Ta, apa kabar? Sebentar
lagi Ramadan. Bagaimana harimu di sana? Menyenangkan, kan? Baik-baik saja, kan?
Maaf
ya selama ini sudah membuat kamu marah, kesal, kecewa, dan segala hal yang aku
sendiri tidak berani bertanya mengapa kamu seperti itu. Aku minta maaf karena
sampai sekarang aku masih berharap semoga aku dan kamu bisa berteman seperti
dulu. Mendengar tawa kamu, menatap tatapan galak kamu, menghadapi kecerewetan
kamu, dan menanggapi cerita-cerita lucumu tentang teman-teman baikmu: Ardhi dan Baya.
Photo by Avi Richards on Unsplash |
Sejauh
ini mereka berdua masih baik padaku, walaupun keduanya sama saja menutup mulut
perihal keadaanmu. Entah kamu yang sengaja menghilang dari semua masa putih
abu-abu kamu, atau kamu yang tidak mau aku tahu tentang kamu.
Sekali
lagi aku minta maaf, Ta.
Aku
memang bodoh, bego, tolol, parah, bahkan umpatan paling kasar sekalipun boleh
kamu utarakan padaku. Tapi tolong kamu kembali, Ta. Kamu kembali jadi perempuan
yang paling dekat dengan aku.
Dari
perpisahan kelas dua belas tahun lalu yang tidak bisa membuat kamu menginjakkan
kaki lagi di SMA.
Dari
promnight yang pernah kamu tolak
habis-habisan, hingga berujung konflik dengan teman satu angkatan, yang membuat
kamu akhirnya menenggelamkan diri entah di lautan mana.
Aku
kangen, Ta. Kangen sama kamu.
Kapan
terakhir kita bertemu? Lebaran tahun lalu ya? Yang aku dan kamu diam-diaman
itu? Yang aku dan kamu seperti habis cekcok itu?
Sebentar
lagi Ramadan. Apa kamu tidak ingin bergabung di acara buka bersama teman-teman?
Apa kamu tidak ingin bertatap muka lagi denganku? Apa kamu benar-benar semarah
itu sampai mengabaikan segala bentuk komunikasi yang ingin aku jalin?
Aku
minta maaf ya, Ta. Minta maaf sebesar-besarnya.
Aku
hanya ingin kamu tahu kalau aku sekehilangan itu. Aku cuma ingin kamu tahu
kalau satu tahun terakhir ini sebagian besar ingatanku adalah kamu. Apalagi
unggahan-unggahan foto adik kelas di sosial media ketika mereka perpisahan
kemarin. Seharusnya, satu tahun yang lalu, aku dan kamu bisa berada dalam satu
foto. Seharusnya aku juga bisa meramaikan hiruk-pikuk sosial media mengakhiri
masa SMA.
Tapi
tidak ada kamu, Ta.
Sama
sekali tidak menyenangkan, kamu tahu?
Jadi
tolong, seandainya kamu membaca tulisan ini, kamu tahu bagaimana aku ingin tahu
kamu. Kabar kamu. Kondisi kamu sekarang. Tidak perlu muluk-muluk kita bisa
kembali seperti dulu. Yang penting komunikasi kita membaik dan tidak canggung.
Aku
ingin itu dulu.
Selebihnya
bisa nanti.
Kamu libur kapan? Aku main ke rumah
kamu lagi, boleh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar