Jaket biru. Kautahu? Jaket itu salah
satu kenangan yang begitu melekat pada otakku. Bisa dibilang, kenangan terakhir
darimu, sebelum kamu benar-benar pergi dariku. Tanpa waktu lama, memoriku
langsung tahu siapa pemilik jaket itu, dan peristiwa apa yang membuatku selalu
ingat siapa pemiliknya. Dan otakku tahu, kenapa hatiku
sempat menjerit ketika tahu kamu tiba-tiba berada di hadapanku.
Apakah kautahu, ada seseorang di
masa lalumu yang terkadang merindukanmu seperti malam ini? Jujur, aku tak tahu
jika kita berada di tempat yang sama malam ini. Entahlah sebelumnya, kenapa aku
tiba-tiba ingat kamu. Selang beberapa menit setelah aku mengirim sms tentangmu
kepada temanku. Ajaibnya, kamu datang. Benar-benar datang, bukan sekedar
bayangan. Kamu nyata, tak lagi maya. Kamu lewat dengan tenang, di depan
seseorang yang dulu berusaha keras untuk melupakan siapa kamu di hidupnya.
Siapa kamu? Seseorang yang sangat
tega membuat luka, hingga perlu berbulan-bulan untuk menyembuhkannya?
Berbulan-bulan? Oh, tidak. Cukup hitungan tahun.
Gadis itu, yang terkadang menangis,
merengek kepada Tuhan, memohon, agar hatinya sembuh. Agar tak ingat lagi siapa
pemuda itu. Agar tak sakit lagi melihat orang itu. Dan berusaha untuk tidak
mengatakan bahwa itu ‘cinta’. Yang selalu membuatnya girang, namun juga sering
membuatnya terluka. Yang bisa membuatmu tertawa paling kencang, adalah
seseorang yang bisa membuatmu menangis paling kencang. Ya. Dan kamulah
orangnya. Kamu. Pemilik jaket biru.
Kamu, yang bukan sekedar fiksi,
kenapa tiba-tiba hadir? Apa kausendiri juga terkejut menemukan gadis yang
pernah kausakiti, sudah bisa tersenyum manis? Kaget, melihatku sudah bisa
menatapmu tanpa tangis? Mungkin, ada baiknya kaumengikuti perkembangan
psikologisku. Agar kautak lagi semena-mena dengan menghilang tiba-tiba dan datang
tanpa rencana.
Semudah itukah bagimu? Apa karena
kautak tahu ada seseorang di masa lalumu yang pernah mengharapkan kamu? Kautak
tahu ada yang selalu membelamu, padahal hatinya selalu menangis karenamu? Kamu
tidak tahu semua itu, jadi, kaumenganggap aku tak berusaha melupakanmu? Begitu?
Kamu salah, Ganteng. Sangat salah jika kamu menganggapku seperti itu.
Pertemuan singkat tak disengaja,
biasanya lebih melekat.
Hai selamat bertemu lagi.
Ya. Malam ini kita kembali bertemu.
Aku sudah lama menghindarimu.
Aku menghindar, karena masih dalam tahap belajar melupakan kamu.
Sialkulah kau ada di sini.
Sial? Bisa jadi. Karena membuatku kembali ingat, siapa kamu (dulu).
Sungguh tak mudah bagiku.
Terlalu sulit untuk menyapamu lebih dulu. Hingga aku memilih untuk
pura-pura tak mengenalmu.
Rasanya tak ingin bernafas lagi.
Seandainya aku punya kemampuan menghilang, aku akan menghilang saat ini
juga, ketika kamu lewat di depanku. Setidaknya itu lebih baik daripada memilih
mati.
Tegak berdiri di depanmu kini.
Itu dulu. Sebelum aku berdamai dengan hatiku.
Sakitnya menusuki jantung ini.
Sangat sakit. Senyum manis pun berubah tangis.
Melawan cinta yang ada di hati.
Bagaimana aku tidak melawan? Cinta ini selalu mekar. Seiring sejalan dengan
kamu yang sering hilang.
Dan upayaku tahu diri, tak selamanya berhasil, apabila kaumuncul terus
begini.
Bagaimana bisa berhasil? Kauselalu hadir di saat aku tak lagi menangis. Kau
selalu datang di saat aku mulai lupa.
Tanpa pernah kita bisa bersama.
I am just your close friend. Close friend.
Pergilah! Menghilang sajalah lagi!
Daripada senyum ini kembali berubah jadi tangis. Daripada malam ini aku
kembali merengek pada Tuhan. Kembali memohonmu untuk tidak pergi.
Bye. Selamat berpisah lagi.
Memang sebaiknya, kamu pergi. Semoga tidak lagi kembali.
Meski masih ingin memandangimu.
Jujur, sebenarnya masih terbersit keinginan untuk menahanmu.
Lebih baik kautiada di sini.
Ya. Kaujangan di sini. Jangan lagi kaubuat tangis.
Sungguh tak mudah bagiku.
Butuh lebih dari 365 hari untuk melupakanmu. Untuk sembuh dari luka
karenamu.
Menghentikan segala khayalan gila.
Khayalan tingkat dewa: Kamu tak pernah pergi. Kamu tak pernah berpaling. Tidak sekedar teman paling dekat.
Jika kau ada dan kucuma bisa meradang menjadi yang di sisimu.
Kamu di depanku, dan aku hanya bisa menatapmu. Memandangimu, meskipun
pura-pura tidak tahu.
Membenci nasibku yang tak berubah.
Karena aku terkadang masih merindukanmu. Meratapi kepergianmu.
......Berkali-kali kau
berkata
Kaucinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji
Menyerah...............
ciee lagunya :3
BalasHapushaha :3 kenapa? bukan kamu banget, kan?
BalasHapus