Sabtu, 28 Juni 2014

Kamu Benar-benar Pulang



Akhirnya kamu benar-benar pulang. Tepat satu hari sebelum Ramadan. Kamu tak memberiku kabar apa-apa. Bahkan, aku tahu bahwa kamu pulang melalui dunia maya. Bukan melalui telepon genggam yang biasanya kita gunakan untuk saling kasih kabar.

Jujur, 2 hari yang lalu aku mengunggah tulisan tentang kisah kita satu tahun yang lalu. Aku baru berani mengunggahnya akhir-akhir ini, mengingat kamu marah besar ketika membaca tulisan itu dari laptopku. Dan setelah hubungan kita baik-baik saja, aku malah lupa jika aku pernah sakit hati karena sikap tak pedulimu. Semudah itu kamu mengobati luka di hatiku.

Tapi hari ini, aku terluka lagi. Sebuah perasaan yang tak mampu kubohongi karena kamu sepertinya lupa pada seseorang yang beberapa tahun silam, selalu menyempatkan diri menanti buka puasa bersama kamu. Benarkah kamu lupa padaku? Benarkah kamu lupa pada pemilik nama yang beberapa tahun terakhir jadi pelengkap bio twittermu?

Kamu pulang, bukan berarti jarak kita semakin dekat. Kamu pulang, bukan berarti kita bisa selalu bersama. Waktu 3 hari untuk menyambut Ramadan, sepertinya sama dengan Ramadan tahun lalu. Kita tetap jauh.

Ketika kamu memutuskan untuk melanglang buana bersama teman-temanmu, mungkin hanya aku,  satu-satunya kekasih yang tidak terkejut. Mungkin hanya aku satu-satunya kekasih yang siap mengantarmu pergi. Bukan karena aku tak mencintaimu, tapi karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. Kamu dimana, dan aku di mana. Karena meskipun kamu pulang, jarak rumah kita terlampau jauh hingga butuh waktu untuk kita benar-benar bertemu.

Tanggal 1 Juli, kamu sudah kembali bersama teman-temanmu. Kamu melaksanakan puasa bersama teman-temanmu. Kamu menanti buka puasa bersama teman-temanmu. Dan ini, sudah Ramadan kesekian yang tak kulewatkan bersamamu. Mungkin, jika aku baru satu minggu jadi kekasihmu, aku sudah tak tahan hingga ingin memutuskan hubungan denganmu. Tapi, tidak. Aku sudah terlalu kebal dengan dinginmu. Aku sudah terlalu hafal dengan kesibukanmu. Aku sudah sangat paham jika kamu tak ingin diganggu jika sedang menekuni pekerjaanmu.

Aku menulis ini, hanya ingin mengingatkan, jika ada seseorang yang selalu menanti kamu pulang. Ada gadis yang merindukan suaramu melalui ponselnya. Ada sosok yang sedikit terluka ketika kamu tak memberi kabar bahwa kamu sudah di rumah. Dan kuharap, kamu lebih dari sekedar jawaban, “Iya. Aku ngerti, kok,”.

Anggap saja aku ini kekasih penuntut. Tapi, percayalah, wanita mana yang tak rindu pada senyum kekasihnya jika hubungannya tertahan dalam jarak? Wanita mana yang tak ingin bertemu dengan kekasihnya jika sang kekasih telah pulang? Wanita mana yang tak ingin dihubungi jika sang kekasih rehat sejenak dari seluruh pekerjaannya? Wanita yang sangat mencintaimu, yang tak ingin kehilangan kamu, yang selalu bertahan dalam sikap tak pedulimu, yang berusaha memahamimu.

Ayo, Mas, kita nyalain mercon di alun-alun kota! Kamu masih ingat, cara nyalain kembang api, kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini