Aku suka hari ketika kakiku memasuki gedung olahraga kota. Kamu boleh
lupa atau bahkan tidak peduli, bahwa bagiku, tempat itu menjadi salah satu
tempat yang menyimpan banyak kenangan tentang aku dan kamu.
Aku suka ketika aku mencari tempat kosong sekaligus spot terbaik untuk
memotret kamu yang sedang bertanding di lapangan. Aku tidak pernah berbaur
dengan pendukung kedua tim, karena aku tidak mau telingaku jadi pengang hanya
karena tabuhan genderang macam mau perang. Aku juga tidak perlu mengeluarkan
jurus basa-basi seandainya bertemu dengan pendukung tim kamu yang rata-rata
memang temanku atau temanmu.
Aku hanya ingin bisa melihat kamu
dengan leluasa. Bahkan aku tidak mau ada satupun di kepalaku yang bertanya
perihal status hubungan kita itu apa.
Aku murni suka saat kamu bertanding
dengan mengoptimalkan kemampuan yang kamu punya. Aku suka ketika pada akhirnya
tim kamu menang. Aku suka saat kamu berusaha mencariku, lalu melambaikan tangan
jika sudah menemukan aku di deretan tribun penonton.
Tapi aku tidak suka ketika
pertandingan berakhir, dan bukan aku yang menghampiri kamu di lapangan. Aku
tidak suka ketika ada perempuan lain—entah mantan kamu, mantan gebetan kamu,
teman kecil kamu, pemuja kamu, atau siapapun itu yang aku tidak kenal,
tiba-tiba berdiri di samping kamu, sok akrab, lalu minta foto.
Aku tidak suka karena aku cuma bisa
duduk tolol di tribun, menyaksikan kamu dikelilingi oleh manusia-manusia yang
mengidolakan kamu. Aku tidak suka, walaupun aku tidak tahu apakah kamu tidak
suka dengan sikapku satu ini.
Eh, hei.
Aku suka ketika kamu akhirnya tetap berjalan
menujuku. Aku suka saat kamu tersenyum lebar ke arahku, memberiku isyarat
“Tunggu di situ dulu,” dengan tanganmu. Aku suka setelah kamu benar-benar ada
di depanku, dan kita hanya terpisah pagar pembatas.
“Fotoin,” katamu sambil menunjuk
kamera yang tergantung di leherku.
Tadinya aku berpikir kalau kamu menyuruhku memotretmu bersama orang
lain. Tapi, bukan. Kamu ingin foto sendiri, karena kamu bilang aku tidak
mungkin melompati pagar tribun hanya untuk ke tempatmu berdiri.
“Yang bagus,” tambahmu waktu itu.
Foto ini diambil dari situs kapanlagi |
Lalu kenyataannya? Mau tanya kabar saja sekarang sudah sangat canggung.
Ternyata dari dulu hingga kini, orangnya bukan kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar