Boleh, aku menghela napas panjang
sekali lagi?
Atau mungkin aku tersenyum saja
melihatmu yang sedang kegirangan seperti anak kecil?
Sudah
berapa kali kamu membawa-bawa duniamu tepat di depanku, padahal aku sama sekali
tidak kamu izinkan masuk ke sana? Kamu sering berceloteh sesuka hatimu,
menceritakan apa saja yang ada dalam kepalamu, tapi kamu hanya memperlakukan
aku sebagai pendengar. Iya, aku memang bisa menjadi pendengar yang
baik. Tapi kamu perlu tahu bahwa aku ini manusia yang juga butuh didengar. Aku butuh bertemu kamu untuk melepas rindu, bukan untuk
menyimpulkan betapa kamu menginginkan masa lalu yang sekarang masih mendominasi
harimu.
My dear, ada aku di
sini, yang siap mendampingi langkahmu menjauhi apa yang sudah berlalu. Aku
bersedia menampung seluruh ceritamu, keluh kesahmu, dan apapun yang ingin kamu
katakan. Tapi yang namanya berdampingan, kamu juga perlu memastikan bahwa aku
masih ada di sampingmu—apakah aku masih menyimak ceritamu, atau justru ingin
memutus kisahmu buru-buru.
Aku
menyayangimu, tapi juga butuh kasih sayang dari kamu.
Aku
bukan matahari yang bisa selalu setia berpendar di jagat raya padahal sama
sekali tidak dipedulikan oleh para planet yang mengelilinginya. Aku juga tidak
betah menunggu seperti yang dilakukan pelangi terhadap hujan. Aku tidak seperti
yang kamu bayangkan—bisa seratus persen antusias terhadap apa yang sering kamu
bicarakan. Terkadang aku ingin menyela, sekadar bertanya apa maksudnya. Tapi
kamu tidak pernah memberiku kesempatan untuk mengerti lebih jauh. Ibarat kamu
makan nasi goreng enak, tapi tidak membolehkan aku untuk mencicipinya. Kamu
juga tidak menjelaskan lebih rinci di mana enaknya—apakah karena pedasnya pas
atau asinnya sesuai selera.
Kamu
selalu menceritakan betapa asyiknya duniamu, termasuk masa lalu kamu yang tidak
pernah alpa mengisi ruang pembicaraan di antara kita. Apakah kamu tidak
berpikir bagaimana aku merasa gagal sebagai kekasihmu karena tidak berhasil
membawa kamu keluar dari pusaran masa lalu? Saat orang lain berpikir bahwa kamu
telah move on dari dia menujuku, namun kenyataannya kamu dari sana belum beranjak satu langkahpun. Tidakkah kamu merasa ada seseorang
yang hampir sekarat demi mengikuti apa maumu? Seseorang yang hatinya hampir
habis karena selalu mendengarmu mengocehkan masa lalu. Seseorang yang
sebenarnya sedang haus tapi tidak ingin istirahat demi mengejar langkahmu
bersama duniamu. Seseorang yang kamu pikir baik-baik saja meladeni apa saja
maumu. Nyatanya dia bisa sekarat, Dear. Seseorang itu butuh kamu sebagai
kekasihnya, bukan sekadar jadi mitra pendengar.
Seandainya
kamu hanya butuh didengar, tidak perlu mengiyakan ajakanku untuk memadu kasih.
Biarkan saja aku jadi penggemar ceritamu, toh yang kamu ‘paksa’ menyimak
kisahmu bukan cuma aku. Ada dia yang namanya berada di
kolom paling atas pesan facebook milikmu—pertanda
sering menghubungi kamu, atau dia yang—kamu akui
sebagai sahabatmu—setiap hari dapat menatap wajah cantikmu lekat-lekat.
Tidak
perlu ada aku yang rasanya justru jadi orang dekat ‘paling jauh’, padahal
aku ini adalah kekasihmu. Tidak perlu menolak permintaanku yang sempat ingin
rehat karena kelelahan menyejajarkan langkah denganmu. Tidak perlu membuatku
berpikir kalau kamu masih menyayangiku sehingga tidak ingin aku pergi dari
kamu. Kalau nyatanya sekarang justru kamu yang semakin jauh dariku, menuju
dunia kamu yang sama sekali tidak aku mengerti itu.
Boleh
aku menghela napas panjang sekali lagi?
Melihat
kamu kegirangan seperti anak kecil yang baru saja dibelikan baju baru. Padahal
hanya karena masa lalumu yang selalu aku anggap sebagai bayang-bayang itu
kembali menyapa kamu melalui dunia maya.
My
Dear, boleh aku menghela napas panjang sekali lagi?
Karena
lagi-lagi kamu tidak mengerti, ada seseorang yang ingin cepat-cepat pergi dari
depan kamu agar tidak menyaksikan betapa bahagianya kamu setiap bayang-bayang
itu merenggut kamu dariku, yang sebenarnya siap menyeret kamu dari sana dan
ingin membuka mata kamu bahwa ada masa depan yang sedang melambai untuk kita
hampiri.
Ayolah,
Dear, haruskan aku
menghela napas panjang sekali lagi supaya kamu mengerti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar