Kita tak pernah bertemu.
Kamu pun belum mengenalku. Aku hanya menemukanmu melalui layar kaca. Sebuah
pagar yang jadi pemisah dunia kita. Dunia yang lebih pongah dari dunia maya,
tak mau disentuh oleh jemari tangan. Tak pernah terhubung secara audio maupun
visual.
Entahlah, apa yang membuatmu
berbeda dari bintang lapangan lainnya. Aku sendiri sadar, dalam duniamu kamu
bukan bintang. Banyak bintang lain yang dianggap lebih bersinar darimu. Tapi
menurutku, itu salah! Kamu lebih bercahaya. Lebih memikat. Ah, sayangnya kamu
tidak menyadari hal itu. Kamu juga tak tahu ada bocah 14 tahun yang
menginginkan hadirmu di hidupnya.
Peranmu hanyalah sebagai
idola. Bintang lapangan. Tak perlu kamu jadi tokoh dalam hidup bocah remaja
yang belum kautahu asalnya. Apalagi memporak-porandakan hatinya hanya karena
kamu sudah punya kekasih! Ah, sudahlah! Jangan ladeni penggemarmu yang tak tahu
diri ini! Yang berani-beraninya mengirim surat untukmu melalui dunianya.
Berusaha menembus layar kaca yang baginya sangat sulit untuk dipecahkan. Demi
memasuki duniamu.
Sekali lagi, kamu hanya
idola! Seorang penggocek bola di tengah lapangan. Berkewajiban membantu kiper
menjaga gawang, tanpa menyentuh bola dengan tangan. Bertugas mengirim bola dari
sisi kanan untuk kawan-kawan di lini depan yang bertugas merobek gawang lawan.
Dari penggemarmu;
Yang menginginkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar