Hari
ini, aku membayangkan,
Bagaimana
kalau suatu hari nanti kamu iseng mengetik sebuah nama di kolom twitter, kemudian menemukan aku?
Bukan,
bukan aku
Tapi
akun milikku.
Foto diambil dari Pinterest |
Keningmu
berkerut, karena kamu tidak menemukan aku di sana—I mean, kamu tidak menemukan jejak-jejakku sebagai orang yang kamu
kenal.
Kamu
scroll timeline akun itu, dan kamu
menggeleng.
Bukan
aku.
Tapi
kamu yakin nama yang baru saja kamu temukan adalah nama yang tidak asing dan
melekat padaku.
Lalu
kamu memikirkan nama lain, mengetiknya di kolom pencarian, dan kamu baru
menemukan aku.
Kamu
menemukan rangkaian tweet seperti biasanya—seperti yang sudah kamu duga.
Tentang
leluconku, kesibukan kuliahku, komentar-komentarku di akun temanku, dalam
selang waktu paling cepat tiga hari sekali.
Kamu
tidak heran.
Aku
yang kamu kenal memang begitu.
Jarang
update.
Kemudian
kamu kembali ke akun satunya, yang sangat ramai. Setiap menit update.
Tidak
terhitung berapa akun yang berinteraksi dengan nama itu. Haha-hihi membahas
topik yang tidak kamu mengerti.
Lalu
kamu menggeleng.
Aku
yang kamu kenal, bukan seperti pengguna akun itu.
Lantas
kamu berpikir bahwa nama itu bisa dimiliki oleh ratusan atau bahkan ribuan
orang di negara ini.
Tidak
menutup kemungkinan ada orang yang memiliki satu nama yang sama, akun itu
dengan aku, buktinya.
Akhirnya
kamu meninggalkan akun itu, menutup laman twitter,
dan beraktivitas seperti biasa.
Meninggalkan
aku lagi, seperti biasa.
Padahal
kamu baru saja menemukan tempat persembunyianku.
Dunia
yang bisa menyembunyikan diriku sepenuhnya.
Dunia
yang tidak memancangku harus menjadi manusia seperti apa.
Dunia
yang mengakui karyaku, hobiku, kesukaanku, tanpa mau tahu bagaimana kehidupan
sehari-hariku.
Aku
cuma membayangkan kalau kamu akhirnya menemukanku dengan duniaku yang tidak
kamu kenali itu, aku hanya ingin bilang, “Welcome
to my second account. You’re right, it’s me,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar