23 September 2014.
Jika kamu masih ingat, 3 bulan yang lalu ada seorang gadis yang
menahan langkahmu ketika keluar dari lapangan Universitas Negeri Yogyakarta.
Jika waktu itu kamu menganggapnya spesial, tentu kamu tak lupa ada gadis yang
meminta tanda tanganmu sore itu. Tapi aku sangat yakin, bagimu itu tidak
penting. Yang terpenting adalah memperbaiki mental setelah kemarin kalah 0-6.
Kembali berlatih untuk pertandingan selanjutnya melawan Korea Utara.
Perlu kamu tahu, setelah pertemuan kita sore itu, aku jadi rajin
mencari kabarmu. Aku adalah orang yang berteriak paling kencang memanggil
namamu saat timmu masuk layar kaca. Aku adalah orang paling histeris jika kamu
tertangkap kamera sedang menggiring bola. Aku adalah orang yang
memekik khawatir ketika kamu terjatuh diteckling lawan. Yang kesemua itu hanya
kulihat melalui televisi di rumah. Entah apa yang kulakukan jika aku menonton
langsung pertandinganmu.
Kamu tak berubah. Masih seperti terakhir kita bertemu. Hanya
potongan rambutmu yang sedikit pendek. Ya, mungkin waktu 3 bulan itu rambutmu
sudah agak panjang, dan kau memilih untuk memangkasnya agar terlihat lebih rapi.
Aku suka. Mungkin jika sekarang aku berada di sisimu, aku akan mencubit pipimu.
Aku gemas. Sangat gemas.
Terkadang, aku terlalu berlebihan menggaungkan namamu ketika kamu
berlaga, sampai-sampai orangtuaku geleng-geleng kepala melihat keantusiasan
putrinya ini. Sangat antusias pada pemain sayap Tim Nasional Sepak Bola
Indonesia U23. Pemain bernomor punggung 23.
Ah, aku jadi ingat ketika memanggil namamu sore itu!
23 Juni 2014.
Hari paling ajaib bagiku. Paling spesial hingga detik ini. Paling
ingin kuputar ulang. Hanya karena aku merindukan pertemuan singkat kita dulu.
Hanya untuk meyakinkan diri bahwa kamu benar-benar orang yang mencetak gol ke-3
ke gawang Maladewa dalam Asian Games 2014. Itu benar-benar kamu. Bukan ilusiku.
Bukan dalam mimpiku.
“Mas Bayu!” dan kamu menoleh padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar