Rasa ini terasa hambar saat Tuhan mengirimkan
rencananya untuk membuatku berhenti menyukaimu. Dia membuat ketidaksengajaanku
membuka akun jejaring sosialmu. Memastikan kabar burung yang beterbangan liar
di sekitarku tentangmu. Aku tak tahu, magnet apa yang menggerakkan jari-jariku
di atas keyboard untuk mengetikkan nama kekasihmu. Atau orang yang saat itu
belum kutahu sebagai kekasihmu.
Status-status yang ada
di akun kekasihmu aku baca satu per satu. Di bawah statusnya, ada seseorang
yang mengomentari. Dan, nama akun itulah yang menggelitik rasa penasaranku
untuk mencari tahu. Satu nama yang mirip denganmu, dan ternyata itu memang akun
milikmu. Insting detektifku mulai bekerja. Mengamati setiap kata yang tertera pada status-status jejaring sosialmu.
Pandanganku terhenti pada status hubunganmu. Seandainya aku tak bisa membaca,
mungkin aku tidak sesedih ini. Bahkan, tetap saja bahagia karena dapat melihat
wajahmu melalui foto yang kau unggah. Sayangnya, aku tidak buta huruf! Aku
dapat membaca status ‘berpacaran’mu dengan dia.
Ingatanku mulai merambah
menuju beberapa bulan lalu. Saat aku pertama kali mengenalimu. Namamu yang
mirip dengan seseorang yang pernah kuharapkan dulu, membuatku
mengistimewakanmu. Wajahmu, sama sekali tidak mirip dengan dia. Tapi, entah
kenapa, kamu sama seperti dia dulu. Mampu membuatku tersenyum. Bedanya, kamu
lebih ganteng dari dia. Aku juga belum tahu sifat kamu. Yang kutahu, kamu
adalah seseorang yang menimba ilmu di lembaga yang sama denganku.
Rasa ini hambar saat aku
menyadari status kita sama. Sebagai pelajar. Tapi, kita beda. Kamu (mungkin)
setia dengan kekasih barumu, dan aku setia dengan cerita-cerita indah
tentangmu. Kamu tidak memperhatikanku. Kamu tidak mempedulikanku. Aku
menyukaimu dari jauh, secara diam-diam pula. Hingga tak banyak yang tak tahu
aku menyukai siapa. Kamu atau orang lain.
Kamu tidak pergi. Kamu
tidak hilang. Tapi, kesempatanku mendapatkanmu yang pergi dan hilang. Setelah
aku tahu, kamu sudah ada yang punya. Lagi-lagi, aku harus menunggu kesempatan
itu hadir kembali. Kesempatan yang mungkin tak akan pernah kudapat. Rasa ini memang
hambar.