Bagaimana hari
pertama bulan Ramadhan tahun ini? Ehm, tentu saja seperti tahun-tahun
sebelumnya. Jamaah tarawih hari pertama membludak sampai keluar masjid,
acara-acara televisi melibatkan sponsor dengan kuis hadiah jutaan rupiah,
status di media sosial menyambut Ramadhan juga memenuhi timeline. Meriah sekali
di hari pertama. Tentu akan meriah lagi di hari terakhir, dan menyusut di
pertengahan bulan.
Untuk Ramadhanku tahun ini, ehm,
masih terngiang jelas satu tahun yang lalu. Tentang Jogja dan pemain muda itu.
Ya, tak terasa sudah satu tahun semenjak pertemuanku dengannya. Sedikit-banyak,
aku merindukan itu. Pertemuan tak disengaja, menjelang bulan Ramadhan tahun
lalu. Sebenarnya, ingin aku ceritakan lagi bagaimana waktu itu, tapi tentu saja
akan sangat membosankan, karena rangkaian tulisan yang terhenti di bulan
Desember 2014, sudah menggambarkan detail ‘kebetulan’ satu tahun yang lalu.
Aku sendiri tak menyadari jika
tulisanku berhenti di bulan akhir tahun lalu. Baru tahu beberapa hari yang
lalu, ketika aku secara kebetulan (lagi-lagi kebetulan) membaca artikel tentang
Bali United Pusam yang tanggal 23 Desember 2014 mengadakan seleksi pemain muda
di Jogja. Serta-merta aku membongkar isi blog ku, dan menemukan kenyataan bahwa
tulisanku berakhir di bulan Desember. Aku lupa, apakah di bulan Desember itu,
ketika aku menulis rangkaian terakhir ‘Unpredictable’ aku menyadari apakah
pemain muda yang sekarang jadi idolaku, waktu itu di Jogja apa tidak. Aku lupa,
apakah dia ikut pelatnas, atau ikut latihan dan seleksi Bali United Pusam. Yang
jelas, dalam artikel itu tertera, bahwa foto yang diambil di lapangan UNY (tempat
seleksi) bertanggal 23 Desember 2014.
Aku ingat, setelah pertemuan 23 Juni
2014, aku mengunggah fotoku bersama pemain muda itu. Kujadikan foto profil akun
sosial media, yang menuai banyak komentar. Ada yang segera tahu nama pemain
yang berdiri di sampingku, ada pula yang masih bertanya itu siapa. Seragam biru
berlambang garuda, membuat yang tak mengenal sepak bola nasional, penasaran.
Sungguh, aku merasa gadis paling
beruntung waktu itu. Bertemu pemain nasional, Bro!
Sebelumnya, aku sudah bertemu dengan
pemain nasional juga lo. Kiper Persija waktu itu. Galih Sudaryono. Di bandara
Adi Sumarmo, Solo, ketika aku menjemput bapakku yang baru pulang dari Medan.
Aku memang sudah ‘ngeh’ dengan sepak bola, tapi aku lupa namanya, jadi, aku
hanya mencolek bahu kakakku dan bilang bahwa orang yang sedang berjalan
mendorong troli itu adalah kiper Persija. Kakakku sendiri tak berkomentar apa-apa,
karena dia memang tak pernah memberi perhatian lebih terhadap sepak bola.
Walaupun aku tak bisa berfoto dengan
kiper itu, aku tidak menyesal. Karena pada dasarnya, aku bukan pendukung
Persija, atau fans fanatik Galih Sudaryono.
Nah, tapi, kenapa waktu di Jogja,
aku begitu antusias? Padahal, tak ada satupun yang aku gemari sebelumnya.
Karena, waktu itu aku sedang demam Timnas U19. Banyak orang berfoto dengan
manusia berumur 19 tahun berseragam biru dengan lambang garuda. Aku yang tengah
berharap menemukan Timnas U19, tapi sangat sadar bahwa tim asuhan Pak Indra
Sjafrie sedang tidak di Jogja, mengalihkan harapan bertemu syuting film Garuda
19. Aku sudah searching di Google, siapa saja yang bermain. Dan waktu itu,
syutingnya sedang di Solo. Jadi, mungkin saja hari itu syuting sudah berpindah
ke Jogja (asumsi hari itu ada pengambilan adegan di Jogja), namun justru
seperti mendapat angin segar: bertemu Timnas U23.
Seragam biru berlambang garuda, ada
di depan mata. Tentu saja aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Dan otakku
bilang: Bayu Gatra!
By the way, ini tulisan sebagai
pembuka bulan Ramadhan di blog, sekaligus pengingat bahwa sudah satu tahun aku
bertemu dengan pemain nomor punggung 23 itu. Terima kasih, untuk yang telah
jadi pembaca setia, dan untuk pembaca baru, selamat datang di blog yang penuh
curhatan ini. Haha. Sekian.
Rangkaian cerita satu tahun lalu:
3. Suratku
4. 3 Minggu
5. Satu Bulan
7. Mengenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar