Sabtu, 11 Januari 2020

Fotografi dan Kamu

Kamu tahu, kenapa aku menyukai fotografi?
Karena aku bisa fokus pada satu-satunya objek di dunia yang ingin aku lihat selamanya.


Foto diambil dari instagram saythename_17

Kamu tahu, kenapa aku menyukai malam ini?
Karena ada rehearsal.
Salah satu kesempatan aku untuk menatap kamu lebih lama.
Aku bisa melihat kamu berlarian ke sana kemari, mempersiapkan banyak hal.



Kamu adalah orang yang detail.
Kamu bisa lama-lama di bagian panggung karena merasa ada artistik yang belum pas.
Kamu bisa betah berada di depan speaker karena ada audio yang bagi telingamu tidak merdu.


Kamu yang bisa aku abadikan melalui kameraku.


Peristiwa paling membahagiakan dalam hidupku adalah berada di tim kamu.
Meskipun aku adalah anak baru yang cuma disuruh-suruh dan dimarah-marah, kamu tanpa sadar membuat aku kuat dan bertahan.


Cuma kamu.


Dan kamu tahu, peristiwa paling menyedihkan dalam hidupku?
Yaitu, malam ini merupakan rehearsal terakhirku di bawah arahan kamu.
Jadi aku harus benar-benar memanfaatkan kemampuan fotografiku sekarang juga.


Mendokumentasikan Tuan program director tidak masalah, kan?


Tapi kenapa kamu justru berjalan ke sini?


Hei, hei, aku tidak suka ya kalau aku jadi deg-degan begini.
Aku tidak suka ya kalau kamu malah tersenyum dan menyapaku dengan intonasi normal padahal aku tahu kamu sedang capek luar biasa.


"Katana," kamu senyum.


Gila. Aku bisa diabetes.


"Eh, halo, Kak," jawabku balas tersenyum yang lebih terlihat seperti orang bodoh.


"Selamat ya, besok sudah masuk divisi kreatif," kamu menyalamiku yang aku sambut dengan gerakan kaku dan hening. "Sudah lama ingin masuk divisi kreatif, kan?" tanyamu sambil menatapku. Aku menoleh, tapi menunduk lagi dengan cepat dan cuma ber-hehe.


Alias perbendaharaan kata di kepalaku mendadak sirna.
Aneh.


"Sayang sekali kamu masuk program ini dan malah jadi seksi dokumentasi," katamu dengan nada sesal.


Aku tersenyum masam.


"Nevermind, Kak. Aku suka, kok, berada di tim ini. Aku bisa belajar banyak," sahutku.


Kamu tertawa. "Nah, itu yang dibutuhkan kantor, Ta,"


"Budak korporasi ya?" tanyaku membuat tawamu makin meledak. Sinting memang. Aku bisa pingsan di tempat. Kamu terlalu ganteng dalam jarak dekat.


"Maaf ya. Dulu aku sering marah-marah ke kamu. Tapi aku cuma ingin kamu jadi tahan banting, Ta. Industri kreatif adalah dunia yang keras. Semua orang yang ada di sini harus bisa survive,"


Aku ber-hehe lagi.


"Iya, sih, Kak. Sudah terbiasa juga waktu di kampus,"


"Oh iya, kamu lulusan broadcast ya?" kamu bertanya antusias.


Aku mengangguk, setengah tersenyum. "Iya, Kak,"


Entah kenapa kerongkonganku mendadak tercekat. Aku ingin menangis karena aku tahu sebentar lagi aku harus keluar dari tim ini. Aku akan semakin jarang melihat kamu. Aku kehilangan salah satu penyemangat hidupku.


"Aku ke sana dulu ya, Ta--" kalimatmu menggantung di udara karena kamu menangkap-basah-diriku-sedang-meneteskan-air-mata. "Katana kenapa nangis?" kamu spontan bertanya sambil menatapku.


Kamu kemudian memegang kedua bahuku sambil menyejajarkan diri dengan wajahku yang kini menunduk sangat dalam. Sial. Aku malu ketahuan menangis.


"Tidak apa-apa, Kak. Cuma sedih soalnya harus ganti program--"


"It's okay. Kamu butuh berkembang," ujarmu seraya mendekapku.


Aku ulangi sekali lagi.
KAMU-MEMELUK-AKU!


Sudah gila benar ya dunia ini?


Aku susah bernapas, tolong!


"Sudah, jangan nangis. Aku percaya kamu pasti bisa. Semangat ya!" kamu melepas pelukan dan mengusap bekas air mata di pipiku.


Aku tidak yakin bagaimana cara kerja tulangku yang masih berdiri kokoh detik ini.


"By the way, jangan berhenti motret, Ta. Foto-fotomu bagus," pesanmu sebelum benar-benar pergi.


Sedangkan aku masih bengong, bingung, linglung, dan dengan tololnya memberi pesan kepada diri sendiri supaya tidak norak kalau ngobrol dengan orang ganteng seperti kamu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini