Sabtu, 29 Juli 2017

Satu Hari Tanpa Alfa

“Kamu kok nggak ikut ke Jakarta?” mama tiba-tiba bertanya, membuatku seketika tersedak sesendok nasi yang baru masuk mulut.

“Jakarta?”

“Alfa, kan, ke Jakarta. Ikut, apa itu, lomba... apa ya. Nyanyi-nyanyi gitu..” mama mengingat-ingat. Aku terdiam sesaat, menghembuskan nafas panjang. Menatap sarapan di piring yang belum habis separuh—mendadak menyesal karena mengambil makanan terlalu banyak, sementara rasanya mulai hambar.

“Seleksi paduan suara tingkat nasional, Ma,”

“Oh iya itu!” mama tertawa, menepuk dahi menyadari kelupaannya. “Kamu kok nggak ikut, Lun?” ulang mama, membuatku terbatuk-batuk. Kali ini karena mama memanggilku ‘Lun’, setelah tadi tersedak karena baru tahu kalau Alfa berangkat ke Jakarta hari ini. Serasa agak bego juga karena aku yang merasa dekat dengan Alfa justru tidak tahu kapan dia menuju ibu kota.

Jumat, 21 Juli 2017

Bukan Butuh Cermin, Tapi Layangan

Aku punya masalah apa sama kamu?

            
Punya masalah apa sama aku?

            Sebentar. Boleh diulangi sekali lagi, Tuan? Jangan-jangan aku salah dengar.

            Eh, kamu ini sedang bergurau apa bagaimana?

            Ada masalah apa sama aku?     

            Tunggu sebentar. Boleh aku tertawa lebih dulu?

            Astaga, bagaimana bisa kamu bertanya selugas itu? Ternyata orang se-sensitif kamu tidak tahu apa yang salah dari diri kamu? Tuan tolong, seandainya kamu melucu, katakan sekarang. Aku pasti tertawa. Tidak perlu diikuti mimik muka sok polosmu itu. Kamu tahu, itu membuatku makin muak—makin tidak ingin bertemu kamu.

Ada ya, orang yang berniat ingin tahu apa kesalahannya, justru bertanya di tengah keramaian?—padahal untuk bicara saja harus teriak-teriak dan perlu diulang.

            Apa salah kamu sama aku?

Senin, 03 Juli 2017

Supaya Kamu Mengerti

            Boleh, aku menghela napas panjang sekali lagi?
            
Atau mungkin aku tersenyum saja melihatmu yang sedang kegirangan seperti anak kecil?

Sudah berapa kali kamu membawa-bawa duniamu tepat di depanku, padahal aku sama sekali tidak kamu izinkan masuk ke sana? Kamu sering berceloteh sesuka hatimu, menceritakan apa saja yang ada dalam kepalamu, tapi kamu hanya memperlakukan aku sebagai pendengar. Iya, aku memang bisa menjadi pendengar yang baik. Tapi kamu perlu tahu bahwa aku ini manusia yang juga butuh didengar. Aku butuh bertemu kamu untuk melepas rindu, bukan untuk menyimpulkan betapa kamu menginginkan masa lalu yang sekarang masih mendominasi harimu.

Minggu, 02 Juli 2017

Cerita Ayunan Kayu

Bagaimana kalau kita kembali duduk di ayunan kayu?
Membahas apapun yang kita mau.
Menertawakan apa yang dulu kita tidak tahu.
Mengenang apa saja yang sudah lalu.

Bagaimana jika ditambah desau angin di sela jeruji kayu?
Bersama dorongan kakimu, supaya kita tetap terayun.
Bersama tawamu, tawaku.
Diikuti senyummu, senyumku.

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini