Sabtu, 27 Desember 2014

Kita (masih) Teman, kan?



Hai, Teman, selamat malam. Maaf, aku mengganggumu malam ini. Bukan maksudku membuang waktumu hanya untuk membalas pesan singkat dari temanmu ini. Bukan maksudku memaksamu membalas pesan singkat yang kukirim. Sekali lagi, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak tahu jika waktumu malam ini terlalu berharga, karena kamu sedang bersama-nya. Aku benar-benar tidak tahu, bahwa posisiku sebagai teman, sahabat, tempat keluh-kesah, pendengar yang baik, sudah digantikan oleh seseorang yang kaunamai ‘kekasih’. Maaf, Sobat.
             
Ehm, aku baru tahu, ketika kekasihmu itu mengunggah fotomu yang tengah tersenyum lebar di kamera dengan dia. Oh, tidak, aku tidak ada masalah dengan kekasihmu. Tak ada yang salah di sini. Semuanya baik-baik saja. Kamu tak perlu khawatir, hatiku masih bisa diajak kompromi. Teruskan saja waktumu dengan dia. Jangan lupa, hapus jadwal-jadwal liburan kita yang sudah kita susun jauh-jauh hari. Hapus juga, daftar lagu dan film terbaru yang sudah siap kita buru. Hapus saja. Bakar sekalian, sampai jadi abu, hingga tak mengganggumu.
            
Jika kamu ingin menghubungiku karena kekasihmu sudah pulang, aku masih ada di sini. Kamu masih bisa meneleponku di nomor yang sama. Kamu masih bisa menghubungiku dari akun sosial media yang sama. Tak ada yang kuubah. Nama, email, dan password yang kauhafal di luar kepala, juga masih sama, kok, Teman. Tenang saja, aku masih di sini, meskipun kamu di sana, dengan seseorang.
            
Atau kamu sudah tak perlu menghubungiku, karena sudah ada yang selalu menghubungimu? Sudah ada yang selalu mengingatkanmu sholat, makan, dan istirahat. Sudah ada yang mengajakmu jalan-jalan. Sudah ada yang katanya selalu ada untukmu, bukan? Jadi, aku sekarang, tak perlu seperti itu? Hanya boleh bertanya tugas sekolah yang ini dan itu? Dan, sekarang adalah libur panjang, tak ada tugas, so, aku tak boleh menghubungimu?
            
Bukannya apa-apa, aku menulis ini. Atau tulisanku ini mengganggumu juga? Kuharap kamu masih hafal hobi temanmu ini. Menulis. Semoga, tak tergerus oleh kegiatan favorit kekasihmu. Semoga kamu tak lupa, dan tak sampai hati untuk pura-pura lupa.
             
Terkadang, jika melihat akun facebook-mu yang di sampingnya ada lingkaran berwarna hijau, ingin sekali aku menyapamu, atau langsung meledekmu seperti biasa. Tapi, aku takut, jika akun itu, bukan kamu. Aku takut jika ternyata di balik akun itu orang lain, bukan kamu. Bukan maksudku untuk sombong karena tak lagi menyapamu atau mengirimimu pesan singkat, aku hanya takut jika di belakang semua itu, bukan kamu. Jadi, kamu jangan salah paham.
             
Seperti kemarin malam, ketika aku menunggu balasan chat yang kukirim, ternyata yang menjawab bukan kamu.
            
 “Maaf, yang pegang akun ini, pacarnya,”



            
Tapi, kita masih teman, bukan? Hanya peranku yang telah diganti oleh seseorang, kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini