Hujan
telah berhenti. Tak meninggalkan jejak apapun selain aroma tanah basah yang
kini tak menguar lagi. Hanya jejak-jejak air di luar yang malas kulihat di
jalanan dan halaman rumah. Bahkan, serangga di belakang rumah, tak ikut
bernyanyi, entah mengapa. Apakah ini ada hubungannya dengan dirimu atau bukan,
aku tak tahu. Atau ada hal lain yang mereka sembunyikan dariku? Atau..... ah,
aku malas berfilosofi. Mungkin saja, mereka tidak bernyanyi karena tenggorokan
mereka sedang gatal atau terkena radang.
Ini sudah lewat jam dua belas malam.
Dulu, aku sering melewatkan pergantian hari denganmu, bukan? Apakah kamu masih
ingat ketika saat-saat seperti ini, adalah perbincangan hangat kita berada pada
puncaknya? Membahas siapapun, membicarakan apapun, berkhayal sampai jauh, dan
biasanya, berakhir dengan tawa yang kita gambarkan melalui emotikon. Menandakan
bahwa kita begitu bahagia. Hanya aku dan kamu, tanpa melibatkan satu orang pun.
Ya, hanya kita. Apa kamu masih ingat?
Oh ya, seharusnya aku tak perlu
mengingat-ingat, bukan? Seharusnya aku melupakanmu, bukan? Satu-satunya penghubung media sosial kita sudah kamu putuskan. Jadi, bukankah seharusnya aku berterima kasih padamu yang telah repot-repot meng-klik 'Hapus Pertemanan'?
Asal kamu tahu, aku sudah berusaha melupakanmu. Aku
sudah berusaha terlihat baik-baik saja di depanmu. Aku sudah berusaha
menampakkan sikap ‘tanpa kamu, aku bisa hidup’, di depan orang-orang. Dan,
mereka percaya. Bagaimana denganmu? Ehm, mungkin, kamu tak perlu pura-pura untuk
itu. Semenjak kamu memutuskan menjauh, tentu kamu sudah bersikap ‘sangat
baik-baik saja’ bahkan, ‘sangat bahagia’. Iya? Benarkah begitu? Tanpa
memikirkan perasaan gadis yang setiap malam menanti pesan singkatmu memasuki
kotak masuknya? Tentu saja kamu memikirkan, hanya saja, kamu memilih
mengabaikan. Bukankah begitu?
Aku tak akan menulis banyak-banyak
di sini. Toh, kamu sekarang sudah jarang atau mungkin, tak pernah membaca tulisanku, kan? Apa pedulimu? Pasti kamu
memilih membaca pesan singkat seorang gadis yang sekarang sudah mengisi
posisiku, bahkan lebih dari arti diriku dulu di hidupmu. Dulu aku hanya
‘sahabat’mu. Dia sekarang ‘kekasih’mu. Berbeda? Atau sama, hanya beda sedikit?
Ah, entahlah. Oke, oke. Aku tak akan menulis banyak-banyak di sini. Tak akan,
sebelum kenangan-kenangan itu membunuhku pelan-pelan. Sebelum aku menangis kencang.
Jika aku hanya temanmu, untuk apa kamu terlalu sibuk mengajariku tak ingat lagi padamu?
Jika aku bukan temanmu, untuk apa kamu sibuk membaca tulisanku, lalu menghubungkannya padamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar