Tak terasa,
sudah 3 minggu tepat setelah pertemuan kita. Apakah kaumasih ingat sore di
Jogja, meskipun kausekarang sudah pindah kota? Apakah kaumembaca surat yang
kukirim 1 minggu yang lalu? Apakah kaujuga membaca artikel tentang awal
pertemuan kita 3 minggu yang lalu? Ah, aku tahu. Kaupasti sibuk. Sebentar lagi
kauakan ke negeri orang. Hati-hati di jalan, Mas.
Jika 3 minggu
yang lalu kenangan indah kita tak terbingkai dalam pigura fotografi, mungkin
aku tak akan segila ini: mengabadikan pertemuan pertama dan mungkin terakhir
kita. Bahkan, jika aku tak bertemu denganmu, aku tak akan mengelu-elukanmu saat
kautidak bertanding. Aku tidak akan berburu berita tentang kegiatanmu. Aku
tidak akan mencarimu.
Ucapan “Selamat
malam, Mas,” milikku yang nangkring di kolom Notification twittermu,
mungkin sekarang sudah dihinggapi sarang laba-laba saking tak pernah kautengok.
Jangan-jangan sekarang sudah basi? Atau bahkan berjamur? Aih, sudah
kadaluwarsa. Sudah waktunya untuk dibuang.
Kemarin malam,
aku sempat memimpikanmu. Mungkin, itu jadi sebuah tanda jika aku akan
memperingati pertemuan kita. Dalam mimpiku, kamu memakai baju yang sama seperti
3 minggu yang lalu. Aku juga memanggilmu dengan cara yang sama seperti 3 minggu
yang lalu. Bahkan, responmu sama persis. Tersenyum manis. Tapi dalam mimpiku,
pandanganmu ke arahku menunjukkan “sudah kenal”. Lalu kamu menghampiriku, dan
kita berbincang layaknya kita teman.
Aku sangat
menyesal untuk bangun. Aku menyesal telah mengakhiri mimpiku tentangmu. Aku
menyesal, sungguh. Karena, jika tidak di dalam mimpi, dimana lagi aku bisa
menemukanmu? Tak mungkin di lapangan UNY lagi, kan, Mas? Lucu sekali jika aku
kembali dihampiri ‘kebetulan’ untuk bertemu denganmu.
Angela Rezka
Andua Putri. Seorang gadis yang sangat sadar-sesadarnya bahwa tidak hanya dia
yang berfoto dengan orang berbaju biru dengan Garuda di dada. Tapi, entah
kenapa, dia merasa satu-satunya manusia yang beruntung bisa menemukan orang
dengan balutan seragam itu. Beruntung bisa mendapatkan senyum seorang Bayu
Gatra Sanggiawan yang berwajah lelah dengan sisa keringat yang bercucuran dari
dahinya. Beruntung bisa mendapatkan torehan tanda tangan penggocek bola satu
itu. Beruntung karena buku dan spidolnya pernah dipegang oleh pemain sepak bola
kebanggaan Indonesia itu. Tanggal 23 Juni 2014, di Lapangan Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Untuk menghibur
diri saking rindunya pada orang kelahiran Jember itu, gadis ini mengolah foto
yang tercetak sore 3 minggu yang lalu. Tak lupa dengan do’a agar dipertemukan
kembali dengan salah satu punggawa Garuda Muda ini. Yang bahkan gadis ini tak
tahu jika nanti benar-benar bertemu, dia minta apalagi. Foto lagi? Atau tanda
tangan lagi? Ah, entahlah.
Mas Bayu, aku kangen kamu. Aku kangen
Lapangan UNY. Aku kangen Jogja. Aku kangen waktu kamu menoleh ke arahku. Aku
kangen waktu kamu langsung berhenti ketika aku meminta foto. Aku kangen waktu
kamu tersenyum meskipun sedikit ketika aku memanggil namamu. Aku kangen waktu
kamu membolak-balik bukuku untuk menorehkan tanda tangan. Aku kangen itu, Mas.
Aku kangen banget sama kamu.
Mas Bayu, sedang apa kamu malam ini?
Berangkat tarawih atau habis tarawih? Aku kangen kamu. Walaupun aku sudah cukup
tahu jika aku bukan siapa-siapamu. Aku juga tahu ini bukan suka maupun cinta.
Ini hanya luapan rasa senang pernah bertemu kamu. Kamu yang namanya sering
disebut jika Persisam sedang berlaga. Kamu yang wajahnya sering masuk kamera
jika Timnas sedang bertanding. Kamu yang sering digadang-gadang di lini depan,
apalagi jika sedang melakukan penyerangan. Kamu yang larinya secepat kilat,
ditambah gocekan bola yang sering membuat orang-orang terperangah. Dan juga
kamu yang sering jadi sasaran teckling bek lawan
.
Selamat
memperingati 3 minggu pertemuan kita, Mas :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar