Rabu, 01 Juli 2015

Sepenggal Cerita Tentangmu



Ini tentang kamu, yang meninggalkan pesona, tak ingin kutinggalkan, dan sempat kuperjuangkan mati-matian. Menulis, menumpahkan perasaan, sambil bersembunyi, agar kamu tak kunjung tahu, jika ada gadis yang menyukaimu diam-diam. Jika kamu tak tahu, aku bisa bebas memposisikan diriku sebagai pemuja rahasia, serta tak canggung jadi teman biasa. Tapi ternyata, kamu sudah tahu, dan mengisyaratkan bahwa aku harus mundur.
            
 Kemunduran ini sempat memukulku telak. Membarut hati sampai luka. Nafsu makan hilang, keceriaan sirna. Aku berubah jadi gadis pendiam, dan selalu canggung jika tiba-tiba bertemu denganmu. Yang belum berubah hanya satu: aku masih jadi pemuja rahasia. Tulisanku lebih banyak, dan bisa saja kamu jadi semakin tahu. Tapi aku tak peduli, selama kita akhirnya tak bertemu lagi.
             
Berada di kelas akhir, membuat konsentrasiku tertuju pada ujian dan masuk sekolah lanjutan. Waktu dan tenaga, aku curahkan untuk memburu nilai ujian terbaik. Pagi pengayaan, pelajaran biasa, pulang siang. Istirahat satu jam, berangkat lagi les, pulang maghrib. Malam, belajar lagi, menulis, lalu tidur. Besok pagi, pengayaan lagi, pelajaran lagi, begitu seterusnya sampai kadang aku bosan. Di tengah bosan itu, aku merindukan kamu. Merindukan perjuanganku dulu, sampai akhirnya aku harus mundur karena kamu sudah tahu tentang pandanganku terhadapmu.
            
 Jika sudah begitu, aku kembali menenggelamkan diri dalam matematika. Mengotak-atik angka dan rumus, aljabar, gradien, perbandingan senilai, bangun ruang, luas sisi, mencari median, dan lain sebagainya. Pokoknya, fokusku harus teralihkan. Tak masalah jika selesai ujian nanti masih tetap ingat kamu, yang penting, sementara itu aku lupa. Itu saja. Jadi, aku tak hanya berjuang melupakan kamu, tapi aku berjuang mendapat nilai ujian terbaik untukku.
             
Jangan sampai ada celah yang dapat dimasuki kenangan. Karena, jika masa lalu itu hadir, buyar sudah hasil belajar. Jika bayangan kamu kembali menghampiri, aku melampiaskan apa yang kurasa ke dalam tulisan. Benar memang, kalau kamu tak menemukan tulisan itu dalam blogku sekitar bulan April dan Mei, karena memang di bulan itu, perjuanganku untuk melupakanmu telah berhasil. Aku tak lagi bertemu denganmu, di rumah pun, bayanganmu sudah tak berani mengetuk pintu.
             
Tak dapat kupungkiri, kamu adalah salah satu hal yang aku korbankan demi kelas akhir. Tapi aku tak menyesal menjadikanmu tumbal, karena nyatanya, kamu memberi kode bagiku untuk mundur, salah satu petunjuk dari Tuhan, bahwa aku memperjuangkan orang yang salah. Rambu-rambu dari Tuhan agar aku lebih baik fokus dengan ujian akhir sekolah. Sempat memuja orang yang salah, membuatku harus melupakannya. Dan melupakan kamu dengan belajar, sama saja, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan belajar setengah mati, aku dapat melupakan kamu, dapat lulus dengan nilai yang lumayan pula.
            
 Kata orang, jika aku yang berjuang demi kamu tapi kamu abaikan, yang rugi adalah kamu. Karena, kamu telah kehilangan orang yang menyayangi kamu. Ya, benar, aku sekarang sudah mundur dari medan peperangan. Duduk manis dibalik laptop dengan berbagai imajinasi liar yang tak hanya kamu jadi peran utamanya.
             
Nah, kalau kata teman, kamu juga sedang berjuang mendapatkan pujaan hatimu, yang lucunya, dia mengabaikanmu. Bagaimana rasanya berjuang tapi diabaikan? Semangat ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini