168 jam yang lalu. Jangan
salahkan aku jika aku masih mengingat detail peristiwa itu. Pertemuan singkat
kita yang masih terus membekas dalam ingatanku. Tanpa kausuruh untuk
menghafalkannya, jika dites bagaimana runtutan kejadian itu, pasti aku dapat
nilai seratus.
Kepingan memori itu terus
melayang dalam benakku. Sejak kita memutuskan untuk mengakhiri pertemuan sore
itu, tanpa kusadari otakku mencatat dengan baik bagaimana kejadian itu.
Jantungku yang dengan kencang berdegup, ditambah hatiku yang rasanya makin
meletup ketika melihat senyummu terabadikan dalam kameraku. Dan sekarang senyum
itu terpajang dengan manis di tembok kamarku.
Petang, di salah satu sudut Kota
Jogja, 168 jam yang lalu. Aku masih cukup ingat ketika aku mengamati
satu-persatu wajah teman-temanmu, demi mencari sosokmu. Aku juga masih sangat
ingat ketika seseorang memberitahuku bagaimana cara menemuimu. Aku sungguh
ingin terus ingat ketika aku menginjakkan kaki pada lantai tribun. Bahkan aku
masih ingat bagaimana rasa campur adukku menemukan kamu.
Seandainya kamu tahu ada
seseorang yang berteriak kegirangan dari arah tribun, itu aku. Seandainya kamu
tahu ada seseorang yang menantikanmu di gerbang ujung, itu aku. Seandainya kamu
tahu ada seseorang yang hampir meledak saking girangnya bisa menemuimu, itu aku. Dan juga,
jika kamu tahu ada seseorang yang membuat cerita tentang kamu, itu aku.
Meskipun waktu itu aku tak
berpikir jauh jika kejadian itu menyisakan rindu, aku masih ingat bagaimana aku
memanggil namamu, dan kamu tersenyum padaku meskipun capai terlihat jelas di
wajahmu. Aku juga masih ingat ketika aku berusaha bersikap sewajar mungkin saat
di depanmu. Haha. Mungkin, terlihat norak. Tapi itulah kenyataannya. Aku salah
tingkah. Karena pertemuan singkat kita, bermula dari ketidaksengajaan.
Aku masih berdo’a, semoga kamu
membaca tulisan ini. Aku masih berdo’a, semoga kamu tahu siapa pencipta tulisan
ini. Aku juga masih berdo’a, semoga kamu tahu siapa dalang di balik
cerita ini.
23 Juni 2014. Menemukan Timnas
U-23. Mencari pemain bernomor punggung 23. Padahal hanya sebuah kebetulan yang
ingin tahu seperti apa Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta.
Izinkan aku bilang ini
padamu, “Mas Bayu, miss you!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar