Senin, 07 Juli 2014

Suratku



Pacitan, 7 Juli 2014
 Dear kamu,
    
Selamat siang. Bagaimana kabarmu di kota yang terkenal karena suhu rendahnya? Semoga di sana kamu baik-baik. Sama sepertiku di sini, yang baik-baik. Alhamdulillah.
         
Aku menulis surat ini, karena ingin memperingati 14 hari setelah pertemuan kita. Aku juga ingin bercerita jika aku sangat ingin bilang “Kangen kamu” padamu. Maaf sebelumnya jika aku terlalu lancang karena ingin kalimat itu benar-benar sampai padamu. Aku hanya bingung bagaimana mengungkapkan rasa rindu ini selain kepada Tuhan. Mungkin, jika surat ini kuunggah, besar kemungkinan kamu tahu ada seseorang yang benar-benar rindu padamu. Meskipun kemungkinan kamu akan membaca surat ini sangat kecil. Ya, aku tahu.
          
Apakah hanya aku yang segila ini padamu? Apakah hanya aku, seorang gadis yang dengan berani menyela waktumu untuk seharusnya cepat-cepat beristirahat 14 hari yang lalu? Atau, ada aku-aku yang lain di luar sana? Di kota dingin itu? Benarkah?
           
Aku hanya bisa berdo’a semoga kamu baik-baik saja di sana. Semoga kamu benar-benar dalam keadaan fisik yang prima di laga hari Jum’at. Semoga kondisimu benar-benar baik saat terbang ke Italia. Meskipun di sela do’aku, masih sempat kuselipkan, “Semoga kamu ingat tanggal 23 Juni 2014, ada gadis yang memanggil namamu di sore hari usai latihan,”. Lancangkah aku?
          
Oh iya. Gara-gara kamu, aku sekarang selalu terkejut jika panca inderaku menangkap ‘Yogyakarta’. Entah itu hanya kata ‘Jogja’, atau keistmewaannya, atau makanan khasnya, atau lebih rinci lagi, Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta. Hingga aku baru sadar, jika sebagain besar foto yang kupunya, berlatar belakang tempat pertemuan kita. Kartu Pos Ravi Murdianto, Kartu Pos Mochammad Diky Indriyana, koleksi foto Timnas U-19, serta beberapa foto mereka yang kupajang di tembok kamar. Kau tahu? Itu gara-gara kamu. Kelima inderaku  semakin jeli pada apapun yang berbau Jogja.
          
Sebentar lagi kamu ke Negeri Pizza, ya, Mas? Kamu akan ke Italia? Kalau begitu, aku titip salam sama kampung halamannya Valentino Rossi ya? Haha. Kau tahu Rossi tidak? Jangan-jangan yang kautahu hanya Messi? Duh, dia orang Argentina, Mas. Bukan Italia.
          
Semoga, hari Jum’at nanti, aku bisa melihatmu lagi. Meskipun kali ini, terbatas pada layar kaca televisi. Setidaknya, aku tahu jika kamu benar-benar baik.
          
Semoga kamu ingat hari Senin, 23 Juni 2014. Semoga kamu ingat sore hari itu. Semoga kamu ingat siapa yang memanggilmu di ujung gerbang lapangan Universitas Negeri Yogyakarta. Semoga.
          
Sekian dulu surat dariku yang entah sampai atau tidak padamu. Kautahu? Aku rindu kamu, Mas Bayu.

Dariku,
Yang mengubah nama facebook dan twitter gara-gara kamu.
           
Selamat siang, Mas Bayu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini