Hei,
sebentar lagi lebaran, atau bahkan kamu membaca tulisan ini ketika bulan
Ramadan tahun ini sudah berakhir. Di sini aku hanya ingin minta maaf atas
segala kesalahan yang muncul dari alam bawah sadarku, yang mungkin sempat
membuatmu terganggu.
Foto diambil dari unsplash.com |
Aku
minta maaf karena walaupun aku dan kamu telah bersepakat bahwa di antara kita
tidak ada apa-apa, aku masih dan entah sampai kapan akan mengingat hal-hal
tentang kamu. Aku terus saja menghubung-hubungkan apa yang kamu bagi di sosial
media dengan aku—padahal di saat yang sama, aku masih ingat kalau kamu berniat
untuk membagikan sesuatu di dunia
maya, ya karena ingin, bukan karena mau menarik perhatianku.
Toh
kamu sudah sedot habis peduliku tanpa harus berbuat apapun.
Aku
minta maaf karena aku masih menandai tempat-tempat yang pernah kita datangi
sebagai monumen bersejarah tentang aku dan kamu. Aku menganggap para saksi bisu
itu layaknya bank memori yang menyimpan gurau dan tawa kita. Di sana kita
pernah bercerita—aku curhat dan kamu mendengarkan, begitupun sebaliknya. Di
sana kita pernah bertemu untuk pertama kalinya semenjak menyandang status
sebagai mahasiswa. Di sana kita pernah ditempa gerimis di suatu malam minggu.
Di sana kita pernah, dulu, karena kini aku dan kamu berada di posisi yang
entah.
Aku
minta maaf karena sekarang aku bingung mau berjuang dengan cara apa dalam
memperbaiki hubungan yang terlanjur aneh. Aku ingin mengakui kamu sebagai
teman, tapi nyatanya mau ngobrol saja rasanya canggung. Ingin aku bilang kamu
bukan teman, tapi kesannya aku begitu sombong dan melupakan kamu yang pernah
meluangkan waktu demi aku.
Teman
apa teman kalau begini ceritanya?
Aku
juga minta maaf karena pernah memaksamu bercerita tentang seseorang yang
sepertinya sudah tidak ingin kamu bahas lagi, just because aku ingin tahu seberapa jauh aku di hidup kamu
dibanding orang itu.
Iya,
kekanak-kanakan, aku tahu. Makanya aku minta maaf soal itu.
Aku juga minta maaf
karena selama kita kenal, aku pernah uring-uringan yang menurutmu tidak jelas,
ngomel yang bagimu tidak penting, marah-marah, merajuk, merengek, badmood, mau menangis di depan kamu, dan
kekeraskepalaanku yang sepertinya sudah buatmu ingin jauh-jauh dariku dan
mencoret aku dari daftar orang-orang dekatmu. Aku sangat minta maaf kalau soal
ini, dan berjanji akan memperbaiki cara berhubunganku dengan orang lain, tidak
hanya kepada kamu.
Mungkin aku perlu
banyak belajar dari kamu tentang ini ya? Kan kamu ahli dalam memperlakukan
orang lain—salah satunya dalam memperlakukan aku, ya kan?
Oke, mungkin bisa ya
aku belajar mulai besok atau lusa. Tapi jika kondisi hatiku sudah membaik.
Sejauh ini sih, belum
benar-benar baik, maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar