membuatmu patah hati kali
ini?
Boleh aku menulis
kalau aku sedang menghela napas berat?
Silakan. Sesuka
hatimu.
.......
Astaga,
jawablah Rez. Siapa tahu aku bisa membantumu.
Dia... adalah orang yang aku pikir sanggup membuatku jatuh cinta
berkali-kali.
Dan ternyata...
dia adalah orang yang lebih sanggup membuatmu patah hati, berkali-kali...
lipat?
Aku harap kamu ada, dan aku bisa meninjumu sekarang.
Hahahaha. Lalu
bagaimana? Kamu ingin mengunggah tulisan ini di blog pribadimu? Sebagai salam
pembuka, setelah vakum beberapa minggu? Yakin? Sekali muncul, langsung patah
hati? Atau, baru muncul saat patah hati? Menyedihkan sekali.
Setidaknya aku masih berdo’a, semoga dia adalah mogadorian,
sehingga aku akan mudah untuk berhenti menyukainya.
Alamak! Apalagi
mogadorian?
Hahahaha. Bukankah kamu sudah mengerti tentangku?
Aku harap bisa
meninjumu sekarang juga.
Hm, hujan. Kotaku gelap, dan itu bagus. Semesta mengizinkanku
berpatah hati sore ini.
Hei, kotamu
itu, kotaku juga.
Oh iya, lupa.
Apalagi yang
harus kamu lupakan, selain patah hati? Astaga, soal perasaan, jangan dilupakan,
ah. Berdamai saja. Kalau kamu ingin lupa rasanya jatuh cinta atau patah hati, yakinlah,
kelupaanmu tidak akan mengurangi rasa sakit itu, seandainya suatu hari nanti
kamu mengalami lagi. Tapi, jika saat ini kamu memilih berdamai dengan perasaan
itu, dan dengan kamu yang tidak akan melupakan
perasaan itu, kamu yang akan jatuh cinta kembali, setidaknya bisa lebih
berhati-hati, supaya tidak mengalami patah hati, untuk kesekian kali.
Hm, oke.
Rez, terima
kasih karena sudah mengerti bahwa aku memang teman baikmu yang tidak perlu
dipuji hanya karena sudah memberi kata-kata motivasi untukmu.
Oke, baiklah.
Kamu masih
punya banyak cerita saat dirimu sedang vakum untuk diunggah, Rez.
Ya.
Ada cerita
tentang ulang tahun ketujuh belasmu. Ada juga tentang teman-temanmu. Tentang
kesibukanmu akhir-akhir ini. Masih banyak\, Rez. Kenapa harus memilih yang patah
hati?
Masih ada cerita waktu cari KTP.
Arez! Aku
serius. Jangan berkepala batu begitu!
Untuk apa aku menyimpan tulisan ini? Aku unggah di mana-mana pun,
dia tidak akan tahu. Aku sama sekali tidak menyebut namanya di sini. Aku juga
tidak menyebutkan ciri-cirinya, seperti yang dulu pernah fatal aku lakukan. Dia
tahu juga tidak masalah, sebenarnya. Toh dia tidak mengenalku.
Oh, itu! Jadi,
itu! Lagi-lagi itu. Astaga, ingin aku mencubit pipimu karena gemas!
Sudah lima kali kamu menulis kata ‘astaga’ di sini.
Dan aku ingin
menuliskannya keenam kali. Eh, hei, kamu yakin tidak menyadari kesalahanmu?
Apa?
Aku ingin
menulis kata ‘ambyar’ di sini.
Tulis saja.
Oke.
Hei, kau mau
menulis apa?
Yakin, kamu
ingin tahu?
Jika itu berhubungan denganku?
Ini tentang
kesalahanmu.
Apa yang salah?
Kamu membiarkan
dirimu mencintai orang yang tidak mengenalmu. Padahal, yang namanya cinta
seharusnya kedua belah pihak. Cinta adalah bahagia dua orang, sehingga banyak
sekali dua-orang yang berjuang bersama-sama. Cinta adalah komunikasi. Kalau
selama ini tidak ada komunikasi, ya tidak ada cinta.
.......
Cinta pada
pandangan pertama itu tidak ada. Tapi, kalau setelah berpandangan, kemudian
menyapa, saling mengenal, lalu jatuh cinta, itu memang banyak.
Sejak kapan kau jadi bijak begini?
Sejak hujan
mengguyur kota.
Oh, oke.
Tidak ada
hiburan sore ini?
Sepertinya bulutangkis. Futsal masih esok sore. Sepak bola, entah
kapan. Yang jelas sore ini tidak ada.
Okelah. Mungkin
lebih baik kamu tidur dulu. Mendengarkan lagu-lagu. Lumayan, sore-sore hujan.
Dan, jangan pegang ponsel dengan jaringan aktif, yang memungkinkanmu mendengar
kabar itu lagi. Kalau memang harus mendengarkan lagu dengan ponsel,
non-aktifkan saja.
Memangnya kamu tahu, kalau patah hatiku gara-gara apa?
Pesan di
ponselmu, kan?
Hahahaha.
Seharusnya kamu tidak perlu pura-pura tidak tahu.
Hahahaha. Biar
lebih dramatis.
Oke.
Tidurlah.
Jangan biarkan dia tanpa sengaja menyakitimu.
Aku saja yang akan dengan sengaja menyakitinya. Hahahahaha.
Sepertinya itu
ide bagus.
Aku tidur dulu.
Oke, mimpi
indah.
Mimpiin Komang Adi saja.
Semoga dia dapat
menghiburmu.
Semoga aku dapat bertemu dengannya.
Amin.
Ya robbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar