Kamu memang tidak lagi seistimewa itu.
Aku tidak lagi merasakan degup jantung yang menggebu; bingung mau pakai
baju apa; ribet make up seperti apa
supaya terlihat tidak pucat tapi tidak menor; apalagi menyemprotkan parfum
banyak-banyak sampai kepikiran untuk mandi parfum saja.
You’re not special anymore.
Kini aku bisa menahan jemari tanganku untuk tidak menulis ulang
percakapan kita di twitter. Tidak berkeinginan meng-upload roomchat kita di fitur
cerita sosial media yang padahal lebih “hangat” daripada
sebelum-sebelumnya. Aku bahkan tidak mengeluarkan ponsel ketika aku dan kamu
berbincang tentang banyak hal.
Kocak ya.
Ketika aku sudah tidak lagi menganggapmu spesial, kamu justru melakukan
segala hal yang tadinya hanya aku impikan. Kamu menjemputku di rumah;
mengantarku ke manapun aku mau; menemaniku pusing-pusing karena tugas; meladeni
kebawelanku; dan tetap mengembalikanku pulang ke rumah dengan selamat.
Kamu juga bercerita lebih banyak. Entah
mungkin karena aku sudah bisa menimpali dengan lebih komunikatif atau kamu
sedang butuh teman bicara. Yang jelas, aku tidak perlu pura-pura tertarik
dengan apa yang kamu omongkan sehingga ketidak-antusiasanku bisa kamu tanggapi dengan mengalihkan topik obrolan.
Lucu saja.
Saat aku sudah merasa baik-baik saja,
tiba-tiba kamu minta bertemu. Tapi harus tahu sopan santun ya, karena sekarang kamu
sekadar tamu.