Minggu, 02 Juli 2017

Cerita Ayunan Kayu

Bagaimana kalau kita kembali duduk di ayunan kayu?
Membahas apapun yang kita mau.
Menertawakan apa yang dulu kita tidak tahu.
Mengenang apa saja yang sudah lalu.

Bagaimana jika ditambah desau angin di sela jeruji kayu?
Bersama dorongan kakimu, supaya kita tetap terayun.
Bersama tawamu, tawaku.
Diikuti senyummu, senyumku.
            
Tanganmu yang berada di sandaran punggung.
 Ada aku di sampingmu.
 Lalu kamu melihatku dan tersenyum.
 Seraya tanganmu turun berganti merangkul bahuku.

Kita melanjutkan cerita.
Tentang masa kecilmu; keluargamu.
Pertemuan pertama kita.
Awal mula hati kita saling terjatuh, kemudian bertaruh—siapa yang paling kuat menaklukkan rindu.
            
Lagi-lagi kita tertawa.
Diikuti awan yang berderak di langit biru.
Angin yang sepoi melalui jeruji kayu.
Dan kakimu yang terus mendorong lantai supaya kita tetap terayun.

Bagaimana kalau kita kembali duduk di ayunan kayu?
Membicarakan apa yang telah lama kamu idamkan.
Dari tentara berpangkat tamtama sampai jenderal.
Masih dengan tanganmu merangkul bahuku dan aku bersandar di dadamu.
            
Sebelum ada dia yang coba mengeroposkan kenangan kita di ayunan kayu.
Sebelum ada dia yang mengetuk hatimu dan coba mengusirku dari situ.
Sebelum kamu berpaling dariku.
Lantas kata ‘kita’ berubah jadi ‘aku’ dan ‘kamu’.

Kamu tahu?
Aku tidak mau.
            
Aku sayang kamu, dan tidak ingin kehilangan kamu.
Aku ingin menemani kamu sampai berpangkat perwira tinggi.
Aku ingin kamu tetap merangkul bahuku dan aku bersandar di dadamu.
Aku ingin tetap bersama kamu, duduk di ayunan kayu menghabiskan waktu.
Ditemani angin yang bertiup melewati jeruji kayu.
Diikuti awan yang berderak di langit biru.
    
Aku ingin kamu.
Aku mau kamu.

Bagaimana kalau kita kembali duduk di ayunan kayu?
Membicarakan apa yang ingin kamu lewatkan bersamaku.
Memusnahkan dia yang sudah coba menggoyahkanmu dariku.

Karena kamu harus tahu, hanya aku yang bisa jadi maumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini