Tidak ada yang menyenangkan dari memiliki kekasih yang jadi kakak
tingkat. Apalagi ketika dia menjadi panitia ospek, dan tidak semua manusia tahu
hubungan itu.
Atau mungkin justru yang lebih berat
adalah ketika dia berakting sama sekali tidak ada apa-apa. Seolah-olah kamu
hanya mahasiswa baru sedangkan dia adalah senior yang harus kamu segani. Dia
memang lewat di sampingmu hampir setiap saat ketika berbaris. Namun sejauh ini,
bahkan mungkin sampai acara ini selesai, dia tidak pernah menyapamu atau
menyebut namamu. Dia memang selalu melihatmu—bertemu pandang denganmu, tapi
hanya sebatas itu. Dia tidak beranjak dari “kedudukan” dia, sekadar bertanya
apakah kamu baik-baik saja setelah dipanggang lama-lama di bawah sinar matahari
dalam posisi berdiri seperti tentara yang akan berperang.