Sabtu, 28 Juni 2014

Edisi Ramadhan



Hello everybody! Alhamdulillah kita semua dapat bertemu kembali dengan bulan penuh berkah. Alhamdulillah Tuhan memberi kesempatan pada kita untuk kembali bertarawih, sahur, buka puasa, dan ngabuburit. Haha. Cie... begitu aku nulis ngabuburit pada malu-malu. Hayo... ketahuan, kan, yang menanti bulan puasanya Cuma pengen ngabuburitnya doang?

Kemarin sore menjelang malam, Kementerian Agama memutuskan dalam sidang Ishbat, bahwa 1 Ramadhan jatuh pada Ahad,  29 Juni 2014. Jadi, malam ini, adalah tarawih pertama, dan besok pagi sudah melaksanakan sahur. Hmm... Suasana yang amat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Bersama keluarga, teman, orang-orang terdekat, dan yaa... jika kamu sendirian, tenang saja. Tuhan ada di sampingmu.

Aku jadi tergelitik untuk cerita seputar rombongan anak-anak kecil yang sholat di sampingku. Mereka membuat koloni sendiri untuk bercerita seputar awal bulan puasa tahun ini. Jujur, aku memilih mendengarkan cerita mereka daripada ceramah dari Pak Ustadz. Hehe. Sori ya, Pak.

Begini ceritanya:
                Kurang lebih, mereka itu ada 5 anak. Ditambah 2 anak di depan mereka, jadi sekitar 7 anak. Tapi, entahlah. Segitu sih, ingatku. Aku lupa bagaimana awal dari cerita mereka. Jelasnya, mereka sibuk bercecet-cuet mengenai hadiah yang dijanjikan orang tua mereka di akhir Ramadhan nanti. Sebagai imbalan jika puasa mereka penuh satu bulan. Tanpa bolong-bolong dan curi-curi kesempatan makan atau minum jika mereka melaksanakan puasa nantinya.

                Aku jadi ingat ketika aku kelas 3 SD, waktu itu aku dari rumah teman. Dengan cuaca yang sangat panas, dan peluh bercucuran aku pulang. Mungkin, jika aku tanaman, aku sudah meranggas saking panasnya.  Hehe. Terus, begitu pulang, aku langsung ke belakang. Hampir lupa jika aku sedang puasa. Agak tersentak juga ketika orang tuaku bilang begini, “Gimana, Jel? Haus? Kumur-kumur aja. Nanti hausnya hilang, kok,” dan aku baru sadar jika aku melaksanakan puasa.

          Aku mengikuti saran orang tua. Sambil berwudhu mau sholat Dhuhur, agak lama aku membiarkan segarnya air memenuhi rongga mulutku. Air pertama, murni untuk kumur-kumur. Tapi, hausnya belum juga hilang. Air kedua, aku masih membiarkan air keran itu rehat sejenak. Sedikit, aku menelannya. Dan di air ketiga, hampir separuh dari air itu aku minum. Haha. Jadi, malu. Dan sorenya, aku dengan bangga bilang begini, “Aku puasa sehari penuh!” padahal sudah batal sejak siang.

Mungkin, ceritaku tidak begitu nyambung dengan gerombolan anak kecil di Masjid tadi. Tapi setidaknya, ada sedikit kesamaan. Anak kecil itu, belum mengerti makna puasa yang sebenarnya. Belum paham manfaat puasa yang luar biasa. Mereka hanya tahu, jika puasa itu menahan lapar dan haus. Bahkan, ada dari mereka yang berpendapat jika menangis itu adalah hal yang membatalkan puasa. Padahal, yaaa.... tahu sendiri lah ya. Yang membatalkan puasa itu apa saja.

Dan berbagai orang tua melatih anak-anaknya berpuasa dengan cara kreatif. Misalnya seperti cerita bocah tadi, jika mereka akan diberi hadiah jika puasanya satu bulan penuh. Karena mereka belum mengerti jika puasanya penuh bakal dapat pahala. Perlu pendewasaan hidup untuk mengerti apa itu puasa, manfaatnya, hikmahnya, dan berbagai kenikmatan yang Allah janjikan untuk umatNya yang benar-benar berpuasa.

Rada nggak nyambung ya. Hehe. Kesimpulannya, Selamat Menunaikan Ibadah Puasa :)) Semoga benar-benar berkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini