Selasa, 23 Juni 2015

Unforgettable



Jika Jogja enggan mengenang pertemuan pertama kita, aku mohon izin untuk mengingat  bahwa kita berdua pernah bertatap muka di bawah temaram langit Jogja. Dengan senyum tipismu dan senyum lebarku kala itu, pertemuan pertama kita tak akan mungkin aku lupa. Terlalu berharga untuk dimasukkan tempat sampah. Jadi, bukankah baiknya aku simpan rapat-rapat?
             
Perjalanan ke Jogja harusnya biasa saja, dan tak meninggalkan kenangan apa-apa. Tapi, karena waktu itu ada kamu di sana, semua terasa berbeda. Aku jadi mengingat setiap detail kota berjuluk ‘Istimewa’ itu. Aku  jadi tahu dimana Ambarukmo Plaza yang sebelum bertemu denganmu, meskipun puluhan kali aku masuk ke sana atau sekedar melintas di jalan depan mall itu, aku tidak peduli. Tapi, sudah kubilang, kan, kalau sekarang aku lebih tahu? Lebih memperhatikan, tepatnya. Jika aku memasuki kawasan Jogja, aku akan menempelkan wajahku di jendela mobil rapat-rapat, lalu mengamati bangunan-bangunan di pinggir jalan, dan merekam itu semua. Mengingat kamu pula.
             
Jika cerita orang-orang tentang Jogja adalah tentang cinta pertama mereka, tentang patah hati mereka lalu bertemu orang baru di Jogja, tidak denganku. Pun angkringan yang selalu jadi latar tempat setiap ftv di layar kaca tentang Jogja, juga bertabrakan tanpa sengaja kemudian jatuh cinta. Tapi, itu tidak terjadi denganku. Aku tak bertabrakan denganmu di depan angkringan atau Ambarukmo Plaza. Aku bertemu denganmu, di salah satu tempat yang selalu luput dari perhatian orang-orang pecinta romansa. Di lapangan bola.
            
Siapa sangka, di tengah sibuk mencari ide cerita, kamu datang dan langsung jadi tokoh utama? Berlatar tempat lapangan bola yang sering dijadikan timnas sepak bola latihan di Jogja, dan kamu adalah pemeran penting dalam cerita. Langit temaram Jogja, jadi saksi bagaimana ketika mataku tertuju padamu, dan aku langsung mengunci pandangan kala itu. Mengikuti gerak tubuhmu, mengikuti kemanapun kamu berlari. Di tengah degup jantung yang menderu-deru. Di tengah jutaan  syukur karena menemukanmu. Bagaimana bisa, yang namanya tidak sengaja dan membahagiakan, lantas aku biasa saja?
             
Apa yang akan kamu lakukan jika sepanjang malam kamu berdoa dan berharap sesuatu, kemudian harapan itu sempat padam, lalu Tuhan justru memberi kejutan yang tak terkira? Ketika aku tengah patah hati sepatah-patahnya kala itu karena suatu urusan, hanya tur nusantara timnas u19, juga secuil harapan bisa bertemu mereka yang bisa menghiburku. Sama sekali tak terpikir olehku untuk bertemu denganmu. Sudah kuceritakan berulang-ulang, kan, kronologi kejadiannya? Maafkan, jika itu membuat bosan. Aku tak mampu menahan kebahagiaanku bisa bertatap muka denganmu.
            
23 Juni 2014 sore di Jogja, kuceritakan berulang-ulang, dengan bahasa yang kadang berantakan saking aku terlalu bersemangat menulisnya. Tak terasa, 365 hari berlalu. Sudah berganti tahun. Dan ambisi pasca bertemu denganmu, pemain nasional, juga perlahan-lahan hilang. Terima kasih telah menyempatkan diri bertemu usai latihan. Terima kasih, Mas. Sukses untuk karirmu.

Ini masih dariku,

Gadis yang sering menulis surat, tapi tak sampai kepadamu,
 
Dan tak kan bisa melupakanmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini