Jumat, 01 Agustus 2014

Harusnya Kamu Sudah Pergi



Jaket biru. Kautahu? Jaket itu salah satu kenangan yang begitu melekat pada otakku. Bisa dibilang, kenangan terakhir darimu, sebelum kamu benar-benar pergi dariku. Tanpa waktu lama, memoriku langsung tahu siapa pemilik jaket itu, dan peristiwa apa yang membuatku selalu ingat siapa pemiliknya. Dan otakku tahu, kenapa hatiku sempat menjerit ketika tahu kamu tiba-tiba berada di hadapanku.
            
Apakah kautahu, ada seseorang di masa lalumu yang terkadang merindukanmu seperti malam ini? Jujur, aku tak tahu jika kita berada di tempat yang sama malam ini. Entahlah sebelumnya, kenapa aku tiba-tiba ingat kamu. Selang beberapa menit setelah aku mengirim sms tentangmu kepada temanku. Ajaibnya, kamu datang. Benar-benar datang, bukan sekedar bayangan. Kamu nyata, tak lagi maya. Kamu lewat dengan tenang, di depan seseorang yang dulu berusaha keras untuk melupakan siapa kamu di hidupnya.
             
Siapa kamu? Seseorang yang sangat tega membuat luka, hingga perlu berbulan-bulan untuk menyembuhkannya? Berbulan-bulan? Oh, tidak. Cukup hitungan tahun.
             
Gadis itu, yang terkadang menangis, merengek kepada Tuhan, memohon, agar hatinya sembuh. Agar tak ingat lagi siapa pemuda itu. Agar tak sakit lagi melihat orang itu. Dan berusaha untuk tidak mengatakan bahwa itu ‘cinta’. Yang selalu membuatnya girang, namun juga sering membuatnya terluka. Yang bisa membuatmu tertawa paling kencang, adalah seseorang yang bisa membuatmu menangis paling kencang. Ya. Dan kamulah orangnya. Kamu. Pemilik jaket biru.
            
Kamu, yang bukan sekedar fiksi, kenapa tiba-tiba hadir? Apa kausendiri juga terkejut menemukan gadis yang pernah kausakiti, sudah bisa tersenyum manis? Kaget, melihatku sudah bisa menatapmu tanpa tangis? Mungkin, ada baiknya kaumengikuti perkembangan psikologisku. Agar kautak lagi semena-mena dengan menghilang tiba-tiba dan datang tanpa rencana.
             
Semudah itukah bagimu? Apa karena kautak tahu ada seseorang di masa lalumu yang pernah mengharapkan kamu? Kautak tahu ada yang selalu membelamu, padahal hatinya selalu menangis karenamu? Kamu tidak tahu semua itu, jadi, kaumenganggap aku tak berusaha melupakanmu? Begitu? Kamu salah, Ganteng. Sangat salah jika kamu menganggapku seperti itu.
            
Pertemuan singkat tak disengaja, biasanya lebih melekat.

Hai selamat bertemu lagi. 
Ya. Malam ini kita kembali bertemu.

Aku sudah lama menghindarimu.
Aku menghindar, karena masih dalam tahap belajar melupakan kamu.

Sialkulah kau ada di sini.
Sial? Bisa jadi. Karena membuatku kembali ingat, siapa kamu (dulu).

Sungguh tak mudah bagiku.
Terlalu sulit untuk menyapamu lebih dulu. Hingga aku memilih untuk pura-pura tak mengenalmu.

Rasanya tak ingin bernafas lagi.
Seandainya aku punya kemampuan menghilang, aku akan menghilang saat ini juga, ketika kamu lewat di depanku. Setidaknya itu lebih baik daripada memilih mati.

Tegak berdiri di depanmu kini.
Itu dulu. Sebelum aku berdamai dengan hatiku.

Sakitnya menusuki jantung ini.
Sangat sakit. Senyum manis pun berubah tangis.

Melawan cinta yang ada di hati.
Bagaimana aku tidak melawan? Cinta ini selalu mekar. Seiring sejalan dengan kamu yang sering hilang.

Dan upayaku tahu diri, tak selamanya berhasil, apabila kaumuncul terus begini.
Bagaimana bisa berhasil? Kauselalu hadir di saat aku tak lagi menangis. Kau selalu datang di saat aku mulai lupa.

Tanpa pernah kita bisa bersama.
I am just your close friend. Close friend.

Pergilah! Menghilang sajalah lagi!
Daripada senyum ini kembali berubah jadi tangis. Daripada malam ini aku kembali merengek pada Tuhan. Kembali memohonmu untuk tidak pergi.

Bye. Selamat berpisah lagi.
Memang sebaiknya, kamu pergi. Semoga tidak lagi kembali.

Meski masih ingin memandangimu.
Jujur, sebenarnya masih terbersit keinginan untuk menahanmu.

Lebih baik kautiada di sini.
Ya. Kaujangan di sini. Jangan lagi kaubuat tangis.

Sungguh tak mudah bagiku.
Butuh lebih dari 365 hari untuk melupakanmu. Untuk sembuh dari luka karenamu.

Menghentikan segala khayalan gila.
Khayalan tingkat dewa: Kamu tak pernah pergi. Kamu tak pernah berpaling. Tidak sekedar teman paling dekat.

Jika kau ada dan kucuma bisa meradang menjadi yang di sisimu.
Kamu di depanku, dan aku hanya bisa menatapmu. Memandangimu, meskipun pura-pura tidak tahu.

Membenci nasibku yang tak berubah.
Karena aku terkadang masih merindukanmu. Meratapi kepergianmu.

......Berkali-kali kau berkata
Kaucinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji
Menyerah...............

2 komentar:

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini