Hello
everybody! Alhamdulillah kita semua dapat bertemu kembali dengan bulan penuh
berkah. Alhamdulillah Tuhan memberi kesempatan pada kita untuk kembali
bertarawih, sahur, buka puasa, dan ngabuburit. Haha. Cie... begitu aku nulis
ngabuburit pada malu-malu. Hayo... ketahuan, kan, yang menanti bulan puasanya
Cuma pengen ngabuburitnya doang?
Kemarin sore menjelang malam, Kementerian Agama memutuskan dalam sidang Ishbat, bahwa 1 Ramadhan jatuh pada Ahad, 29 Juni 2014. Jadi, malam ini, adalah tarawih pertama, dan besok pagi sudah melaksanakan sahur. Hmm... Suasana yang amat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Bersama keluarga, teman, orang-orang terdekat, dan yaa... jika kamu sendirian, tenang saja. Tuhan ada di sampingmu.
Aku
jadi tergelitik untuk cerita seputar rombongan anak-anak kecil yang sholat di
sampingku. Mereka membuat koloni sendiri untuk bercerita seputar awal bulan
puasa tahun ini. Jujur, aku memilih mendengarkan cerita mereka daripada ceramah
dari Pak Ustadz. Hehe. Sori ya, Pak.
Begini
ceritanya:
Kurang lebih, mereka itu ada 5
anak. Ditambah 2 anak di depan mereka, jadi sekitar 7 anak. Tapi, entahlah.
Segitu sih, ingatku. Aku lupa bagaimana awal dari cerita mereka. Jelasnya,
mereka sibuk bercecet-cuet mengenai hadiah yang dijanjikan orang tua mereka di
akhir Ramadhan nanti. Sebagai imbalan jika puasa mereka penuh satu bulan. Tanpa
bolong-bolong dan curi-curi kesempatan makan atau minum jika mereka
melaksanakan puasa nantinya.
Aku jadi ingat ketika aku kelas
3 SD, waktu itu aku dari rumah teman. Dengan cuaca yang sangat panas, dan peluh
bercucuran aku pulang. Mungkin, jika aku tanaman, aku sudah meranggas saking
panasnya. Hehe. Terus, begitu pulang,
aku langsung ke belakang. Hampir lupa jika aku sedang puasa. Agak tersentak
juga ketika orang tuaku bilang begini, “Gimana, Jel? Haus? Kumur-kumur aja.
Nanti hausnya hilang, kok,” dan aku baru sadar jika aku melaksanakan puasa.
Aku mengikuti saran orang tua.
Sambil berwudhu mau sholat Dhuhur, agak lama aku membiarkan segarnya air
memenuhi rongga mulutku. Air pertama, murni untuk kumur-kumur. Tapi, hausnya
belum juga hilang. Air kedua, aku masih membiarkan air keran itu rehat sejenak.
Sedikit, aku menelannya. Dan di air ketiga, hampir separuh dari air itu aku
minum. Haha. Jadi, malu. Dan sorenya, aku dengan bangga bilang begini, “Aku
puasa sehari penuh!” padahal sudah batal sejak siang.
Mungkin,
ceritaku tidak begitu nyambung dengan gerombolan anak kecil di Masjid tadi.
Tapi setidaknya, ada sedikit kesamaan. Anak kecil itu, belum mengerti makna
puasa yang sebenarnya. Belum paham manfaat puasa yang luar biasa. Mereka hanya
tahu, jika puasa itu menahan lapar dan haus. Bahkan, ada dari mereka yang
berpendapat jika menangis itu adalah hal yang membatalkan puasa. Padahal,
yaaa.... tahu sendiri lah ya. Yang membatalkan puasa itu apa saja.
Dan
berbagai orang tua melatih anak-anaknya berpuasa dengan cara kreatif. Misalnya
seperti cerita bocah tadi, jika mereka akan diberi hadiah jika puasanya satu
bulan penuh. Karena mereka belum mengerti jika puasanya penuh bakal dapat
pahala. Perlu pendewasaan hidup untuk mengerti apa itu puasa, manfaatnya,
hikmahnya, dan berbagai kenikmatan yang Allah janjikan untuk umatNya yang
benar-benar berpuasa.
Rada
nggak nyambung ya. Hehe. Kesimpulannya, Selamat Menunaikan Ibadah Puasa :)) Semoga benar-benar berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar