“Kamu kok nggak ikut ke Jakarta?” mama tiba-tiba bertanya,
membuatku seketika tersedak sesendok nasi yang baru masuk mulut.
“Jakarta?”
“Alfa, kan, ke Jakarta. Ikut, apa itu, lomba... apa ya.
Nyanyi-nyanyi gitu..” mama mengingat-ingat. Aku terdiam sesaat, menghembuskan
nafas panjang. Menatap sarapan di piring yang belum habis separuh—mendadak
menyesal karena mengambil makanan terlalu banyak, sementara rasanya mulai
hambar.
“Seleksi paduan suara tingkat nasional, Ma,”
“Oh iya itu!” mama tertawa, menepuk dahi menyadari kelupaannya.
“Kamu kok nggak ikut, Lun?” ulang mama, membuatku terbatuk-batuk. Kali ini
karena mama memanggilku ‘Lun’, setelah tadi tersedak karena baru tahu kalau
Alfa berangkat ke Jakarta hari ini. Serasa agak bego juga karena aku yang
merasa dekat dengan Alfa justru tidak tahu kapan dia menuju ibu kota.