Senin, 14 Juli 2014

3 Minggu



Tak terasa, sudah 3 minggu tepat setelah pertemuan kita. Apakah kaumasih ingat sore di Jogja, meskipun kausekarang sudah pindah kota? Apakah kaumembaca surat yang kukirim 1 minggu yang lalu? Apakah kaujuga membaca artikel tentang awal pertemuan kita 3 minggu yang lalu? Ah, aku tahu. Kaupasti sibuk. Sebentar lagi kauakan ke negeri orang. Hati-hati di jalan, Mas.

Jika 3 minggu yang lalu kenangan indah kita tak terbingkai dalam pigura fotografi, mungkin aku tak akan segila ini: mengabadikan pertemuan pertama dan mungkin terakhir kita. Bahkan, jika aku tak bertemu denganmu, aku tak akan mengelu-elukanmu saat kautidak bertanding. Aku tidak akan berburu berita tentang kegiatanmu. Aku tidak akan mencarimu.

Ucapan “Selamat malam, Mas,” milikku yang nangkring di kolom Notification twittermu, mungkin sekarang sudah dihinggapi sarang laba-laba saking tak pernah kautengok. Jangan-jangan sekarang sudah basi? Atau bahkan berjamur? Aih, sudah kadaluwarsa. Sudah waktunya untuk dibuang.

Kemarin malam, aku sempat memimpikanmu. Mungkin, itu jadi sebuah tanda jika aku akan memperingati pertemuan kita. Dalam mimpiku, kamu memakai baju yang sama seperti 3 minggu yang lalu. Aku juga memanggilmu dengan cara yang sama seperti 3 minggu yang lalu. Bahkan, responmu sama persis. Tersenyum manis. Tapi dalam mimpiku, pandanganmu ke arahku menunjukkan “sudah kenal”. Lalu kamu menghampiriku, dan kita berbincang layaknya kita teman.

Aku sangat menyesal untuk bangun. Aku menyesal telah mengakhiri mimpiku tentangmu. Aku menyesal, sungguh. Karena, jika tidak di dalam mimpi, dimana lagi aku bisa menemukanmu? Tak mungkin di lapangan UNY lagi, kan, Mas? Lucu sekali jika aku kembali dihampiri ‘kebetulan’ untuk bertemu denganmu.

Angela Rezka Andua Putri. Seorang gadis yang sangat sadar-sesadarnya bahwa tidak hanya dia yang berfoto dengan orang berbaju biru dengan Garuda di dada. Tapi, entah kenapa, dia merasa satu-satunya manusia yang beruntung bisa menemukan orang dengan balutan seragam itu. Beruntung bisa mendapatkan senyum seorang Bayu Gatra Sanggiawan yang berwajah lelah dengan sisa keringat yang bercucuran dari dahinya. Beruntung bisa mendapatkan torehan tanda tangan penggocek bola satu itu. Beruntung karena buku dan spidolnya pernah dipegang oleh pemain sepak bola kebanggaan Indonesia itu. Tanggal 23 Juni 2014, di Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Untuk menghibur diri saking rindunya pada orang kelahiran Jember itu, gadis ini mengolah foto yang tercetak sore 3 minggu yang lalu. Tak lupa dengan do’a agar dipertemukan kembali dengan salah satu punggawa Garuda Muda ini. Yang bahkan gadis ini tak tahu jika nanti benar-benar bertemu, dia minta apalagi. Foto lagi? Atau tanda tangan lagi? Ah, entahlah.

Mas Bayu, aku kangen kamu. Aku kangen Lapangan UNY. Aku kangen Jogja. Aku kangen waktu kamu menoleh ke arahku. Aku kangen waktu kamu langsung berhenti ketika aku meminta foto. Aku kangen waktu kamu tersenyum meskipun sedikit ketika aku memanggil namamu. Aku kangen waktu kamu membolak-balik bukuku untuk menorehkan tanda tangan. Aku kangen itu, Mas. Aku kangen banget sama kamu.

Mas Bayu, sedang apa kamu malam ini? Berangkat tarawih atau habis tarawih? Aku kangen kamu. Walaupun aku sudah cukup tahu jika aku bukan siapa-siapamu. Aku juga tahu ini bukan suka maupun cinta. Ini hanya luapan rasa senang pernah bertemu kamu. Kamu yang namanya sering disebut jika Persisam sedang berlaga. Kamu yang wajahnya sering masuk kamera jika Timnas sedang bertanding. Kamu yang sering digadang-gadang di lini depan, apalagi jika sedang melakukan penyerangan. Kamu yang larinya secepat kilat, ditambah gocekan bola yang sering membuat orang-orang terperangah. Dan juga kamu yang sering jadi sasaran teckling bek lawan
.
Selamat memperingati 3 minggu pertemuan kita, Mas :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini