Jumat, 10 Juli 2015

Salahkah Aku?



Apakah aku salah mencintainya? Bukankah, yang aku rasakan ini sama dengan orang-orang mencinta lainnya? Apa ada yang salah dengan caraku mencinta? Atau, dia adalah orang yang salah?

Pertemuan yang tidak sengaja di Rabu pagi menjelang siang, usai istirahat pertama. Sampai sekarang terus kuingat, bahkan mungkin sampai nanti, sebelum aku terserang pikun atau amnesia. Melihat senyumnya bagai matahari yang mampu menembus kutub utara dan mencairkan esnya. Dia memberi kehangatan ketika hatiku sedang dingin karena tak tersentuh oleh yang namanya cinta. Di sinikah yang salah? Karena aku menganggap dia sebagai pangeran tanpa kuda yang memberiku kenyamanan ketika bersamanya? Tak perlu kereta kencana atau mobil baru keluaran kemarin sore. Aku bersamanya, cukup buatku bahagia.

Sapaannya, tawanya, candaannya, cukup ampuh meluluhkanku yang sedang terobsesi dengan nilai bagus di ujian akhir sekolah. Dia mampu mengendurkan urat-uratku yang menegang akibat setiap hari melahap buku pelajaran. Padahal dia hanya menulis kalimat, “Sudah malam, belajarnya istirahat dulu. Besok di sekolah belajar lagi, kan?” tapi dengan bodohnya aku segera menutup buku lalu tidur. Atau di sini yang salah, karena aku selalu menurutinya? Tapi, apakah salah jika aku mengistirahatkan badan dan otakku barang sejenak?
           
Seperti tadi malam ketika aku sedang menangis sesenggukan karena drama Korea, tiba-tiba dia mengirimiku pesan singkat yang membuatku langsung tergelak. Semudah itu dia membuatku tertawa. Dan pesan singkat itu berakhir ketika dia menyuruhku untuk tidur supaya besok bisa bangun pagi dan belajar lagi. Baiklah, aku menuruti, meski besok adalah Minggu dan rencanaku adalah bangun siang. Sayangnya, malam ini aku langsung tidur, meninggalkan drama Korea yang tinggal satu episode.
            
 Tuhan, apakah cinta ini salah? Atau aku yang terlalu cepat menyimpulkan bahwa apa yang kurasa ini adalah cinta? Lantas, jantung berdegup cepat bila bertemu dengannya, itu tandanya apa? Bukan cinta?
            
 Sejak pertemuan pertama, aku jadi sering membuka facebook mencari namanya yang ternyata banyak nama yang sama. Memelototi satu per satu foto profil setiap user demi menemukannya di dunia maya. Dan setelah kuyakin salah satu akun dari sekian ratus itu adalah miliknya, kukirim permintaan pertemanan yang akhirnya menghabiskan hariku yang harap-harap cemas apakah dia mengkonfirmasi akunku. Apa yang kulakukan ini juga bukan karena cinta? Lagi-lagi aku salah?
             
Aku merasa aku salah mencinta jika dia mengabaikanku. Aku merasa salah mencinta jika dia tidak pernah mengingatkanku untuk belajar tapi jangan sampai badan lelah, terus belajar tapi jangan lupa makan, sholat, berdo’a, bantu orang tua, rajin masuk les, jangan tidur larut malam. Jika bukan cinta, yang dia lakukan itu apa? Untuk apa dia repot-repot mengetik pesan singkat hanya untuk mengingatkanku tentang itu semua? Aku bukan anak kecil yang lupa belajar karena sibuk main, aku bukan pelajar malas yang belajar dengan sistem kebut semalam sampai harus begadang. Bukankah yang dia lakukan itu semacam memberi perhatian? Memberi harapan kepadaku bahwa aku boleh masuk lebih dalam ke dalam alur cerita hidupnya. Bukankah begitu?
             
Atau aku yang salah bahwa perhatian itu ia tujukan untuk siapa saja?
            
 Baiklah, mungkin aku memang salah mengharap perhatian lebih darinya. Bisa saja, ia sebenarnya hanya anggap aku teman. Bisa saja ada perempuan lain yang ia anggap lebih dari teman. Yang tak banyak menuntut perhatian, harapan, dan kepastian. Perempuan lain yang lebih beruntung, yang mungkin mampu membuat pemuda itu patuh seperti yang aku lakukan karenanya. Menurut begitu saja tanpa banyak tanya. Hanya senyum tanpa sadar, dan itu cukup buatku bahagia. Sesederhana itu.
          
 Kalaupun aku memang salah, yang jelas, hatiku enggan beranjak darinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini