Senin, 30 Juni 2014

Seratus Enam Puluh Delapan



168 jam yang lalu. Jangan salahkan aku jika aku masih mengingat detail peristiwa itu. Pertemuan singkat kita yang masih terus membekas dalam ingatanku. Tanpa kausuruh untuk menghafalkannya, jika dites bagaimana runtutan kejadian itu, pasti aku dapat nilai seratus.

Kepingan memori itu terus melayang dalam benakku. Sejak kita memutuskan untuk mengakhiri pertemuan sore itu, tanpa kusadari otakku mencatat dengan baik bagaimana kejadian itu. Jantungku yang dengan kencang berdegup, ditambah hatiku yang rasanya makin meletup ketika melihat senyummu terabadikan dalam kameraku. Dan sekarang senyum itu terpajang dengan manis di tembok kamarku.

Petang, di salah satu sudut Kota Jogja, 168 jam yang lalu. Aku masih cukup ingat ketika aku mengamati satu-persatu wajah teman-temanmu, demi mencari sosokmu. Aku juga masih sangat ingat ketika seseorang memberitahuku bagaimana cara menemuimu. Aku sungguh ingin terus ingat ketika aku menginjakkan kaki pada lantai tribun. Bahkan aku masih ingat bagaimana rasa campur adukku menemukan kamu.

Seandainya kamu tahu ada seseorang yang berteriak kegirangan dari arah tribun, itu aku. Seandainya kamu tahu ada seseorang yang menantikanmu di gerbang ujung, itu aku. Seandainya kamu tahu ada seseorang yang hampir meledak saking girangnya bisa menemuimu, itu aku. Dan juga, jika kamu tahu ada seseorang yang membuat cerita tentang kamu, itu aku.

Meskipun waktu itu aku tak berpikir jauh jika kejadian itu menyisakan rindu, aku masih ingat bagaimana aku memanggil namamu, dan kamu tersenyum padaku meskipun capai terlihat jelas di wajahmu. Aku juga masih ingat ketika aku berusaha bersikap sewajar mungkin saat di depanmu. Haha. Mungkin, terlihat norak. Tapi itulah kenyataannya. Aku salah tingkah. Karena pertemuan singkat kita, bermula dari ketidaksengajaan.

Aku masih berdo’a, semoga kamu membaca tulisan ini. Aku masih berdo’a, semoga kamu tahu siapa pencipta tulisan ini. Aku juga masih berdo’a, semoga kamu tahu siapa dalang di balik cerita ini.

23 Juni 2014. Menemukan Timnas U-23. Mencari pemain bernomor punggung 23. Padahal hanya sebuah kebetulan yang ingin tahu seperti apa Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta.

Izinkan aku bilang ini padamu, “Mas Bayu, miss you!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini