Sabtu, 20 Desember 2014

Teman dari Temanmu



Kisah kita mirip sinetron, Mas. Kita belum bertatap muka dan saling mengenal ketika aku sudah ngobrol ini-itu dengan kawan-kawanmu. Aku tak tahu jika kamu adalah teman mereka. Tentunya kamu juga belum tahu bahwa aku sudah mengenal teman-temanmu. Sampai sekarangpun, aku tak tahu, apakah teman-temanmu sudah bercerita bahwa aku juga salah satu kawan mereka, kawanmu juga, pastinya. Ah, entah. Ini terlalu rumit.
            
Lucu sekali, bukan? Seharusnya aku sudah mengenalmu sebelum teman-temanku mengenalmu. Seharusnya aku sudah tahu dirimu, sebelum teman-temanku tahu siapa namamu. Seharusnya kita sudah lebih dari sekedar aku-tahu-kamu—kamu-tahu-aku. Seharusnya kita adalah teman dekat, karib, dan akrab. Bukan jauh-jauhan seperti. Bukan tak saling kenal begini. Bukan tak saling anggap. Seharusnya bukan teman-temanku yang lebih mengenalmu. Tapi, aku. Ehm, jika waktu itu kamu ikut teman-temanmu. Jika waktu itu kamu ikut bergabung. Jika waktu itu kamu tak berhalangan untuk hadir. Kita pasti sudah saling kenal.
              
Bukannya apa-apa. Aku hanya takut, kamu tak mengenalku. Aku hanya takut, kamu tak tahu namaku. Aku hanya takut, kamu benar-benar tak peduli padaku. Aku hanya takut menyalah-artikan pertanyaanmu dulu. Aku hanya takut jika—jika kamu mengistimewakan yang lain. Jika sudah ada wanita spesial di hidupmu. Yah, perlu kuakui, aku takut.
             
Oke. Aku mengaku kalah. Aku menyerah. Aku tak betah berpura-pura. Harus kuakui, bahwa aku merindukanmu. Sangat rindu.
            
Hari yang begitu berarti, hari yang tak kusangka-sangka menjadi hari pertemuanku denganmu, hari yang tak kunanti-nanti, hari yang sama sekali jauh dari kata istimewa. Sayangnya kamu menjungkirbalikkan itu semua. Kamu membuat hari itu sangat berarti, sangat spesial, membuatku selalu ingin memutar hari itu, ketika aku dan kamu bertatap muka untuk yang pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini