Sabtu, 23 Agustus 2014

Just Said "Happy Birthday..."



Gadis itu berjalan dengan sedikit tergesa memasuki stadion yang semakin padat. Ia tak ingin terlambat menyaksikan pertandingan yang diikuti kekasihnya. Kemarin, dia sudah berjanji untuk datang. Apalagi, hari ini adalah ulang tahun kekasihnya. Meskipun gadis itu tahu, kekasihnya pasti akan fokus pada pertandingan—tidak akan melihatnya yang nanti akan meneriakkan nama sang kekasih. Tapi setidaknya, gadis itu ingin menunjukkan rasa cintanya pada sang pacar. Tak salah, kan?
             
Ternyata gadis itu tidak menuju tribun penonton. Ia malah berjalan mendekati pintu keluar-masuk ruang ganti pemain. Langkahnya yang tadi besar-besar dan cepat-cepat, sekarang terhenti. Di dekat ruang ganti pemain, beberapa personil pengamanan tampak berjaga. Bagaimana jika dia tak dibolehkan masuk menemui kekasihnya? Lebih baik menunggu di sini atau melangkah memberikan kado yang sedari tadi meresahkan hatinya—yang takut jika kekasihnya tak mau menerima kejutan kecilnya? Tapi, ini, pasti akan jadi kejutan tersendiri bagi sang kekasih. Siapa yang tak senang kalau seseorang yang dicinta, tiba-tiba datang memberi kado ulang tahun di saat yang tidak terduga?
            
Gadis itu masih berdiri mematung sekitar 15 meter dari ruang ganti. Badannya bergerak maju-mundur. Tangannya memegangi selempang tasnya dengan gelisah. Nafasnya tak teratur. Jatungnya berdegup kencang. Sesekali jari tangannya mengetuk-ngetuk kado yang berada di tasnya tanpa ia sadari. Gadis itu sungguhan resah. Bimbang. Apa nanti saja setelah selesai pertandingan ia akan memberi kado ini? Bukan kejutan yang tak terduga, itu namanya. Tapi..... ah, mungkin lebih baik memang nanti saja. Kekasihnya pasti mengerti. Kekasihnya pasti menganggap kado itu kejutan. Ya. Mungkin lebih baik nanti setelah pertandingan, batin gadis itu.
             
Gadis itu menghela nafas panjang. Memastikan sekali lagi bahwa ruang ganti pemain adalah ruangan yang dijaga petugas keamanan. Bahwa ia tak dapat ke sana seenaknya. Apalagi hanya untuk memberi kejutan untuk pacar. Setelah memberi kepastian pada diri sendiri bahwa kejutannya belum gagal, gadis itu berbalik. Melangkah keluar bermaksud ke tribun penonton yang mulai penuh sesak. Tapi langkahnya kembali tertahan. Sebuah suara menyapa dirinya.
             
“Hei,” kata suara itu. “Kenapa kamu ke sini?”
           
Gadis itu berbalik pelan-pelan dengan telinga yang berdiri tegak karena memastikan bahwa itu suara kekasihnya. Dan ketika posisi tubuhnya sempurna berhadapan dengan si pemilik suara, gadis itu menegang. Ia diam terpaku di tempat. Tangannya gemetar. Jantungnya berdegup dengan irama cepat. Nadinya seolah tak berdenyut. Matanya menatap lekat seseorang di depan ruang ganti pemain—menatap pemuda yang sedari tadi menggelisahkan dirinya kalau-kalau kekasihnya tak menyukai kejutan kecilnya. Pemuda itu, kini tengah tersenyum. Untuk seseorang.
             
Bagai gerakan lambat, tubuh gadis itu melemas, namun ia masih mampu berdiri tegak. Air matanya meleleh pelan. Otaknya tak mampu bekerja. Tangannya yang sedari tadi meremas selempang tas, bergerak turun, membuka tas. Masih dengan memandangi pemuda di depan ruang ganti pemain yang dijaga pengamanan, gadis itu mengeluarkan kado yang sepertinya sudah tak sabar untuk diberikan kepada si penerima. Dan ketika sudah benar-benar dikeluarkan, kotak kado itu seolah sama lemasnya. Ia jatuh terkapar di lantai dengan suara pelan, namun mampu mendenyutkan nadi gadis itu dan mengejutkan otaknya yang segera berputar cepat.
           
 DAK !!
           
Serentak seluruh mata yang ada di situ menoleh ke arah sumber suara—kepada si gadis yang masih terkejut dengan suara kotak kado mencium lantai. Salah satu pasang mata terbelalak mendapati seorang gadis yang sangat ia kenal tengah berjongkok mengambil sebuah kotak berbungkus kertas kado warna biru—sumber suara menyejutkan di tempat itu.
             
Dan ketika gadis itu berdiri, pemuda itu menangkap tatapan perih menyayat hati dari si gadis. Meskipun jelas sekali terlihat air mata yang mengaliri pipi, bibir gadis itu masih mampu melengkungkan senyum bak pelangi. Senyum yang tak dipaksakan, namun air mata sudah cukup jadi saksi bahwa gadis itu tersenyum dengan hati sakit.
            
1 tetes air mata kembali turun—satu-satunya benda yang mampu melenggang dengan tenang di koridor ruang ganti pemain, ya, hanya air mata ini. Karena semua di tempat ini berbau tegang. Jantung yang berdegup kencang dengan bunyi yang teramat keras, mata yang tak capek terus-terusan terbelalak, mulut yang terbungkam, otak yang tak mampu bekerja saking terkejutnya dengan kejadian yang seharusnya suprised jadi menyakitkan ini, sampai oksigen yang enggan mampir ke hidung untuk bernapas.

Semuanya terjadi dengan gerakan yang lambat. Sangat lambat. Hingga sebuah suara menormalkan gerakan lambat ini.
           
 “Se....lamat.... ulang tahun..... Mas,”
             
Sebuah kalimat yang menggetarkan hati. Mencairkan satu per satu kebekuan di tempat ini. Udara sudah menyalurkan oksigen ke organ pernapasan, mata yang sudah kembali ke ukuran normal, dan mulut yang tadinya terlongo kini telah mengatup rapat. Kecuali jatung yang masih saja berdegup dengan cepat dan keras.
           
Getaran hati itu, dengan cepat menimbulkan respon ke semua orang di tempat ini. Seluruh otak sudah mampu bekerja—menerka kejadian ini. Bagaimana tegangnya gadis yang mendapati kekasihnya sedang menyapa wanita lain, padahal dia ke sini untuk memberi kado ulang tahun untuk sang pacar, dan bagaimana terkejutnya si pemuda yang mendapati kekasihnya tengah menangis karena melihat dirinya dihampiri seorang wanita cantik. Ditambah, senyum dan ucapan “selamat ulang tahun” dari kekasihnya, semakin menampar dadanya yang terasa sesak dan mampat.
            
Pemuda itu belum mampu bereaksi ketika gadis berbalik pergi. Bagaimana tidak tahan untuk pergi, jika seseorang yang mengaku sangat mencintainya malah menemui wanita lain, yang mungkin lebih dicintainya? Bagaimana ia tidak ingin segera berlari, jika ternyata kekasihnya menyapa wanita lain? Entah, kekuatan darimana jika senyum itu mampu terlengkung di bibirnya padahal air matanya mengalir deras. Entah, sihir apa yang mampu membuat mulutnya mengucapkan “selamat ulang tahun”, padahal hatinya tersayat luka yang cukup dalam. Gadis itu tak tahu. Yang jelas, kotak kado yang sekarang ia pegang, harus ia lempar! Entah kemanapun itu! Yang penting tak akan mengingatkannya pada pemuda yang sekarang tengah berlari mengejarnya. Tak akan ingat.... tak akan ingat.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini