Minggu, 20 Juli 2014

Satu Bulan



Selamat siang manusia yang sekarang sedang berada di negeri orang. Setidaknya siang ini waktu Indonesia bagian barat. Apakah di sana sudah malam? Apakah kau sedang beristirahat sekarang? Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah baikankah? Tenagamu sudah pulih kembali kah?
            
Oh, iya. Aku punya cerita, Mas buat kamu. Hari Jum’at lalu, maaf aku tak melihat pertandinganmu. Karena apa? Yap! Channelnya diacak. Aku sudah ke rumah saudaraku yang berlangganan TV kabel. Tapi tetap saja, aku tak bisa melihatmu menggiring bola; nonton kamu yang katanya bermain dengan apik meskipun berakhir dengan kekalahan; apalagi mendapati wajahmu di layar kaca. Ah, entahlah. Rasanya ‘nyesss’ banget.
            
Perlu kautahu, Mas. Jika 1 bulan yang lalu aku tak bertemu denganmu, aku tak akan segila ini. Aku tak akan senekat ini. Jam 11 malam keluar rumah demi melihat kamu. Tapi hasilnya? Nihil. Aku hanya tahu pertandingan malam itu, timmu—tim kebanggaanku menelan kekalahan. Itupun melalui sosial media.
  
Hari Kamis kemarin, aku bertandang ke Jogja. Aku kembali menengok tempat pertemuan kita. Dia masih sama, Mas. Tak berubah apalagi berpindah tempat. Bedanya Cuma satu. Tak ada kamu. Tak ada yang membuatku terkejut. Tak ada yang menahanku untuk pergi dari situ. Tak ada yang memaku pandangan mataku di tempat itu. Karena tak ada manusia berseragam biru. Karena tak ada kamu.
            
Mas, izinkan aku menulis tentangmu lagi. Aku ingin mengenang pertemuan kita dulu. Pertemuan tak disengaja yang berujung pada candu ingin bertemu denganmu. Maaf, jika ada gadis yang sebelumnya tak menghiraukanmu, sekarang jadi tergila-gila padamu. Maaf, jika ada gadis yang mendengar namamu sambil lalu, sekarang malah ingin setiap orang menyebut namamu. Maaf, jika ada gadis yang tadi pagi langsung melek ketika ada orang yang menggaungkan namamu.
            
Aku menulis ini, tidak sekedar untuk mengisi blog, tidak sekedar iseng, tidak sekedar meningkatkan jumlah viewer, tidak sekedar unjuk bakat tulisku. Tidak. Aku menulis tentang kamu, tentang kita, untuk memuaskan hasratku yang rindu kamu. Aku rindu 23 Juni 2014 di Jogja. Mungkin, bagimu itu biasa. Terlalu klise untuk dijadikan cerita. Tapi, bagiku tidak, Mas. Bagiku itu sangat luar biasa. Bagiku itu sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sesuatu yang seharusnya kubicarakan dengan Tuhan.
             
Sekedar kamu tahu ya, Mas, aku pernah bilang ini, “Mas Bayu belum bisa buatku nulis,”. Itu, kukatakan setelah aku bertolak dari UNY. Iya. Masih di persimpangan jalan raya depan lapangan UNY. Tapi nyatanya? Sudah satu bulan ini, banyak sekali tulisanku tentangmu.
            
Ini dia! Sebagian kecil tulisanku yang meminjam namamu, yang belum kupublikasikan.




 





Alhamdulillah, tadi malam, aku menemukan cara untuk melihatmu. Setelah sebelumnya aku mencoba livestream tapi tak bisa, syukurlah, Tuhan memberiku petunjuk. Tuhan mengizinkanku untuk kembali melihatmu. Dan secara kebetulan sekali, atau memang itulah hebatnya kamu, tadi malam kamu main baik sekali. Berpindah dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, dari depan ke belakang, ke tengah, hingga di menit ke 87 kamu diganti. 

Asal kamu tahu, Mas, tadi malam aku hampir menangis ketika melihat ada orang berkostum merah—seragam Timnas, bernomor punggung 23. Aku masih tak menyangka jika 1 bulan yang lalu aku bertemu orang itu. Rasanya terlalu tidak mungkin, jika orang yang kutonton tadi malam itu kamu yang berfoto denganku 1 bulan yang lalu. Aku masih tak percaya. Ya Tuhan, itukah Mas Bayu? Bayu Gatra Sanggiawan.

Ada lagi bukti, bahwa selama 1 bulan ini aku sering meminjam namamu. Buka saja di facebook-ku. Atau mungkin twitterku. Banyak sekali tentang kamu.

Happy 1st  month, Mas :)) Bulan pertama setelah aku bertemu denganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini