Disarankan mendengarkan lagu ini --> Background Music Extraordinary You Episode 19 - 20 <-- untuk baca tulisan ini :))
Photo by Anastasia Vityukova on Unsplash |
Ya
sudah, pergi saja, tidak apa-apa. Dari dulu pun aku sudah mempersiapkan
perpisahan, sebelum harus merasa sakit karena kehilangan. Aku bahkan telah
menulis ucapan terima kasih karena kamu membuatku banyak belajar dalam memahami
diri sendiri dan tentang orang lain.
Mungkin
memang saat ini adalah waktunya kamu buat pergi. Aku tidak punya hak untuk
menahanmu lebih lama di sini. Bersama kamu sampai sejauh ini pun kejadian di
luar dugaan yang patut aku syukuri.
Seandainya dulu kamu membiarkanku untuk tidak lagi menyapa kamu saat aku merasa sakit hati,
pasti sekarang aku dan kamu sebatas viewers
story. Chat seperlunya, bertemu sesingkat-singkatnya. Bahkan mungkin aku
menghapus kamu dari daftar teman-temanku. Mengusir jauh-jauh kamu dari hidupku,
supaya kepalaku tidak dipenuhi oleh kamu. Memaksa hatiku untuk tidak
mengharapkan kamu, sekaligus membunuh segala ekspektasi yang berhubungan dengan
kamu. Sama seperti yang aku lakukan dengan orang-orang sebelum kamu.
Tapi
ternyata dengan kamu, aku tidak bisa memberlakukan hal itu.
Kamu
justru menghampiriku lebih dulu. Menanyakan alasan diamku. Ingin tahu kenapa aku
bungkam, kenapa bertemu dengan kamu saja aku enggan. Kamu kukuh mengajakku
bicara serius, bahkan sampai berusaha menemuiku yang sedang menyibukkan diri
supaya tidak bersinggungan lagi dengan kamu.
“Kamu
kenapa?” tanyamu waktu itu di tengah acara musik sekolah, di belakang panggung.
Aku sebagai panitia seharusnya bisa mengusir kamu dari sana, tapi bahkan
melihatmu hadir malam itu saja sudah buatku ingin mati berdiri. Lidahku kelu.
“Apanya?”
aku bertanya balik, lirih.
“Kamu
marah sama aku? Kenapa? Jelasin, tolong. Aku nggak ngerti,” ujarmu membuatku
menahan napas sesaat. Kamu tahu aku sedang menghindarimu secara halus. Kamu
tahu aku sedang apa-apa, dan itu berhubungan dengan kamu. Makanya kamu menuntut
penjelasan padaku supaya kita bisa menyelesaikan ini cepat-cepat.
Bagimu,
segala permasalahan, apalagi yang berawal dari kesalahpahaman, harus segera
dituntaskan.
Dari
situ aku belajar untuk meredam emosi dan keegoisan. Aku belajar untuk berdamai
dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sampai aku dan kamu bisa
benar-benar berbaikan dan kembali menertawakan banyak hal. Membicarakan yang
tidak penting, chatting dan telepon malam-malam hingga aku
mengantuk atau kamu yang ketiduran.
Baru
pertama kali seumur hidup, aku bisa berdamai lagi dengan orang yang pernah
membuat hatiku sakit. Aku bisa menormalkan harapan yang kadang datang terlalu
tinggi. Aku bisa membujuk hatiku untuk tidak terlalu jauh kalau terjatuh,
karena kamu merupakan salah satu orang terbaik yang aku punya dan harusnya aku
jaga.
Tapi
mungkin sekarang memang sudah waktunya kamu pergi. Kamu merasa harus bergerak, dan
meninggalkan aku adalah jalan yang perlu kamu tempuh. Tidak apa-apa. Aku paham,
yang namanya manusia ya datang dan pergi. Mungkin saat ini, waktu-waktu kamu bersamaku telah usai.
Tidak apa-apa, toh ketika aku kesal dulu, aku sudah menyiapkan hatiku untuk menghadapi
skenario perpisahan paling buruk. Tidak apa-apa. Pergi saja. Sepertinya Tuhan
juga telah menyiapkan orang baru yang perlu aku sambut sepeninggalmu.
Pesanku
cuma satu, kamu tetap hati-hati ya.
Terima
kasih karena pernah datang. Semoga hari-harimu dengan orang barumu lebih menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar