Kamis, 31 Desember 2015

Sampai Jumpa



Bagaimana 2015?
            
 Jika dibanding 2014, tahun ini adalah tahun yang biasa. Tentu saja, karena 2014 menyimpan nama Bayu Gatra. Satu-satunya idola yang dapat kujumpai, dan itu secara kebetulan.
             
Namun, jika dipikir ulang, tahun 2015, adalah tahun yang luar biasa. Sebenarnya, tak luput dari patah hati. Pahitnya merelakan dan melepaskan satu nama, yang terukir dengan baik di tahun sebelumnya. Bukan, nama ini bukan Bayu Gatra. Tapi, seseorang, yang demi keamanan privasinya, dan statusku si Pejatuh Cinta Diam-diam, nama orang itu tak akan kusebut di sini.
             
Bagaimana kabarmu, Tuanku? Aku harap, kamu lebih baik dari tahun kemarin, dan lebih baik lagi di tahun depan. Umur makin bertambah, semoga kedewasaan juga. Makin ganteng juga boleh.
            
 Aku tahu, kamu sudah tahu tentang perasaan ini. Jadi, aku mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya, karena sejauh ini, kamu tetap menunjukkan rasa simpati dan empati, layaknya seorang kakak kepada adik. Bukan seorang idola kepada penggemar. Menganggap seluruh manusia sebagai teman, adalah baikmu. Dan baikmu kepadaku, adalah nilai tambahmu di mataku.
             
Sayangnya, seluruh kebaikan itu, harus kuanggap sebagai benar-benar teman. Dan itu sulitnya luar biasa. Kamu yang terlalu baik, dan aku yang terlalu mudah terbawa perasaan. Sempat menganggap kamu juga jatuh cinta, namun faktanya, itu hanyalah ilusi. Kamu tetap kamu yang mendaulatku tak lebih dari seorang adik. Kebaikanmu ini, belum terhitung pada pertemuan tak disengaja. Kamu yang menyapaku tiba-tiba, menyalamiku. Menanyakan kabar, tak ketinggalan menagih tulisan-tulisanku, meledekku si kutu buku atau terkadang menyebutku penulis.
            
 Syukurlah, di penghujung tahun ini, aku sudah dapat menanggapi bejekanmu tanpa beban. Aku sudah melepasmu. Ikhlas.
            
 Di luar sakitnya merelakan, di pertengahan tahun ini, aku berganti putih abu-abu. Yang akan membuat kisah-kisah baru, bersama teman-teman baru, dan suasana baru. Teman-teman yang sedikit menjengkelkan, tapi lebih banyak membuat rindu pekat. Kekompakan, ketidakjelasan, pengertian, kesalahpahaman, semangat, kebahagiaan, keluarga kedua. Aku beruntung dipertemukan dengan mereka oleh Tuhan. Teman-teman mengais ilmu tiga tahun ke depan. Yang sering merencanakan liburan kemana dan kemana, tapi baru satu kali rencana itu dapat terlaksana.
            
 Sahabat-sahabat baik yang sempat menemani di kota orang. Luntang-lantung di pinggir jalan, bingung menghabiskan jajan serta menghemat uang. Merencanakan penjelajahan kota sebelum pulang ke kampung halaman. Ngomong-ngomong, kapan lagi kita jalan-jalan di kota orang? Masih banyak kota tetangga yang sepertinya lebih menyenangkan untuk disambangi. Ah, bersama sahabat-sahabat baik, kemanapun, pasti akan terasa membahagiakan.
            
 Begini, aku tak pernah menganggap tanggal 31 Desember yang beralih 1 Januari adalah hal yang istimewa. Selama 16 kali aku melewati peralihan tanggal itu, dapat dihitung jari aku merayakannnya dengan kembang api. Aku lebih menikmati pergantian tahun dengan nonton film yang biasanya mencapai jam 12 tepat, sampai sahut-sahutan mercon terdengar.
             
Yang menurutku istimewa, hanyalah loncatan tahun. Dan yang paling tepat menyatakan keistimewaan itu adalah: syukur.
             
Selamat tahun baru!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini